Point of View

Point of View, atau sudut pandang, adalah cara kita membawakan tulisan kita. Sudut yang ingin kita pakai untuk menceritakan ceritanya. Secara umum, ada dua, yaitu sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Ada juga sih yang bikin "orang kedua", tapi kalau di buku tulis bahasa Indonesia kan cuma pertama dan ketiga yak jadinya yang kedua bakal dibahas terakhir.

Pemakaian PoV ini tergantung pada banyak hal, tapi kurasa yang utama adalah kenyamananmu dalam menulis. Genre apa pun boleh memakai PoV apa pun. Kadang pun kita akan tahu lebih enak pakai sudut apa. Sesuaikan dengan feel dan suasana yang mau kamu bawakan dalam ceritamu.

1. Sudut pandang orang pertama.

Orang pertama memakai kata ganti "aku" dalam penceritaan. Persis kayak kalau ini pengalaman kita sendiri dan kita lagi cerita ke orang lain. Tentu, yang dibahas kalau pakai PoV pertama adalah APA YANG TOKOH TAHU saja. Jangan sampai tiba-tiba si tokoh tahu apa yang dipikirkan oleh tokoh lain--kecuali emang cerita fantasi dan si tokoh bisa baca pikiran.

Dalam memakai PoV pertama ini, sebisa mungkin jangan mengganti PoV dalam satu bagian yang sama. Boleh memakai dua atau lebih PoV, tapi antar PoV dipisah dan diberi bagian kecil di atas yang menuliskan siapa "aku" yang ada di dalam cerita.

Yang perlu diingat adalah, kalau menuliskan narasi pakai PoV ini, kita harus menyesuaikan gaya cerita kita dengan tokohnya, berhubung kan, yang cerita tokohnya. Nggak terlalu masalah buatku kalau di PoV A kita pakai gaya yang agak kaku sementara di PoV B kita pakai gaya yang nggak serius. Asalkan sudah ganti PoV, menurutku oke-oke saja.

Keunggulan: bisa ngejelasin perasaan dengan lebih ugh(?) kayak kan kalau PoV pertama itu enak buat curhat ga sih wkwkwk. Akan terasa lebih personal juga, karena seolah-olah si tokoh sedang cerita pada pembaca.

Kelemahan: terbatas banget, karena kita cuma bisa fokus pada satu tokoh (dalam satu bagian PoV) dan apa yang dia ketahui.

Tapi seru kok pakai PoV satu wkwk.

Contoh (abaikan judul part dan isi cerita yang gaje wkw):

PART III: STUDI BERSAMA MAHASISWA

Ganesha

Aku mengikuti Jensen di sepanjang lorong. Poster promosi Studi Bersama Mahasiswa (SBM) harus dipasang di beberapa mading sekolah. Untungnya, ini adalah sekolah terakhir. SMA Mayapada ini mirip-mirip dengan sekolahku dulu, membuatku sedikit nostalgia.

Aku kangen masa-masa SMA. Yah, walaupun bukan anak yang gaul, tapi aku punya begitu banyak teman yang menyenangkan. Kami masing-masing masuk ke jurusan dan universitas berbeda dan sudah semakin sulit untuk bertemu.

Ah, tapi Jensen juga menyenangkan kok. Aku lumayan terhibur dengan tingkah lakunya yang tidak pernah bisa diam itu. Teman-teman seangkatanku di jurusan juga begitu akrab dengan satu sama lain, membuat suasana kampus tidak pernah membosankan.

.

.

.

...

Raina

"Na, liat tuh, ada poster les privat SBMPTN!"

Kannia menyeretku ke mading sekolah. Buset, SBM lagi! Lama-lama bosen juga. Aku tahu sih, kalau sekarang lagi masa-masa genting bagi seluruh umat siswa-siswi kelas dua belas di seluruh Indonesia, tapi aku udah capek mikirin SBM. Belum lagi mikirin SNMPTN yang nggak jelas bisa daftar atau enggak. Kenapa sih, masuk kuliah harus ribet banget?

