2.4 : Poker is My Speciality, Shibuya
"Da~n kita sampai di Shibuya," ucap Rain setelah kakinya melangkah keluar dari gerbong kereta khusus perempuan.
Hari masih pagi, dan tampak orang-orang mulai sepi karena jam berangkat kerja sudah lewat, yang artinya sekarang sedang dalam masa jam kerja. Rain mengeluarkan ponselnya untuk melihat daftar hotel yang dia dapat dari Ichijiku, yang sudah dia foto sebelumnya.
"Ada satu di dekat sini," gumam Rain kemudian berjalan menuju hotel yang dia maksud.
Namun sang perempuan langsung menghentikan langkahnya saat melihat seorang laki-laki sedang tertidur di sebelah pintu stasiun kereta api Shibuya.
'Gembel?' pikir Rain melihat laki-laki melarat tersebut.
"Yep, gembel."
Rain mendengus, kemudian berjongkok dan meletakkan kedua tangan di sisi mulutnya.
"Um, apa kau baik-baik saja?"
"Seperti biasa, tidak bisa membiarkan orang melarat."
'Diam.'
"Halo~?"
Rain terlonjak kaget saat kedua mata laki-laki berambut biru itu terbuka dengan tiba-tiba, hingga membuat Rain tersungkur ke belakang.
"Ah, maafkan aku!" ucap laki-laki itu langsung berdiri.
Tanpa menunggu balasan dari Rain, laki-laki itu langsung memegang kedua tangan Rain dan menarik perempuan itu berdiri lalu melepaskan tangannya. Rain yang sadar dirinya sudah berdiri hanya bisa berkedip beberapa kali.
"Ah," Rain tersadar, "apa kau baik-baik saja?"
"Hm? Ya, aku 100% baik-baik saja—"
Ucapan laki-laki itu terpotong oleh suara perut yang cukup keras. Rain kembali berkedip beberapa kali, kemudian menatap laki-laki tadi.
"Ehm, 90% kelaparan, sebenarnya," ucap laki-laki itu tertawa canggung.
Rain terdiam, tampak berpikir sejenak.
"Oh," sebuah lampu imajiner muncul di atas kepala Rain menandakan dia mendapat sebuah ide, "maafkan aku yang membangunkanmu, tapi aku membangunkanmu ada tujuannya."
"Tidak apa-apa, terima kasih sudah membangunkanku, tidak aku sangka hari sudah pagi. Lalu, ada tujuan apa?"
"Mengenai itu, sebenarnya aku perlu seseorang untuk memanduku keliling Shibuya selama seminggu karena aku tidak terlalu mengenal kota ini," jawab Rain sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga kanannya, "aku tidak kenal siapa pun di sini, oleh karena itu aku membangunkanmu—apa kau mau jadi pemanduku? Kau boleh menolaknya jika tidak mau."
"Alasanmu tidak masuk akal."
"Tenang, akan kubayar—"
"Oh, boleh!"
"Laki-laki ini bodoh atau apa?"
Rain hanya tersenyum melihat laki-laki yang ada di depannya ini bersemangat saat mendengar kata 'bayar'.
"Kalau begitu, sebelum keliling Shibuya, maukah sarapan bersamaku? Tapi aku perlu check in ke hotel."
"Dengan senang hati! Oh, ngomong-ngomong namaku Dice!"
"Aku Rain, mohon bantuannya selama seminggu ke depan."
"Yep, aku juga!"
[][][]
"Kalah bermain poker?" tanya Rain saat dia dan Dice sedang sarapan di salah satu restoran yang ada di dekat hotel tempat Rain menginap.
"Mhm!" jawab Dice dengan mulut yang penuh, "tapi itu sudah biasa, aku ingin bermain lagi, tapi aku tidak punya uang."
Rain yang selesai dengan sarapannya terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk dan mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya.
"Kalau begitu nanti malam bisa kau bawa aku ke sana, Dice?"
Dice mengangkat berhenti makan, menatap Rain dengan sedikit terkejut.
"Kau bisa bermain, Rain?"
"Hm, begitulah," jawab Rain meletakkan tisunya di atas piring, kemudian menatap Dice yang kembali melanjutkan makannya, "jika kau ingin tambah, bilang saja Dice—aku yang bayar, sebagai balasan kecil karena sudah mau memanduku."
"Oh, terima kasih, Rain."
Rain hanya diam melihat Dice yang makan dengan lahap, sebelum akhirnya tersenyum kecil.
'Mengingatkanku akan kucing di rumah.'
"Kejam sekali, Rain. Menyamakan manusia dengan binatang peliharaan. Itu sebabnya kau tidak takut padanya?"
'Diam, aku tidak mau dengar kata kejam keluar darimu.'
[][][]
"Jadi di sini?" tanya Rain melihat bangunan kasino yang ada di depan mereka.
