Althea
HAPPY READING!
..
Bima berjalan menuruni tangga, hari ini ia berniat akan pergi lari pagi sebelum berangkat bekerja. Kakinya melangkah ke dapur lebih dulu. Di sana sudah ada Althea dan Brianna yang sedang sarapan.
"Ekhem," dehem Bima begitu sampai di meja makan. Brianna dan Althea hanya meliriknya sekilas membuat ia mendengus kesal. Tidak sopan sekali mereka ini.
"Gak bangunin Daddy, gak ngajak sarapan bareng, terus pas turun gak disapa. Sopan kayak gitu?" ujar Bima bersidekap dada.
"Kamu bukan anak kecil lagi," balas Brianna cuek. "Udah dewasa'kan?"
"Gak ada akhlak lo sama laki sendiri." Bima menarik rambut Brianna sembari melewati wanita itu untuk duduk di sampingnya.
Brianna melotot, mengusap kepalanya sebentar. Ia mengambil sendok dan mengetuk kening Bima menggunakan benda tersebut.
"Sakit tahu!" Bima mengusap keningnya, menatap Brianna kesal.
"Lo pikir gue gak sakit?" sewot Brianna melotot
"Alah narik doang, gak sampai jambak. Lebay lo," tukas Bima namun dengan cepat berdiri dan mundur saat Brianna akan menghajarnya.
"Maju lo!" Brianna berkacak pinggang.
Bima memeletkan lidahnya mengejek Brianna. Lalu berlari ngacir mengitari meja dan kabur keluar dari sana.
"Heh mau ke mana?!" teriak Brianna nyaring. Althea sampai menutup telinganya karena teriakan sang mommy..
"Nyari janda!" balas Bima ikut berteriak.
Brianna mendengus, duduk di kursi dengan kasar. "Bapak lo sinting emang!"
"Mommy juga sama sintingnya," balas Althea cuek. Brianna melotot ke arah Althea yang langsung dibalas cengiran oleh gadis itu.
Seperti inilah kegiatan keluarga Bima di pagi hari. Rasanya tidak akan klop jika tidak beradu mulut dan bertengkar. Bima selalu mengganggu Brianna, dan Brianna yang over sensitif akan selalu mengomel. Di tambah Althea si pengeruh suasana.
Brianna menyerahkan segelas susu pada Althea. Ia menatap anaknya serius.
"Kamu beneran sanggup nerusin gengnya Amora?"
Althea mendongak, lalu mengangguk. "Iya Mom, Althea serius dan sanggup. Tenang aja Mommy gak usah khawatir. Althea jago beladiri."
Brianna mengangguk. "Nanti Mommy ajarin lagi beberapa strategi melawan musuh. Kita masuk ke tahap main pisau, mau?"
Althea mengernyit. "Bukannya waktu itu udah pernah ngajarin? Althea udah paham, kok."
"Ini beda lagi, waktu itu Mommy cuma ajarin cara tangkis, menangkap dan menghindar. Kali ini, Mommy ajarin cara memainkan, cara menggunakan, dengan standar seperti para psikopat."
Althea tersedak saat ia sedang minum mendengar perkataan ibunya. Menepuk dadanya sebentar dan menatap Brianna terkejut.
"Mommy mau Althea jadi psikopat juga?"
Brianna menaikkan satu alisnya. "Kenapa enggak?"
"Enggak, Althea gak mau!" Althea menggeleng cepat.
Brianna tertawa, mengibaskan tangannya. "Bercanda Althea, Mommy cuma mau berbagi ilmu. Jadi ketua geng itu gak mudah. Ancamannya akan lebih berat. Jadi kamu harus punya kekuatan paling dominan."
Althea bersidekap di atas meja. "Ternyata gak gampang, ya jadi ketua?"
Brianna mendengus, menyentil kening Althea. "Tentu susah anak manis. Kamu gak liat Braga? Garesh? Bumi? Papa kamu? Perjuangan mereka jadi ketua gak gampang. Sekarang kamu udah diberi kepercayaan sama Amora, kamu harus menjaga itu."
Althea mengangguk, ia melirik jam di tangannya. Lalu seketika membulat.
"Mommy Althea udah telat, bentar lagi gerbang di tutup!" Althea dengan cepat bangkit, mencium pipi Brianna dan ngacir pergi.
Saat ia membuka gerbang rumah, Althea dikejutkan dengan Asean yang duduk anteng di atas motor.
"Akhirnya, doi gue keluar." Asean melambaikan tangannya dan tersenyum lebar.
Althea menghela napasnya. Kebiasaan Asean memang tak pernah hilang. Sedari jaman SD pria itu selalu menunggu di depan gerbang saat pagi agar mereka berangkat sekolah bersama. Sangat niat sekali, bukan?
"Gue nunggu lo daritadi, cintaku. Kenapa lama banget? Berak dulu, lo?"
Althea mendengus, langsung naik duduk di belakang Asean. "Cepet jalan, kita udah telat tahu."
"Siap sayang! Pakai helm, kita ngebut sekarang."
Althea menerima helm dan langsung memakainya. Tangannya ia lingkarkan di pinggang Asean membuat sang empu tersenyum semakin lebar.
