1.8 : Kandenokouji Ichijiku

{23 years old}

"Dua minggu sebagai bentuk kerja sama Kerajaan Inggris, ya? Kuharap kau menikmati dua minggumu sebagai tamu kami, Rain."

Rain tidak merespons, hanya melihat sekitarnya dengan tatapan datar. Sebuah kamar VVIP milik hotel terbaik di distrik Chuo-ku.

"Kau sudah tahu banyak mengenai kami, jadi kau pasti tahu keluar divisi Chuo-ku sendirian itu sangat berisiko."

"Ya, tapi aku heran kenapa di negara ini, wanita itu yang berada di atas, seperti memimpin negara dan banyak lainnya," gumam Rain, "bukan berarti aku menentangnya, tapi aneh saja."

Namun kemudian Rain terkekeh, kemudian melirik ke arah Ichijiku yang berada di belakangnya dengan sorot mata menantang.

"Tapi siapa aku yang berhak komplain masalah negara lain?"

Ichijiku mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum miring, kemudian menoleh ke arah lain.

"Tapi jika kau ingin keluar dari distrik Chuo-ku untuk jalan-jalan, beritahu saja aku, akan kusiapkan anak buah atau pengawal untukmu."

"Jadi aku tidak boleh keluar sendirian ya?" gumam Rain masih memunggungi Ichijiku.

"Aku tidak bilang begitu."

Diam-diam Rain melirik ke arah Ichijiku, sebelum akhirnya berjalan mendekati kasurnya dan berbaring di atas sana.

"Sepertinya kau kelelahan, kalau begitu aku akan meninggalkanmu. Have a nice day, Miss."

Rain hanya mengangkat tangannya lalu mengibaskannya, memberikan salam pada Ichijiku. Setelah mendengar suara pintu tertutup, Rain duduk di atas kasur dan menghela napas.

'Auranya sama dengan Richard, apa semua tangan kanan menteri punya aura tidak mengenakkan seperti itu?' heran Rain.

Rain kemudian kembali terbaring di atas kasur lalu berguling beberapa kali. Setelah itu Rain kembali duduk dengan normal dan mengeluarkan ponselnya, menelepon salah satu anak buahnya yang ahli dalam meretas sesuatu.

"Nona Rain!"

"Three o'clock and nine o'clock. 10 minutes then I will give you one of my exclusive model photo."

"What!? Oh holy fucking yes—oh no, I mean yes, ma'am."

Rain mematikan panggilan yang hanya berlangsung beberapa detik itu, kemudian turun dari kasur dan meregangkan tubuhnya yang kaku.

"Mandi terdengar seperti rencana yang bagus."

Tepat sepuluh menit kemudian, Rain keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya dan memakai pakaian dalam, memiringkan kepalanya saat menyadari kamera CCTV yang berada di arah jam tiga dan sembilan sudah tidak menyala, tanda anak buahnya berhasil meretasnya.

'Aku harus mengirimkannya, kalau begitu,' pikir Rain mendekati kopernya untuk membuka laptopnya dan mengirim beberapa foto pemotretannya sebulan yang lalu.

Setelah menutup laptopnya, Rain kembali mengeringkan rambutnya dan berjalan menuju kopernya, hendak mengambil baju tidurnya namun suara ketukan di pintu kamar hotel menarik perhatian Rain.

"Rain-san, Ichijiku-san ingin bertemu dengan Anda."

Rain terdiam sejenak, sebelum akhirnya menarik napas lalu membuka mulutnya.

"Aku akan ke sana 10 menit."

"Baiklah, saya permisi dulu."

Setelah beberapa lama, Rain menghela napas lalu meraih baju kerjanya yang ada di dalam koper.

'Padahal selama dua minggu ini aku berencana menghindari bertemu dengan Ichijiku. Auranya mengingatkanku pada Richard, dan itu membuatku ... takut.'

[][][]

"Oh, jadi tepat 10 menit."

Rain yang baru saja memasuki kantor Ichijiku hanya menoleh ke arah perempuan itu dengan heran. Sementara Ichijiku hanya tersenyum melihat respons Rain.

"Jadi Ichijiku-san, ada perlu apa memanggilku?"

"Rain, bergabunglah dengan kami."