"Uh, apa kau punya cukup uang untuk bermain?" tanya Dice, "kau tahu, kau bisa saja kalah dan berakhir kehilangan banyak uang."
"Tenang, aku tidak akan memakai uang yang akan kuberikan padamu," sahut Rain berjalan memasuki gedung tersebut.
"Bukan itu maksudku!" sahut Dice mengikuti Rain.
Begitu Rain masuk, pemandangan kasino langsung menyapanya. Rain terdiam, sebelum akhirnya kembali berjalan. Dice yang menyadari tatapan beberapa orang kembali berjalan di sebelah Rain.
"Hei—"
"Aku tidak tahu akan dapat berapa chips," ucap Rain mengeluarkan semua uangnya yang ada di dalam dompet lalu membantingnya ke meja manajer kasino, "tapi setidaknya aku bisa dapat 20 chips kan?"
Manajer yang ada di depan Rain hanya memandang lembaran uang di atas meja, mengambil uang tersebut untuk menghitungnya sebelum akhirnya memberikan sebuah wadah dengan sejumlah chips di dalamnya.
"100 chips untuk Nona ...?"
"Rain," jawab Rain menyebut namanya, "terima kasih."
Setelah itu Rain melangkah menuju meja poker.
"Jadi satu chips biru harganya 10,000 yen?" gumam Rain mengambil salah satu chips berwarna biru, lalu melirik ke arah wadah yang dia bawa, memiliki chips dengan tiga warna berbeda.
"Kau memberi semua uangmu, Rain?"
"Ah iya," Rain menoleh ke arah Dice, "tenang saja, aku masih ada uang di tabunganku. Ini hanya uang jajanku minggu ini."
Dice berkedip beberapa kali.
"Jajanmu seminggu?" Dice tertegun, "Rain, jangan bilang kau itu keluarga kaya?"
Rain terkekeh, kemudian duduk di meja poker—terlihat beberapa orang sudah siap bermain.
"Ya, begitulah," sahut Rain kemudian ekspresi senangnya perlahan hilang digantikan oleh ekspresi datarnya, "kalau begitu, mari kita mulai saja permainan ini."
[][][]
"Sulit dipercaya."
Rain hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar komentar Dice, chips yang awalnya hanya ada satu wadah, kini sudah bertambah banyak, mungkin dua kali lipat dari chips awal Rain.
"Raise," ucap Rain kembali fokus pada permainan yang ada di depannya, mendorong dua chips biru ke tengah meja.
Keempat pemain lain tampak tidak tenang.
"Fold," ucap pemain di sebelah Rain, disusul oleh yang lain.
Raut wajah Rain tidak berubah, dan dia menunjukkan kartu yang ada padanya, King of Spade, Queen of Spade, Jack of Spade, Ten Spade, Nine Spade.
"Straight flush," ucap sang bandar kemudian melihat kartu pemain lain, "Full House, Two Pair, Straight, One Pair. Pemenangnya adalah Miss Rain."
Seketika tepuk tangan memenuhi ruangan, rupanya permainan Rain sukses menarik perhatian banyak orang hingga kini dia sedang dikelilingi oleh banyak orang. Rain yang mendengar suara meriah itu langsung tersadar.
'Gawat,' Rain tersenyum kecil—berusaha sekuat mungkin menyembunyikan ekspresi takutnya, 'memang ramai, tapi mayoritas semuanya laki-laki.'
"Kau terlalu asyik bermain, sedari tadi jantungmu berdetak cepat karena excited bermain poker, sekarang jantungmu berdetak cepat karena banyak laki-laki. Kau itu bodoh ya?"
Rain langsung berdiri dan berjalan melewati kerumunan orang.
"Rain!"
Rain menoleh ke arah Dice yang menyusulnya.
"Bagaimana dengan chips-mu?"
"Ah," Rain menoleh ke arah lain, "bisakah kau tukarkan chips-nya, Dice? Manajer melihatmu bersamaku saat aku menukar chips, jadi kau bisa menukarnya."
"Oh, baiklah."
"Dan ambillah, anggap itu ucapan terima kasihku karena sudah membawaku kemari."
"Sebanyak itu—tunggu, aku tidak akan terkejut. Kau berasal dari keluarga kaya, kan?"
Rain hanya terkekeh.
"Semua ini murni uangku sendiri, Dice," ucap Rain kembali berbalik dan melambai, "aku akan kembali ke hotel."
Seolah teringat sesuatu, Rain melirik ke arah Dice yang belum bergerak dari sana.
"Lagi pula, jika aku kalah dan kehabisan uang, aku tinggal menjual kasinoku yang ada di Amerika, sampai ketemu besok, Dice."
"Hah, kau akan APA!?"
:: :: ::
:: :: ::
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top