"Kalau kayak gini mah gue rela bangun subuh nunggu di depan gerbang berjam-jam!" ujarnya tertawa dan langsung menancap gas cukup kencang.
"Berapa lama lo nunggu gue?" tanya Althea saat diperjalanan.
"Hah? lo nanya harga sepatu gue?" Asean berteriak.
Althea mendengus. "Berapa lama lo nunggu gue?" tanyanya kini berteriak di samping Asean.
"Oh, hampir satu jam. Gue nunggu dari jam enam." balas Asean kembali berteriak.
"Lo kok mau nungguin gue?"
"Hah? Lo mau nungging sama gue?"
Althea melotot, memukul helm Asean. "Mulut lo!"
"Sial, gue lagi nyetir. Ngajak matinya nanti. Sehidup semati kita bukan sekarang, Al." Asean berteriak.
Althea mendengus, tak kembali bertanya. Beginilah kalau mengobrol saat mengendarai, mendadak tuli.
"Gue nunggu lo karena gue mau, takut telat? Yang penting telat sama lo. Apapun yang gue lakuin dan itu sama lo, gue menikmati itu semua, Al."
Althea terdiam mendengar perkataan Asean. Ia merenung. Selama ini ia selalu ketus, tak pernah peduli pada Asean. Padahal sedari kecil Asean selalu menjaganya, memperhatikan dan tak pernah meninggalkan dirinya.
Apa ini semua sebanding?
...
Althea mengajak seluruh anggota Athyros berkumpul di markas setelah pulang sekolah. Ia ingin mengenal semua anggota Athyros karena jujur hanya West dan North yang Althea kenal. Hari ini juga pertama kalinya mereka berkumpul.
"Althea lonteku!"
Teriakan West mendapat tatapan bingung dari anggota lain yang sudah berkumpul. Mereka bangkit dari duduk ketika Althea muncul.
"Bang, gak sopan manggil ketua lonte," celetuk salah satu anggota di sana.
West nyengir. "Kebiasaan Nau," balasnya.
"Udah kumpul semua?" tanya Althea mulai duduk di kursi.
"Udah, Kak." Pria tadi lagi yang bersuara membuat Althea beralih menatapnya cukup lama.
"Nama lo siapa?" tanya Althea.
"Danau Xavier!" balasnya tersenyum lebar. Tipe-tipe pria ceria sepertinya.
"Unik nama lo," ujar North.
"Kayak Bang North sama Bang West, unik juga."
"Nyaut aja lo," kekeh West menggeleng.
"Anggota inti belum kebentuk?" tanya Althea lagi.
"Belum, Tante Amora nyuruh lo yang bentuk sendiri sesuai kriteria lo."
Althea mengangguk. Matanya mulai mengedar memperhatikan para anggota yang ternyata ada beberapa yang ia kenal dan satu sekolah dengan dirinya.
"Tapi sebelum ngebentuk inti, ada satu orang yang mau gabung sama kita." Perkataan West menarik perhatian mereka.
"Siapa?" tanya Althea.
"Dia lagi otw, tunggu aja."
Althea mengangguk, sembari menunggu anggota yang ingin bergabung, ia menyuruh mereka berkenalan terlebih dahulu.
Althea berdecak kagum dengan para anggota yang sekarang. Pengalaman mereka cukup luas, dan rata-rata sangat handal bermain senjata. Amora memang tak pernah main-main dalam melantik anggota.
"Tuh orangnya!"
Althea menoleh saat West berteriak sembari menunjuk ke pintu utama. Di sana berdiri pria tinggi dengan tubuh tegap. Tangannya bertengger di saku celana. Ia berjalan menghampiri kumpulan dan duduk dengan santai di samping West.
Para murid Sky langsung melotot melihat pria yang datang. Seakan tidak percaya dengan kehadirannya.
"D-dia? Yakin lo?" Althea menatap West terkejut.
West meringis, lalu mengangguk. "Pada gak percaya, kan? Sama awalnya gue juga kaget. Tapi ini faktanya, ketua Osis kita, Tuan Arshaka yang terhormat mau gabung sama geng Athyros."
Begitulah faktanya, Arshaka si ketua Osis dingin yang ditakuti seanterio sekolah tiba-tiba datang dan menawarkan menjadi anggota sebuah geng.
"Lo pasti ada maksud terselubung, kan?" tanya Althea menatap Arshaka menyelidik.
Arshaka mendongak menatap Althea. Lalu mengangkat bahunya. "Murni," balasnya singkat.
"Murni?" beo Althea dan West secara bersamaan.
"Murni kemauan dia sendiri maksudnya." North menjelaskan.
"Tapi gak masuk akal, lo Ketua Osis, orang yang menjunjung tinggi hukum dan ketertiban di sekolah. Masa tiba-tiba mau jadi anggota geng?"
"Gak boleh?" Arshaka menaikkan satu alisnya. "Selama tidak berbuat anarkis, kenapa gak?"
"Arshaka bener, Athyros, kan, bukan geng berandal yang suka nyari masalah dan berbuat anarkis."