"Kayaknya asyik nih Na," Kannia mencermati poster itu. "Yang ngajarin anak UI juga. Kita bisa sekalian nanya-nanya soal kampus. Siapa tau kan, yang ngajar itu salah satu orang yang gue stalk di akun UI ganteng di Instagram."

"Lo mau cari ilmu atau jodoh sih, Kan, di UI?"

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa enggak?" Kannia nyengir. "Yuk daftar. Gue malu kalau sendirian."

.

.

.

...

Yak, kira-kira begitu deh. Satu part masih bisa kok kalau dibuat beberapa PoV, asalkan jelas pembagiannya dan jangan terlalu singkat. Kalau misal dipindah ke PoV lain cuma buat satu atau dua baris (dan cuma baper-baperan doang) menurutku malah ngeganggu kenyamanan baca. Tetap masukkan kisah kecil yang cukup panjang untuk menjelaskan mengenai si karakter dan motif di balik apa yang dia lakukan.

Gunakan pemisah (seperti elipsis (...) atau lambang apa pun yang diinginkan) untuk memisahkan satu PoV dengan PoV lain. Nama si tokoh ditaruh paling atas untuk menunjukkan siapa yang kamu bicarakan.

2. Sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang ini memakai kata ganti "dia", alias kita menempatkan tokoh sebagai orang ketiga. Bisa dibilang, penulislah orang pertamanya, sementara pembacalah orang keduanya. Kita lagi nyeritain si tokoh, "orang lain", ke pembaca.

PoV ini enak banget untuk mengeksplor semua orang secara keseluruhan tanpa perlu dibatasi adanya sudut pandang seorang tokoh. Kita bisa mengubah fokus dari satu tokoh ke tokoh lain tanpa perlu pemisahan tersendiri.

Ada dua macam PoV ketiga ini, yaitu PoV ketiga serba tahu dan terbatas. Kalau serba tahu ini purely orang ketiga yang bisa mengubah fokus dari satu tokoh ke tokoh lain, sementara kalau terbatas itu lebih seperti PoV pertama tapi dijadikan PoV ketiga (tanpa perlu adanya nama di awal bagian). Contoh PoV ketiga terbatas itu Reminiscing Thomas hehehehehehehehe #bukanpromosi #tapingasihcontoh.

Dengan PoV ini, kamu bebas menuliskan narasi dengan gaya apa pun yang kamu mau tanpa tergantung pada si tokoh. 

Keunggulan: bisa dipakai untuk menjelaskan semua tokoh tanpa perlu dibatasi apa yang dia ketahui saja (except for PoV terbatas), selain itu lebih bisa mengubah-ubah fokus.

Kelemahan: kurang "personal", tapi sebenarnya kamu juga bisa mengeksplorasi perasaan si tokoh.

Contoh:

PART IV: PERTEMUAN PERTAMA

Sore itu adalah kali pertama Raina les dengan mahasiswa bernama Ganesha. Dia penasaran. Ganesha tidak memasang foto di profil LINE-nya, jadi dia tidak bisa tahu muka cowok itu seperti apa. Dugaannya, Ganesha itu mahasiswa rajin yang tiap hari cuma belajar.

Bunyi motor yang memasuki halaman rumah membuat Raina siaga. Mungkin Ganesha. Raina mengintip dari balik tirai. Orang itu secara gantian menoleh pada rumah dan ponselnya, mencocokkan nomor rumah dengan alamat yang diberikan padanya. Setelah yakin, dia melepas helmnya, mematikan mesin, dan berjalan ke halaman rumah.

