[15] Korban Paksa

Oh jadi gini ya rasanya dijadiin opsi kedua. Nyesek. Padahal gak suka sama dia.

***

Malamnya, sekitar pukul sebelas lewat delapan menit setelah mendapat username, Dega langsung kirim direct message.

aldegapranata_: Hera, ya?

_herasya: ?

aldegapranata_: bukan, Hera?

_herasya: bukan

aldegapranata_: terus?

_herasya: pacarnya Jaehyun

aldegapranata_: suka halu juga nih bocil wkwk

aldegapranata_: sebenernya gini her ...

_herasya: tudep aja bisa?

aldegapranata_: 😬

_herasya: hm

aldegapranata_: gue mau ngajak lo ke kondangan mantan gue

_herasya: lah?
_herasya: hubungannya sama gue apa?

aldegapranata_: gak ada sih

_herasya: terus???

aldegapranata_: biar gak keliatan jomblo aja

_herasya: nyatanya gitu kan?
read

Dega menjambaki rambutnya sendiri, frustrasi. Hera kelewat cuek jadi cewek. Dia harus apa?

Tanda yang menunjukkan Hera online sudah tidak terlihat, mungkin cewek itu sudah mau tidur. Salahnya juga yang mengechat malam-malam.

"Bodo amat, besok gue temuin aja orangnya langsung!"

***

Hera mau matiin data selulernya namun tidak jadi, ia tiba-tiba merasa lemas mendapat notifikasi dari instagram.

"Kok Dega bisa DM gue sih?!" Hera ketar-ketir duluan, ya kali, identitasnya terungkap begitu cepat?

Gadis dengan baju baby doll itu mengembuskan napas lega setelah tau ternyata Dega DM bukan di second account nya tapi di akunnya yang asli. Bisa gawat, kalau tau, gak ada angin gak ada ujan, tiba-tiba DM. Dipikir-pikir lagi agak aneh.

Dega tau akun gue yang asli dari siapa?

Setelah kebimbangan yang berkepanjangan, Hera bales aja DM si cowok ngeselin itu.

"Oh, dia mau ngajak gue ke kondangan?" Hera tersenyum smirk. "Ke mantannya lagi. Dia gak ada gitu cewek lain selain gue?"

Selain merasa aneh, Hera juga memiliki tanda tanya besar di otaknya. Kenapa harus dia? Toh, Hera yakin seribu persen, kenalan ataupun temen cewek Dega pasti banyak. Sama Hera juga, Dega belum terlalu kenal lama. Kenapa lelaki itu harus mengajaknya? Pasti ada udang dibalik batu!

"Padahal jomblo, gak mau ngaku jomblo, susah, susah," ujar Hera sambil menggelengkan kepalanya.

_herasya: nyatanya gitu kan?
Read

"Seriusan di-read doang?" Mendadak Hera kesal. Tadi katanya mau minta bantuan, kalau kayak gini Hera jadi males nolongin. Gak ada effort sama sekali.

"Ya, udah lah ya, mending bobo," ucapnya lalu menaikkan selimut sampai ke atas kepala.

***

Singkat cerita, jadi hari ini tuh hari Jumat, yang mana Dega udah rusuh banget dari pagi. Pas di parkiran, Hera mau parkir motor aja gak bisa tenang, si Dega terus mohon-mohon buat Hera mau diajak ke kondangan.

Tadi juga, pas ada jamkos di kelasnya, Dega juga sliweran di depan kelasnya. Kadang juga bertransformasi jadi patung manequeen di tengah-tengah pintu kelas. Alhasil, Arel yang duduk di sebelahnya pada nyikut-nyikutin Hera dan satu kelas pada nge cie-cie in gitu.

Waktu jam istirahat juga. Niatnya mau makan santai, damai, tanpa gangguan. Dega muncul lagi dan duduk di kursi kosong yang ada di depannya. Sumpah, ngeselin banget. Makan kalau dilihatin itu gak enak, aneh pokoknya, apalagi dilihiatinnya sama cowok.

"Gue capek ya, dari tadi selalu ada lo lo lo." Hera lagi sibuk misahin sampah organik dan anorganik di tong sampah dengan warna yang berbeda.

Hari ini dia ada ekskul Go Green, seharusnya ekskulnya itu di hari Selasa, tapi berhubung Bu Nani sebagai pembina ekskul ini tidak bisa, jadi ya diganti hari Jumat.

"Ngapain sih ikut nih ekskul? Jadi babu sekolah mau aja," ledek Dega seketika membuat Hera kesal.

Apa urusan lelaki itu terhadap ekskul yang dipilihnya?

"Mulut lo nyinyirnya udah kayak netijen aja. Serah gue dong!"

Dega gak berniat sotoy atau apa, tapi sedikit banyak dia tahu ekskul ini, terlebih lagi guru pembina ekskul go green adalah Bu Nani, gebetan temennya sendiri. Bukannya tidak menghargai, tapi agendanya ya pasti itu-itu aja, nggak jauh-jauh dari bersih-bersih, cabutin rumput, sama nanem tumbuhan. Itu yang Dega tahu selama ini.

"Iya-iya."

"Lagian, temen sekelas gue banyak yang ikut nih ekskul! Gue jadi nggak ngerasa sendiri." Hera sebenernya juga ogah ikut ekskul ini, di rumah saja ia jarang bersih-bersih.

"Ooooo, jadi lo ikut gegara banyak temen lo yang milih nih ekskul? Lah, si Arel kagak ikut tuh nih ekskul?"