Althea berdiri, berjalan mengitari Arshaka. "Lo punya pengalaman?"
"Kalau yang itu gak usah ditanya, Al." North bersuara. "Juara satu bela diri tingkat nasional, juara satu memanah, dan masih banyak lagi. Dia itu sama kayak Anta, punya banyak prestasi di bidang apapun. Gak tahu lagi dah, mereka berdua keturunan mana."
Althea mengangguk menyetujui. "Duel sama juara tinju, bisa?" ujar Althea pada Arshaka yang langsung disetujui pria itu.
"Lah, gue dong?" West mengerjap menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, siapa lagi? Gue mah juara karate." North mendorong West dengan semangat. "Ayo, West. Lawan paketu!"
Arshaka bangkit, meregangkan ototnya sebentar. West yang melihat itu tersenyum lebar ikut meregangkan ototnya. Mereka sudah saling berhadapan dan bersiap memasang kuda-kuda. Hingga Althea memberi kode duel di mulai. Arshaka bergerak cepat, pria itu langsung menerjang West.
Althea yang melihat itu tertegun. Strategi dan cara berkelahi Arshaka sama persis dengan Dangerous Man. Yang tak lain adalah Atlas, Antartika dan Atlantik. Cara mereka berkelahi sangat sama.
"Oke, cukup!" teriak Althea merelai begitu melihat West sudah tergeletak mengenaskan.
"Lo diterima dan langsung masuk anggota inti Athyros!" putusnya membuat mereka melongo.
Secepat itu?
Lama mereka berbincang, anggota inti sudah terbentuk. Althea memilih Arshaka sebagai wakilnya. Lalu diikuti West, North, Danau dan Angin sebagai anggota inti.
Althea memutuskan untuk pulang karena langit mulai menggelap.
"Lo gak bawa motor, beb?" West menghampiri Althea merangkul bahu gadis itu. Althea menoleh, lalu menggelengkan kepalanya.
"Mau gue anter?" tawar West.
"Gak usah, gue mau naik taksi aja."
West mengernyit. "Taksi bayar, gue gratis. Kenapa milih yang ribet?"
Althea mendelik. "Lo bawa motor gak ngotak, pelan banget kek bapak-bapak," ujarnya setelah itu berlalu meninggalkan West.
"Sialan lo lonte!" teriak West kesal. Althea tertawa dan melambaikan tangannya tanpa menoleh.
Althea berdiri anteng memperhatikan motor berlalu lalang. Taksi memang sering lewat di arah ini, makanya Althea terlihat santai menunggu.
Sebuah motor berhenti di depannya. Althea menghela napas melihat motor yang sudah ia hapal. Ia memalingkan muka berharap pria songong itu tidak mengganggunya.
"Cewek ribet ngapain sendirian di sini?" tanyanya sembari membuka helm. Catur, pria itu yang ada di hadapan Althea sekarang.
Althea tak menghiraukan pria itu, matanya fokus menatap jalanan. Berharap ada taksi lewat agar ia cepat pergi menjauh dari pria di hadapannya ini.
"Jangan geer, gue berhenti bukan mau ngajak lo bareng."
Althea berdecih sembari memutar bola matanya malas. Siapa juga yang berharap seperti itu?
"Gue mau nagih janji lo, jangan lupa tanggung jawab."
Althea mendengus mendengarnya. Rupanya pria itu tidak melupakan kejadian saat ia meleceti motornya.
"Butuh berapa?"
"Gue udah kaya gak butuh duit."
"Terus ngapain minta tanggung jawab, bego?"
"Yeu sinting, santai dong!"
"Lo ngatain gue?!" Althea melotot.
"Lo yang ngatain gue duluan," balas Catur ikut melotot.
"Aduh mbak, mas kalau berantem jangan di pinggir jalan begini. Selesaikan di rumah, berantem dalam pacaran itu udah biasa, jangan terlalu emosi." Seorang wanita paruh baya menghampiri Althea dan Catur.
"Kita gak pacaran!" seru keduanya serempak. Wanita tersebut terkejut dan menggeleng pelan. Ia berlalu meninggalkan kedua remaja itu.
"Apa lo?!" ketus Althea mendelik saat Catur menatapnya. Althea merogoh saku dan mengeluarkan uang berwarna merah lima lembar.
"Tuh gue ganti, bodo amat kalau kurang. Lo udah kaya, kan?" Althea melambaikan tangannya ke jalanan saat matanya menangkap taksi hendak melewati mereka.
"Jangan ganggu gue lagi, awas aja kalau lo muncul di depan gue." Althea menyerahkan uang tersebut dengan kasar dan masuk ke dalam taksi.
Catur berdesis, mendelik ke arah Althea yang sudah berada di dalam mobil. "Gue tandain muka lo, cewek ribet!" teriaknya kesal. Matanya melotot saat Althea mengacungkan jari tengah lewat jendela mobil.
"Cari gara-gara emang sama gue!"
...
Kali ini per-part aku buat kisah masing-masing cast ya.
Kalau kalian lupa sama cast Hereditarium bisa cek part dengan judul silsilah, disitu aku ada penjelasan beberapa cast.
Mau QnA? tanya sini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top