5.2 : Going Back
Rain menghela napas, sebelum akhirnya menunduk guna menghindari kontak mata dengan salah satu keluarganya.
'Pada akhirnya, aku menceritakan semuanya pada mereka, dari awal sampai akhir,' pikir Rain menutup matanya.
Well, tidak semua, setidaknya Rain tidak menceritakan masalah hypnosis mic dan sosok gelapnya.
Suasana menjadi hening cukup lama, sampai Rain mendengar kakaknya menghela napas panjang.
"Rain, kami mengapresiasikan kau menceritakan semua ini pada kami," ucap Stafez, "tapi apa kau tidak percaya pada kami?"
Rain mengangkat kepalanya dengan heran, namun berubah menjadi kaget saat melihat ekspresi sedih keluarganya.
"Kak Ra, kita semua tahu Kerajaan Inggris tidak akan berani melukai Keluarga Eastaugffe," ucap Fanz melipat kedua tangannya, "keluarga kita sudah seperti keluarga cabang bagi mereka."
"Tetap saja," tangan Rain mengepal kuat, "sekarang sudah tidak seperti dulu, bagaimana kalau ancaman itu benar? Bagaimana kalau Kerajaan Inggris berencana mengkhianati keluarga kita?"
"Jika itu memang terjadi, maka kita akan memikirkannya bersama-sama," ucap Harrison tersenyum, "jangan menanggung semuanya sendiri, Rain."
"Walaupun tragis bagi keluarga kita bisa seperti ini karena ketakutanmu pada pengkhianatan Kerajaan Inggris," sambung Maria terkekeh.
Suasana kembali hening, dan Rain hanya bisa membuang pandangannya.
"Karena sudah terlambat, bagaimana kalau kuhubungi sumber ketakutanmu, Kerajaan Inggris?" tanya Harrison berdiri dari kursinya.
"Eh, kenapa?" panik Rain ikut berdiri.
"Memastikan bahwa mereka tidak berencana untuk memberontak," jawab Harrison, "apa kau lupa keluarga kita cukup menyeramkan di Inggris?"
"Tidak!" ucap Rain tak sengaja meninggikan suaranya—kemudian dia berdehem pelan dan kembali duduk, "selama kalian aman, tidak perlu sejauh itu, Papa."
Harrison hanya tertawa lalu kembali duduk.
"Jadi," Maria tersenyum lebar, "tidak berencana untuk kembali ke Jepang?"
Rain berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya irisnya melebar kaget.
"Hah?"
"Kau tidak berencana untuk menemui ...," Maria terdiam sejenak—tampak mengingat-ingat sesuatu, "... Aohitsugi Samatoki?"
Pipi Rain spontan memerah mendengar nama sang laki-laki.
"U-untuk apa!? Aku sudah tidak ada urusan di Jepang atau dengannya!" jawab Rain panik.
"Tapi wajah Kak Ra berkata lain," sahut Fanz mendengus mengejek.
"Wajahku tidak ada hubungannya dengan ini!"
"Tapi bukankah kebahagiaan yang kau cari ada di Aohitsugi Samatoki?" tanya Maria masih tersenyum.
Rain membuka mulutnya untuk membantah, tapi dia tidak bisa.
Seolah apa yang ibunya katakan benar adanya.
"Kami tidak marah jika kau mengiyakan pertanyaan ibumu, Rain," sahut Harrison, "setelah apa yang kami lakukan padamu—kami tidak terkejut jika kau lebih merasa bahagia di luar sana."
Rain menekan kedua bibirnya, alisnya berkerut. Rain kemudian menunduk.
"Mama akan ulangi pertanyaan tadi," ucap Maria melihat Rain, "apakah bersama kami adalah kebahagiaan yang kau cari?"
Rain perlahan mengangkat kepalanya, menatap keempat anggota keluarganya yang sedang tersenyum menatapnya. Rain tampak ragu sejenak, sebelum akhirnya mendengus lalu menggeleng.
"Tidak, Ma," jawab Rain tersenyum, "aku menemukan kebahagiaan di sini, tapi tanpa adanya kebebasan—ini bukanlah kebahagiaan yang kucari."
[][][]
"Jangan lupa untuk sering menghubungi kami, ya?" sahut Maria merapikan rambut Rain yang sebenarnya baik-baik saja.
"Iya-iya," sahut Rain terkekeh, "akan aku telepon tiap akhir pekan."
