2.6 : Lost in Osaka

[Pemberhentian terakhir: Stasiun Osaka. Sekali lagi, pemberhentian terakhir: Stasiun Osaka.]

Rain perlahan membuka matanya, samar-samar pengumuman dari kereta menyadarkannya.

'Huh?'

Rain berkedip beberapa kali, dan dia langsung berdiri saat menyadari dirinya bukan berada di tempat tujuannya.

"Osaka? Bukan Asakusa?"

Rain bergegas keluar dari kereta api lalu keluar dari stasiun, dan irisnya melebar saat pemandangan kota Osaka menyapa matanya.

"Astaga," Rain berjongkok—mengabaikan tatapan aneh orang sekitar—dengan kedua tangannya memegang sisi kepalanya, "bagaimana ini bisa terjadi?"

Rain Victoria Eastaugffe, perempuan berusia 24 tahun, dengan mudahnya tertidur dan melewatkan stasiun tujuannya, yang berakhir berhenti di stasiun terakhir, Osaka.

'Osaka ada di dalam daftar liburanku—tapi sebagai tempat terakhir, jadi ini situasi gawat karena aku mengacau dari rencanaku sendiri. Dari awal, kenapa aku bisa tertidur? Apa aku terlalu lelah sampai tertidur? Tapi aku hanya liburan akhir-akhir ini.'

Dari pikirannya itu Rain tersadar satu hal.

"Jangan bilang liburan justru membuatku lelah?"

"Apa yang kau lakukan dengan berjongkok begitu, Nona Manis?"

Mendengar suara berat menyapanya, Rain spontan berdiri dan memutar tubuhnya (serta mundur beberapa langkah) ke sumber suara, mendapati seorang laki-laki dengan jaket bulu tebal serta mengenakan kacamata hitam.

"T-tidak ada apa-apa," jawab Rain menghindari kontak mata dengan laki-laki tersebut.

Sementara sang laki-laki tampak menyadari sikap Rain, dan anehnya dia justru ikut mundur beberapa langkah—membuat Rain menoleh ke arahnya dengan heran.

'Kenapa dia menjauh?'

"Kau terlihat kebingungan, Nona Manis. Apa kau tersesat?"

'Semua barangku sudah ada di Asakusa, dan aku hanya membawa sedikit uang dan ponsel—ah!' Rain langsung merogoh tas selempangnya.

Namun saat dia mencoba menyalakan ponselnya, Rain hanya dihadapkan oleh layar hitam.

"Y-yang benar saja," gumam Rain tidak percaya.

"Kau ingin menghubungi seseorang? Aku bisa meminjamkanmu ponselku," tawar laki-laki itu mengeluarkan ponselnya.

Rain mengerutkan alisnya, kemudian menggeleng.

"Tidak terima kasih, tuan."

"Oh, namaku Amayado Rei, Nona Manis."

'Aku tidak tanya namamu, tuan,' pikir Rain menatap aneh Rei.

"Tenang, aku tidak akan menanyakan namamu. Nona Manis sudah cukup bagiku."

'Aku sendiri juga tidak berencana untuk memberitahumu,' pikir Rain.

"Jangan pasang wajah curiga seperti itu, Nona Manis. Aku tidak berencana buruk, hanya ingin membantumu karena kau terlihat panik tadi," jelas Rei masih mengulurkan ponselnya.

'Uang yang kubawa tidak cukup untuk menginap di hotel,' Rain melirik ke sekitarnya, 'hari sudah malam, dan kami sedang berada di tempat yang ramai.'

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya tangan Rain terangkat untuk mengambil ponsel Rei—

"Wah wah wah! Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini, Missy!"

—sampai ada seorang laki-laki menyelip antara dirinya dan Rei.

"Nurude ... san?" panggil Rain mengenali laki-laki yang berdiri di depannya.

"Selamat malam, Missy."

"Ah um, selamat malam juga," Rain melirik ke arah Sasara sekilas, "fancy to see you here."

"Oh, kalian saling kenal?" tanya Rei menarik perhatian mereka.

"Ya, kami beberapa kali tampil di acara yang sama."

"Begitu ya?"

"Lalu Missy," panggil Sasara kembali menoleh ke arah Rain, "apa yang kau lakukan di Osaka?"