Suasana menjadi sunyi.

"... Ichijiku-san, itu hanya lelucon kan?" tanya Rain memiringkan kepalanya, wajahnya masih netral semenjak dia memasuki ruangan itu.

"Jahat sekali Rain, aku serius mengenai itu."

"Kalau begitu, apa dasar Ichijiku-san mengajakku bergabung?"

"Rahasia," jawab Ichijiku enteng—sukses membuat perempatan muncul di kepala Rain, "jika kau tahu alasannya, kau pasti akan melakukan sesuatu sehingga alasan itu menjadi tidak valid."

Rain menghela napas kasar.

"Tapi aku juga tidak bisa menerima tanpa tahu alasan, Ichijiku-san."

"Oh, jadi kau mau menerimanya?"

"Hah, siapa bilang aku mau menerimanya?" sahut Rain mengerutkan alisnya.

Ichijiku sempat menatap kaget Rain, sebelum akhirnya terkekeh.

"Kalau begitu akan kuberitahu salah satu alasannya," ucap Ichijiku menunjuk leher Rain, "semenjak kau datang, aku merasa terganggu dengan rantai yang melilit lehermu itu."

Seketika Rain merasa jantungnya melewati satu detakan, kemudian jantungnya berdetak tidak normal. Diam-diam Rain mengepalkan tangannya sejenak, lalu berharap Ichijiku tidak menyadari bahwa dirinya mulai berkeringat dingin.

"Ichijiku-san, jika kau terganggu maafkan aku, mulai sekarang aku tidak akan memunculkan diriku sampai dua minggu ke depan."

"Tunggu dulu, aku mengajakmu bergabung, bukan menyingkir dari pandanganku."

Rain menelan salivanya perlahan.

"Lagi pula, aku tidak terlilit rantai atau apa pun itu—hanya perban putih karena kecelakaan."

"Rain, apa kau meremehkan pihak intel Jepang?" Ichijiku tersenyum miring, "and stop being so strong in front of me, I know you will break down, anytime."

Rain menggertakkan giginya.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Ichijiku-san—lihatlah, leherku baik-baik saja," ucap Rain memegang lehernya dengan kedua tangannya.

"Hm, pasti sulit hidup di bawah tekanan keluarga, tapi kau tidak mempermasalahkannya, oleh karena itu kau mengabaikan lilitan ular yang melingkar di seluruh tubuhmu. Namun hidup di bawah pengawasan laki-laki yang merusak hidupmu? Rantainya hanya melilit lehermu tapi kau pasti kesulitan bernapas, benar?"

Rain membuka mulutnya, namun tidak ada suara yang keluar. Rain menggigit bibirnya kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kau tidak berada di posisi yang tepat untuk menolak, Rain."

'Tch, lagi-lagi mengingatkanku pada—'

"Kau berada diposisi ingin tetap terlilit oleh rantai itu atau bebas selamanya."

Iris Rain melebar, dan dia menatap Ichijku yang kini sudah berdiri dan berjalan mendekati Rain. Melihat itu membuat Rain refleks memundurkan diri. Namun baru beberapa langkah, Ichijiku sudah meraih pergelangan tangan kiri Rain, yang dibalut oleh perban putih.

"Apa yang kau lakukan—"

"Dua tahun. Aku kagum pada pergelangan tanganmu yang bisa menahan semuanya selama dua tahun."

Rain mendecih, dan langsung menghempaskan tangan Ichijiku dan menunduk dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

"Lalu apa!? Kau pasti sama sepertinya! Tidak memberiku kebebasan, melainkan rantai baru yang akan melilitku! Memainkanku sepuas kalian!"

"Hm, bukannya itu tugasmu, boneka?"

Rain langsung berhenti, matanya terbuka lebar, kepalan tangan Rain perlahan lepas.

"Itu pasti respons atasanmu, benar?" ucap Ichijiku.

Rain mengangkat kepalanya, menatap Ichijiku yang juga menatapnya.

"Apa maksudmu?"

Ichijiku terdiam sejenak, sebelum akhirnya membuka mulutnya.

"Aku hanya ingin kau bebas Rain."

.

.

.

"The chains are broken, but are you truly free?"

:: :: ::

:: :: ::

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top