Akhirnya Rain memilih untuk kembali ke Jepang (orang tuanya langsung bertindak cepat dengan memesan tiket tercepat pada hari itu) dan sekarang mereka semua sedang berada bandara, dengan penjagaan penuh. Dapat dilihat ada banyak bodyguard yang berjaga di setiap sisi bandara, terutama di sekitar keluarga Eastaugffe.
"Papa tidak main-main saat bilang keluarga Eastaugffe itu menyeramkan di Inggris," komentar Stafez menggelengkan kepalanya.
"Papa menelepon Kerajaan Inggris lalu meminta penjagaan penuh dalam kurun waktu 24 jam? Hanya Papa yang bisa mengancam pemerintah seperti ini," sahut Fanz mendengus bangga.
"Aku merasa kasihan pada penerima panggilan Papa," balas Rain tersenyum.
"Kesampingkan itu," sahut Harrison lalu memegang kedua bahu Rain, "pulanglah sesering mungkin—minimal saat libur tahun baru atau saat ulang tahunmu."
"Saat ulang tahun Rain kitalah yang ke Jepang, Papa," sahut Maria menggeleng.
"Akan aku usahakan," sahut Rain terkekeh canggung, "melihat hebohnya media massa memotret kita sekarang, kurasa aku akan sibuk karena debut di Jepang."
Seperti yang Rain ucapkan, mereka kini sedang dipotret oleh media massa, yang diberi jarak 10 meter oleh para penjaga.
"Setidaknya pekerjaanmu di Jepang sudah pasti," sahut Maria kemudian memeluk Rain, "jaga dirimu di Jepang—jangan ragu untuk menelepon kami jika terjadi sesuatu, oke?"
"Oke, Ma," balas Rain membalas pelukan Maria.
Setelah itu Rain memeluk keluarganya yang lain, dan setelah itu dia berjalan menuju ruang check-in.
"OH, PAPA LUPA SATU HAL! KAU TERLALU MUDA UNTUK MENIKAH!"
Namun saat mendengar teriakan sang ayah, wajah Rain spontan menjadi merah, dan langsung menoleh ke belakangnya, melihat Harrison mengerutkan alis tak suka—yang langsung disiku oleh Maria.
"Hati-hati," ucap Maria menggerakkan mulutnya.
Rain tersenyum, lalu mengangguk dan masuk ke ruang check-in, bersiap untuk kembali ke Jepang.
[][][]
"Selamat datang kembali, Rain."
Rain langsung menghentikan langkahnya saat melihat ada yang menyambutnya, dan tampak terkejut saat mengenali siapa yang menyambutnya.
"Ichijiku-san? Otome-sama? Apa yang kalian lakukan di sini?"
"Menyambutmu, tentunya," jawab Ichijiku.
"Tapi ... bukannya sedang berlangsung final battle rap?" tanya Rain.
"Battle rap-nya baru saja selesai," jawab Otome tersenyum, "kami langsung datang kemari begitu selesai."
Jantung Rain berdetak cepat, dan dia sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya.
"Jadi ... siapa yang menang?"
"Matenrou dari Divisi Shinjuku."
Iris Rain melebar sejenak, setelah itu dia hanya tersenyum.
"Begitu ya?"
"Kita akan langsung ke intinya," ucap Ichijiku menarik perhatian Rain, "sebenarnya membiarkan pengguna hypnosis mic sepertimu lolos begitu saja adalah kerugian besar bagi Chuo-ku, Rain."
Rain mengangkat sebelah alisnya—tak mengerti maksud Ichijiku.
"Kau pernah bertanya alasan kenapa kami mengajakmu bergabung Chuo-ku, benar? Sekarang aku akan memberitahu semuanya."
Rain menarik napas singkat, bersiap menerima informasi yang akan muncul.
"Pertama, kami memang mengincar hypnosis mic milikmu, tapi karena hanya kau yang bisa menggunakannya, artinya kami mengincar dirimu. Kedua, aku terganggu dengan sikap tunanganmu yang merenggut kebebasanmu sendiri, ini kenapa aku tidak suka dengan laki-laki."
"Lalu yang ketiga," ucap Otome berhasil membuat Rain terkejut karena tak menduga Otome akan berbicara, "aku berhutang budi pada nenekmu, Miss Alicia."
:: :: ::
:: :: ::
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top