How to Start: Plot

Plot adalah alat penting dalam sebuah cerita.

Aku pernah ikut kelas di GWP, dan saat membahas plot (disampaikan oleh Rosi L. Simamora), perumpaannya seperti ini: jika novel adalah rumah, bab-bab di dalamnya adalah ruangan, tokoh-tokohnya adalah orang yang tinggal di dalam rumah itu, settings adalah alamat rumahnya, dan plot adalah penyangga atau fondasi.

Plot berbeda dari urutan bab atau outline cerita. Plot itu rangkaian kejadian yang dihubungkan dengan sebab dan akibat. Kejadian A menyebabkan kejadian B, B membuat tokoh melakukan C, C mengakibatkan kejadian D, dan seterusnya.

Ambil contoh cerita Cinderella. Perkenalan tokoh Cinderella, ibu dan saudari-saudari tirinya, atau teman-teman tikusnya, adalah awal. Konflik yang sesungguhnya baru dimulai ketika Cinderella ingin ikut pesta dansa yang diadakan Pangeran.

Hal penting yang patut diperhatikan adalah, cerita dimulai ketika ada konflik, dan konflik timbul karena ada keinginan dari tokohnya. Ada hubungan logis yang menyebabkan konflik bergerak dari A, B, C, D, dan seterusnya. Ada drama, ketegangan, dan emosi yang dimainkan di dalam plot ini.

Plot adalah fokus dari ceritamu. Apa sih, yang ingin kamu ceritakan? Apa sih, pertanyaan yang ingin kamu jawab di situ?

Contoh, misal The Real Deal. Pertanyaan yang ingin kugali di cerita itu adalah, bisa nggak sih, cowok "bad boy" SMA itu tobat tapi bukan karena pacar? Apa iya, cowok SMA itu sesetia itu sampai bakal nikah sama high school sweetheart-nya, apa lagi kalau ada cap bad boy di dalam dirinya?

Kalau menurut observasiku di SMA, hal itu nggak mungkin kejadian. Cowok-cowok di SMA-ku dulu pada gonta-ganti pacar. Bahkan dia yang nggak tergolong bad boy menurut cerita-cerita Wattpad pun, bisa juga putus sama pacarnya. Belum lagi kasus pacaran beda agama atau pacaran sama kakak kelas (yang bisa aja kan putus begitu mereka udah beda sekolah).

Berdasarkan hal itu, aku akhirnya membuat The Real Deal. Ruben tobat karena saudari kembarnya, Ruby. Kekeluargaan nggak mungkin putus kan, sementara pacar kan mungkin, hehe.

Jadi pertanyaan awalnya adalah, bisa nggak sih, cowok bad boy SMA itu tobat bukan karena pacar? Jawabannya, bisa. Pertanyaan inilah yang dijadikan acuan utama kalian dalam membuat plot.

Semisal, pertanyaannya adalah, "Apakah Raina berhasil kuliah di UI?" Jawaban yang ada di akhir ceritamu haruslah antara dua, "Raina berhasil kuliah di UI," atau, "Raina tidak berhasil kuliah di UI." Jangan gagal fokus dan malah berakhir masa bodoh dengan perjuangan Raina kuliah di UI, tapi jadi fokus ke masalah percintaan Raina dengan Ganesha, guru lesnya. Jangan. Itu bahaya.

Nah, pertanyaan itulah yang akan membantumu mencari tonggak-tonggak besar untuk dirancang sampai ke akhir cerita, sampai akhirnya kembali menjawab pertanyaan awal.

Dan akhirnya, plotnya kira-kira bakal jadi begini:

Raina ingin kuliah di UI, karena itu dia harus rajin belajar > selain belajar di sekolah, Raina juga mengambil les tambahan, yaitu dengan Ganesha, mahasiswa UI yang menyambi jadi guru les > Raina lalu terus belajar untuk UN, juga mendaftar SNM di jurusan Teknik Kimia > setelah hasil SNM keluar, ternyata Raina tidak lolos SNMPTN > Raina lalu belajar mati-matian dan menambah jam lesnya dengan Ganesha untuk SBMPTN > Raina tes SBM dan berhasil masuk Teknik Kimia UI.

Itu plotmu. Jangan tiba-tiba di tengah belok menjadi "Raina lalu semakin dekat dengan Ganesha karena sering bertemu > Raina dan Ganesha pun saling mencintai > Raina dan Ganesha pacaran, lalu menikah." Urutan seperti ini tidak akan menjawab pertanyaan awalmu, yaitu keinginan Raina untuk kuliah di UI.

Oke, kurasa sekian dulu untuk plot, nanti akan aku tambahkan di bagian berikutnya. Semoga membantu ya! Kalau ada pertanyaan, tinggal tanyakan di kolom komentar.

[03.02.2018]

.

Menurutku akan aku tambahkan di sini aja, karena sebenarnya part berikutnya itu pendek :"

Pertanyaan penting berikutnya adalah, bagaimana cara agar plot tidak terlihat? Pembaca seharusnya hanya bisa melihat tokohmu, ceritamu, dan bukan plotnya. Ingat, plot adalah fondasi. Kita tidak melihat fondasi jika berkunjung ke rumah orang.

Caranya adalah dengan cerita berkonflik internal instead of eksternal. Konflik eksternal (yang berasal dari luar si tokoh) berpotensi membuat plot mudah terbaca. Konflik internal (yang berasal dari dalam si tokoh) membuat plotmu terkubur. Contohnya adalah ketakutan, keraguan, kekhawatiran, dan konflik lainnya.

Ada tips jika kalian ingin belajar membuat plot. Yaitu, coba cari novel yang telah kalian baca. Setiap ada kejadian yang membuat karakter berubah, catatlah. Buat rangkuman dua kalimat - satu pararaf mengenai cerita itu--kurasa, hasilnya adalah plot dari cerita itu (jujur, aku belum pernah coba *disleding* ;A;). Setelah itu, kita bisa pelajari bagaimana membuat plot yang baik.

That's all!

[06.02.2018]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top