Raina membukakan pintu, dan tampaklah seorang cowok tinggi berambut cepak yang sedang tersenyum ramah. Oke, kalau cowok itu Ganesha, maka dugaan Raina salah. Ganesha ternyata tidak terlihat seperti nerd yang berkacamata tebal. Dia justru terlihat ... lumayan tampan. Duh. Sepertinya Raina sudah ketularan Kannia.

"Halo, aku Ganesha," ujar cowok itu sambil mengulurkan tangan. "Kamu Raina kan?"

Merasa aneh dengan kalimat cowok itu--apa mungkin karena dia pakai kata ganti "aku" dan bukan "gue" kayak anak Jakarta kebanyakan ya?--Raina menyambut uluran tangan Ganesha. "Iya, gue Raina. Silakan masuk."

Raina lalu mempersilakan Ganesha masuk. Sekali lihat, Ganesha langsung menyukai rumah Raina. Konsep rumah ini sederhana dan natural, dengan dinding bata yang tersusun rapi, perabot-perabot kayu, serta beberapa tanaman hias di sudut ruangan. Belajar di sini tentu akan sangat menyenangkan.

.

.

.

Begitulah hehe. Kira-kira. Kelihatan lah ya bedanya?

3. Campuran

Yang kumaksud campuran di sini adalah, saat kita memakai PoV satu di salah satu bagian dan PoV ketiga di bagian lain. Ada beberapa novel yang memakainya dengan sukses, meski begitu menurutku sistem seperti ini agak susah untuk bisa dibuat bagus. Kadang berasa aneh gitu. hehe. :"

Tapi jika kamu memang berniat menuliskan dengan dua PoV begini, maka sistemnya akan sama dengan PoV pertama: gunakan tanda untuk memisahkan PoV pertama dan ketiga. Hal ini akan lebih memudahkan untuk dibaca.

p.s. PoV ketiga BUKAN Author's PoV, jadi jangan tulis ini ya :D. Technically, mungkin iya, tapi itu bukan istilah yang ... "tepat"??? Entah, tapi aku belum pernah menemukan buku dengan tulisan "Author's PoV" di dalamnya. Aku berasumsi itu bukanlah istilah yang ada di dalam dunia kepenulisan. Jadi kalau misal dari PoV satu ke PoV tiga, lebih baik nggak usah dikasih tulisan itu.

Sekali lagi, aku kurang menyarankan PoV begini karena malah bikin bingung. Kalau memang mau pakai PoV ketiga tapi juga mau PoV pertama, lebih baik pakai PoV ketiga terbatas wkwk.

4. Sudut pandang "orang kedua".

Kenapa aku beri tanda kutip? Karena sejujurnya, itu cuma istilah aja untuk cerita-cerita yang memakai kata ganti "kamu" di dalamnya. Ada yang bilang, sebenarnya tetap masuk ke kategori pertama dan kedua, tetapi dibuat berbeda dengan menyebutkan "kamu" dalam narasi.

Gaya tulisan begini sangat sarat akan perasaan dan emosi antara "aku" dan "kamu" atau "kamu" dan "dia". Contoh yang pernah kubaca yaitu Surat Untuk Ruth (Bernard Batubara, GPU), menggunakan "kamu" dan "aku".

Sudut pandang ini lebih cenderung berfokus pada apa yang dipikirkan "aku" mengenai "kamu", atau "kamu" mengenai orang-orang lain. Contohnya gak usah ya. Aku males mikir hehe. Contoh kemarin itu kayak ... yagitudeh.

Keunggulan: menitikberatkan pada hubungan dua orang yang menjadi fokus utama cerita dan kental dengan perasaan.

Kelemahan: tidak cocok sama sekali untuk cerita-cerita yang penuh aksi.

Menurutku sih PoV kedua ini lebih serius, kalem, dan baperan dibanding kedua PoV lain.

So far, aku paling suka pakai PoV ketiga terbatas dan PoV pertama. Enak aja gitu pakainya.

Kalau kamu sendiri, suka pakai PoV apa?

01/04/2018, diperbarui 11/04/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top