[07] Kepoin Crush

You must know, jadi cewek jangan gampang baper, karena yang baperin belum tentu suka. Siapa tau cuman dibuat suka-sukaan aja.

***

Hera jatuh terduduk. Bola voli itu mengenai kepalanya. Ia mengambil bola itu sambil menggosok-gosok kepalanya yang sakit. Ia tidak mau jikalau nanti akan timbul benjolan setelah terkena hantaman bola voli ini.

"Her, lo nggak papa?" Arel khawatir dan membantu Hera berdiri.

Tiga laki-laki itu menghampiri Arel dan Hera.

"Sorry, Her, gue gak sengaja," ujar Elios bersalah. Pukulannya tadi terlalu keras dan melenceng. Niatnya tadi menjebak Dega, eh, ternyata dia yang terlalu ceroboh.

Deva dan Dega menahan tawa.

"Ngapain kalian nahan tawa?!" Sudah jelas dia kesakitan setelah mendapat hantaman ini. Tapi, Dega dan Deva malah tertawa. Memang bukan kesalahan mereka berdua, tapi salah Elios, berarti kan sama aja, soalnya mereka satu komplotan.

"Siapa yang ngetawain lo sih Cil? Ge.er! Gue sama Deva ngetawain rautnya Elios. Ya, nggak, Dev?"

"Yoi." Dega dan Deva bertos ria.

"Anjing lo pada!" umpat Elios kesal.

"Maafin ya, Her?" Tangannya Elios secara bergerak menyentuh kepala Hera tiba-tiba. "Nggak papa, kan?"

"Ihh, gausah pegang-pegang!"

Suara siulan keluar dari mulut Dega, berlanjut suara ketawa yang sangat nyaring dari Dega ditambah Deva.

"Hahaha." Lagi, Deva dan Dega tertawa sangat nyaring.

"Iya, gue maafin," jawab Hera pada Elios.

Elios bisa bernapas lega.

"Lo sih, main pakek otak dikit kek!" Arel menoyor kepala Elios dan mendapat pendelikan tajam dari cowok itu.

"Taktik naikin, ambisi kurangin," ujar Dega.

"Tau gitu seharusnya gue se-tim sama Dega aja," ucap Deva merangkul sohibnya itu.

"Siniin, Cil, bolanya. Kita mau lanjut main," minta Dega yang sudah berdiri di hadapan Hera.

"Gak!" tolak Hera sambil menyembunyikan bola itu di belakangnya. Khas seperti anak kecil yang tidak ingin barangnya diambil.

Dega tertawa melihat itu. "Lo sumpah deh kek Bocil beneran."

"Biarin. Kalian tuh seharusnya belajar! Bukan main bola, bentar lagi lulus juga. Malah buat masalah terus." Hera nyerocos, gak pakek intonasi, cara bicaranya udah kayak nge-rap.

Dega memperhatikan Hera dengan seksama. Yang tadinya tertawa, kini rautnya berubah datar. Apa yang dipikirkan cowok itu Hera juga tidak tahu. Dega menatap Hera dengan lekat. Tatapan itu lagi ... Hera seakan dibuat bungkam dan pelan-pelan memundurkan langkahnya.

Dega semakin mendekat dan mendekat. Mencondongkan tubuhnya dan sukses membuat kaki Hera bergetar dan hatinya berdebar. Haha, sial.

Gerakannya perlahan, dengan tatapannya, Dega mencoba mengambil bola voli itu dari tangan Hera yang gadis itu sembunyikan di belakangnya.

"Nakhlukin lo ternyata semudah itu Cil," bisiknya setelah berhasil mengambil bola dari Hera. Hera terkesiap, tatapan Dega seolah membiusnya dan membawanya ke ruang dimensi yang berbeda. Agak alay, tapi tingkat kesadarannya tadi sempat hilang beberapa saat.

Rasa sakitnya di kepalanya tiba-tiba menghilang terganti rasa malu dan membuat pipinya seketika bersemu.

"Arel ayo kita pergi!" ajak Hera kemudian menarik tangan Arel dari sana. Melarikan diri adalah salah satu opsi hal yang harus dilakukan saat gak tau harus melakukan apa atau malu. Ya, seperti yang dirasakan Hera sekarang. Kelihatan banget saltingnya.

Hera berjalan cepat dan saat ia menoleh ke belakang ia melihat Dega yang belum pergi. Cowok itu berekspresi datar seperti tidak terjadi apa-apa.

Hera mendengkus. Giliran gue salting, sementara dianya biasa aja. Ck.

***

Praktikum hari ini telah selesai. Wajah lelah sudah mendominasi kelas sepuluh kimia analis satu. Beberapa orang ada yang langsung ke kantin mengisi perut mereka mumpung belum bel dan beberapa lagi hanya di ruang laboratorium saja menunggu bel pulang sekolah.