"Sebenarnya aku," Rain kembali terdiam lalu menunduk, "tersesat dan ponselku mati."

"Jadi dugaanku benar," sahut Rei, "oleh karena itu aku ingin membantumu, Nona Manis."

Sasara mengerutkan alis mendengar ucapan Rei, sebelum akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Sambil menunggu panggilannya diangkat, Sasara menoleh ke arah Rei lalu tampak tangannya yang bebas 'mengusir' Rei.

"Ossan, Missy itu kenalanku, jadi biarkan aku yang membantunya."

Rei mengangkat sebelah alisnya, lalu tertawa kecil.

"Baiklah jika itu maumu."

Rei kemudian menoleh ke arah Rain, dan sedikit mengangkat topinya untuk memberikan salam singkat pada Rain.

"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Rei lalu menyeringai, "selamat malam, Miss Rain."

Rain mengerutkan alisnya.

'Jadi dia tidak menanyakan namaku karena dia sudah tahu?' pikir Rain, 'dari mana dia bisa tahu? Nurude-san?'

"Missy, apa kau memberitahu namamu pada Ossan?" tanya Sasara, "sebaiknya kau tidak mudah memercayai orang."

'Dari pertanyaan Nurude-san, berarti bukan dia yang memberitahu namaku,' pikir Rain, 'lalu bagaimana dia bisa tahu?'

"Baik, terima kasih," gumam Rain mengangguk singkat.

'Sepertinya dia menolongku karena mengenaliku sebagai model,' pikir Rain menarik kesimpulan sambil mengangguk mantap.

"Asal Missy tahu, laki-laki itu bukan orang yang boleh Missy dekati. Dia berbahaya."

Rain menatap lama Sasara, sebelum akhirnya mengerutkan alisnya dan mendengus kesal lalu membuang pandangannya.

"Nurude-san, aku mencoba untuk berpikir positif di sini."

"Eh?"

Sasara tak bisa bertanya lebih lanjut karena panggilannya sudah diangkat.

"Ah, Motozawa-san," panggil Sasara memanggil nama manajer Rain.

Rain spontan menoleh ke arah Sasara. Sementara Sasara yang menyadari reaksi Rain hanya bisa tersenyum.

"Sebenarnya aku sedang bersama Missy."

Sasara diam mendengarkan balasan manajer Rain, sebelum akhirnya memberikan ponselnya pada Rain.

"Motozawa-san ingin berbicara dengan Missy."

Rain mengangguk kecil, sebelum akhirnya menerima ponsel dari Sasara dan meletakkannya di telinga Rain.

"Miss! Apa Anda baik-baik saja!? Kenapa bisa berada di Osaka!? Bukannya—"

"Tenangkan dirimu dulu," potong Rain menghela napas panjang.

"Oh, maafkan aku."

"Aku bisa ada di Osaka karena ketiduran saat berada di kereta api, saat aku mencoba menghubungimu, ponselku mati," jelas Rain melirik ke arah Sasara sejenak, "beruntungnya ada Nurude-san, jadi dia membantuku."

"Ah, begitu ya?"

"Jadi apa yang harus kulakukan?" tanya Rain sukses menarik perhatian Sasara, "kau tahu baru kali ini aku keluar divisi, dan kereta yang kunaiki adalah kereta terakhir hari ini."

"Oh, aku bisa membantu," sahut Sasara.

Rain terdiam, sebelum akhirnya mengangguk dan melirik ponselnya.

"Kau dengar itu," sahut Rain.

"Ah, kalau begitu saya akan membicarakannya dengan Nurude-san."

Rain kembali mengangguk lalu memberikan ponsel pada Sasara.

"Bahas sisanya dengan manajerku."

Sasara mengangguk lalu menerima ponselnya, dan mulai berbicara dengan manajer Rain. Sementara Rain sendiri hanya melihat ke sekitarnya, sambil menunggu Sasara selesai.

"Missy?"

Rain menoleh ke sumber suara dan melihat Sasara sudah selesai.

"Aku akan mengantarmu ke hotel terdekat dan Motozawa-san akan mengurus sisanya, dia dalam perjalanan kemari."

Rain terdiam, sebelum akhirnya mengangguk kecil.

"Terima kasih, Nurude-san."

:: :: ::

:: :: ::

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top