Meski sebal, Hera tetap saja menanggapi. "Ya, emangnya temen gue cuma Arel aja apa?! Tuh, ada banyak," tunjuk Hera satu per satu pada teman sekelasnya. Yang bisa Dega prediksi ada sekitar dua belasan orang dari kelas Hera yang ikut ekskul go green.

Kok Dega jadi kebawa suasana keenakan ngomong sama Hera? Ia jadi lupa tujuan awalnya. "Eh, ayo."

"Ayo ke mana deh?" Hera mendadak bingung.

"Malam minggu, lo ikut gue ke kondangan mantan."

Nih, cowok emang gencer banget ternyata, Hera meralat ucapannya kemarin malam yang mengatakan Dega gak effort sama sekali. Kerjain dikit bisa kali ya.

"Bisa sih. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Gantiin tugas gue misahin nih sampah. Gampang, kan? Tinggal masukin ke tong doang. Noh, dari area depan ruang komputer, terus depan lab, sama sampingnya bengkel anak mesin."

"Sinting."

"APA LO BILANG?"

"Gak." Dega menggeleng. "Tapi, janji ya lo bakal ikut gue malam minggu besok?"

Hera mengerjap, bagi Dega itu adalah jawaban yang lebih dari cukup.

Nih cowok bego apa gimana? Mau-maunya dikerjain, Hera membatin.

***

Anak-anak go green yang lain udah selesai semua sama tugasnya masing-masing, baju olahraga mereka juga kelihatan basah karena keringat dan kotor. Namanya juga abis bersih-bersih. Wajah capek, jelas terlihat mendominasi wajah mereka. Kecuali Hera. Gadis itu berjalan santai menghampiri temannya, Afa dan Mei.

"Lo kayak gak abis bersih-bersih deh," ujar Mei. Gadis itu terlihat sangat gerah, ia mengibas-ngibaskan bajunya.

Afa malah tertawa. "Yaiyalah, orang bagian dia dikerjain sama doi." Afa tadi sempat melihat Dega dan Hera serta mendengar percakapan mereka meski sedikit.

"Doi apaan doi? Mana ada doi. Single dari lahir gue mah.

"Halah," jawab Afa dan Mei kompak.

"Eh, Bocil!" teriakan Dega sangat nyaring membuat Hera serta temannya menoleh.

Penampilan Dega yang sebelas duabelas kayak gembel sukses membuat Hera tertawa, Dega masih mengenakan baju pramuka. Bagian ujung celananya digulung tidak rapi sampai dengkul sehingga terlihat bulu-bulu kakinya, cowok itu tidak pakai sepatu, kancing baju seragamnya jelas terbuka sampai bawah, tapi dalaman kaosnya bisa terlihat jelas ada keringat yang banyak.

"Kok ketawa? Susah payah ini gue!" gerutu Dega mendekat. Refleks Hera sama dua temannya tutup hidung, tentu saja baunya tidak enak, Dega abis bersihin sampah.

Hera langsung kabur, takut Dega menyentuhnya atau apa. Kalau di sinetron-sinetron kan gitu. Soalnya tangan Dega kotor banget sekarang dan Hera merasa ia sangat menyebalkan tadi.

Jadilah aksi kejar-kejaran seperti adegan di film hollywood. Mana pas banget ada pohon mangga yang ada di tengah-tengah mereka seperti penghadang.

"Lo ngapain lari?"

"Meng-hin-dar," jawab Hera terengah-engah.

"Karena gue udah lakuin yang lo mau, lo harus ikut gue kondangan." Dega masih terus ngejar Hera. Tapi, tetap tidak tertangkap. Cewek itu gesit juga ternyata.

"Bodo amat, emang gue jawab 'iya'?" Nadanya tidak enak.

"Lah? Bukannya lo tadi ngerjapin mata ya?" tanya Dega retorik.

"Oh itu? Itu kan supaya bola mata gue gak kering aja aja sih."

Dega langsung misuh dengan umpatan khas jawa, yang diawali huruf J dengan huruf belakang K.

"Kalau gak Arel yang ngerekomendasiin lo buat ikut gue ke kondangan gue gak bakal mau maksa lo kayak gini! Arel gak bisa, dia mau nonton balapannya si Satya. Lo pikir gue mau gitu sama Bocil?" Dega emosi sendiri. Ia sudah berhenti mengejar Hera, otomatis Hera juga berhenti setelah mendengar ucapan itu.

Dega berkacak pinggang masih kesal. Jujur dia capek. "Gue juga ogah kalau sama lo," ujar Dega lagi yang entah mengapa membuat hati Hera sedikit ... nyeri?

"Jadi karena Arel, ya?" lirih Hera. Bukan karena dia emang mau deket sama gue? Haha, lucu lo, Her.

"Iya."

Hera seketika gerah, mengibaskan beberapa kali ujung kaus olahraga bagian atas.

"Oke, deh, gue mau ikut lo," putus Hera. Sorot mata gadis itu tak terbaca. Memangnya, apa sih yang Hera harapin dari cowok kayak Dega?

"Serius?" Dega melirik Hera dan mendekat. Hera mengangguk sebagai jawaban.

Kini cowok itu berada tepat di hadapan Hera. Dega menatap netra gadis itu lekat dan juga sebaliknya. Hera sama Dega tingginya gak beda jauh, jadi Hera gak perlu mendongak untuk menatap cowok itu.

"Sorry gue udah bikin lo kotor." Dega langsung berlari.

Hera baru sadar, Dega telah mengusapkan tangannya yang kotor ke lengannya yang bersih. Cewek itu mengumpat dengan suara yang keras.

"DEGANJING!!!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top