Tangan Hera tertarik untuk menuju aplikasi instagram untuk membunuh rasa jenuh. Gadis itu memang tak terlalu tertarik pada aplikasi tersebut, tapi ada kalanya ia membuka aplikasi instagram. Aplikasi yang membuatnya terus menyecroll tanpa henti karena terus kepo dan kepo dengan setiap postingan demi postingan.

Ah! Ia ingat tujuan awalnya membuka aplikasi ini. Hera mau mencari akun seseorang. Diketuknya tombol pencarian dan diketiknga username.

@aldegapranata_

Hera menaikkan sudut bibirnya setelah menemukan akun IG milik Dega. Karena tampil di posisi paling atas, Hera langsung menekannya tanpa ragu.

Akun ini bersifat pribadi.
Ikuti untuk melihat foto dan videonya.

"Pake diprivate segala!"

"Apanya yang diprivate, Her?" Arel melirik layar ponsel Hera yang langsung dibalikkan kasar dia atas meja.

"Gak kok!"

"Etciehhh, lagi stalkingin siapa lo?" Arel kalau mode cie-cie gini paling buat Hera males.

"Kepo. Udah ah." Hera mulai memainkan ponselnya lagi. Tapi tidak dengan layar yang terbuka bebas, tapi sambil ditutupi dengan tangannya. Ia juga berjaga jarak dengan Arel. Hera juga malu jika ia ketahuan sedang stalking IG milik Dega.

Takutnya nanti Arel malah cie-cie terus, terus koar-koar deh ke abangnya sama temen-temennya, eh si Dega nanti tau dong kalau Hera kepo tentang dirinya. Bisa-bisa itu cowok jadi gedhe kepala dan merasa menang gitu. Oke, pikiran Hera terlampau jauh. Tapi, dia emang takut, takut beneran kalau sampai ketahuan.

Salah Dega juga, kenapa harus menaruh user IG di kertas ujian, kan Hera jadi kepo.

Dega lumayan populer ternyata. Dapat dilihat angka pengikutnya mencapai delapan ratus lebih dengan total yang diikuti hanya seratus saja. Cowok itu ternyata mengepost banyak feed, sekitar 61 kiriman. Entah apa saja yang lelaki itu bagikan. Yang jelas saat ini Hera benar-benar kepo dan ingin melihat feed Dega di IG.

Jangan sombong, kita hanya tanah yang diberi nyawa.

Quote itu terpampang jelas dengan huruf capslock di bawah Nama Aldega Pranata.

"Sok-sok an!"

Hera harus mengikuti Dega dahulu tapi jikalau itu terjadi, tidak, tentu saja itu tidak boleh terjadi. Di mana harga dirinya? Hera harus menjaga image dan terlihat masa bodoh.

Hera akan menggunakan secound account untuk mengikuti Dega. Akun kedua yang biasanya ia gunakan untuk mengepost quote-quote buatannya sendiri.

Setelah berhasil mengikuti akun Dega bel sekolah berbunyi. Membuat Hera harus menunggu rasa penasarannya sampai di rumah.

***

Hera melepaskan sepatunya dan mulai duduk di sofa. Tas ransel sudah ia lempar entah ke mana. Masih ada misi yang harus ia selesaikan.

"Baik." Ia mulai membuka aplikasi instagram kembali dan mengetikkan username Dega. Setelah berhasil mengikuti akun Dega dengan secound account-nya, gadis itu bisa melihat kiriman Dega.

"Cowok kok alay!" Hera terus menggerutu dan masih menyecroll foto-foto Dega.

"Tapi ... ganteng juga. Ralat, agak sedikit little ganteng. Kenapa gue jadi hiperbola gini sih?"

Hera dapat menilai bahwa Dega menyukai pantai. Terlihat dari postingannya yang lebih banyak berfoto dengan pemandangan berlatar belakang pantai. Belum lagi cowok itu suka memakai topi berwarna hitam, karena hampir semua postingan Dega selalu memakai topi. Ah, Hera baru sadar. Di sekolah juga gadis itu selalu melihat Dega yang memakai topi hitam.

Tidak sadar, telah bermenit-menit Hera habiskan untuk mengkepoin IG Dega. Quote-quote simple yang ada di setiap kiriman juga bagus, ternyata Dega bisa puitis juga.

"Tunggu tunggu, kok gue kepo banget sama tuh anak?!" Hera memekik lumayan kencang. Untung saja bundanya tidak ada di rumah. Bisa-bisa ia dimarahi lagi.

Cukup! Lupakan segala hal tentang Dega!

Bisa nggak, ya?

Gak tahu, lihat aja nanti.

***

Ku kira kita asam dan garam☺




Eh, ternyata air sama minyak...



Yaaaaa....


Lovelin

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top