Her Crush

"Pemimpin barisan menyiapkan barisannya." Titah tersebut bergaung dari balik mic yang disampaikan oleh Pembawa Upacara. Lantas seperti yang sudah-sudah, pemimpin barisan secara otomatis bergerak maju untuk merapikan barisannya.

Selama kegiatan upacara, tidak ada satu pun siswa yang berani ribut atau sok mencari perhatian karena sudah menjadi hal umum bahwa SMA Berdikari selalu berhasil menertibkan anak didiknya. Dikepalai Pak Rio Harvey yang tidak pernah melakukan tarik ulur dalam mendisiplinkan siswa walau perawakannya terlihat begitu santai dari luar. Ditambah predikat sekolah yang terus-menerus mengalami peningkatan dan berhasil bersaing dengan SMA Bernard yang berbasis internasional, menjadikan sekolah itu menjadi empat kali lebih disegani.

Itulah sebabnya meskipun terdapat banyak siswa laknat yang senang melawan guru, tidak ada aksi yang benar-benar kelewatan hingga berpotensi mencoreng nama baik SMA Berdikari.

Pak Rio Harvey beserta guru-guru lain nyatanya sukses memenuhi misi sekolah sesuai dengan namanya; berdikari.

Angkatan kelas XII bergabung di sebelah barat yang mana sejajar dengan pengibar bendera, diikuti angkatan lain yang mana membentuk huruf 'U' jika dilihat dari atas. Semua menghadap tiang bendera, termasuk para guru yang berada di barisan khusus dekat trio Pembawa Acara, Pembaca Teks Undang-undang Dasar 1945, serta Pembaca Doa.

Semua tampak khidmat terutama ketika Bu Naura maju sebagai Pembina Upacara. Semua berekspresi segan dan situasi seketika hening tepat pada saat itu. Maklum, beliau adalah salah satu guru killer di SMA Berdikari sehingga tidak ada yang berani macam-macam.

Bahkan ada yang lupa bernapas saking tegangnya melihat Bu Naura maju. Aura galaknya seketika mendominasi, apalagi ketika beliau mengedarkan pandangan ke segala arah, membuat semua murid merasa seolah sedang dilaser oleh mata kucingnya yang tajam.

Namun di antara kaum pelajar yang mengeluh dalam diam dan berharap agar upacara segera berakhir, ternyata ada yang tidak demikian. Sepertinya dia satu-satunya yang begitu menikmati jalannya upacara, terbukti dari eksistensinya yang tiba paling awal di lapangan sebelum yang lain. Bahkan, dia selalu berbaris di barisan yang paling depan. Beruntung, tubuhnya memang lebih pendek dari standar perempuan pada umumnya sehingga tidak ada yang protes. Lagi pula, tidak banyak yang sesenang itu berada di barisan paling depan.

Intinya, dia--Anulika Latief--tidak pernah mengeluh setiap mengikuti upacara bendera. Ini menjadi rekor untuknya mengingat faktanya dia tidak suka berpanas-panasan di luar, tetapi untuk seseorang, dia rela berkorban.

Konteksnya adalah merelakan diri untuk berpanas-panasan demi seorang guru bernama Pak Yunus.

Ya, sudah lama gadis itu memendam perasaan kepada beliau. Bisa dikatakan, hampir sembilan puluh persen motivasinya menjadi murid yang berpengaruh di sekolah dikarenakan Pak Yunus dan dia super duper bahagia saat mendapati beliau menjadi wali kelasnya selama setahun ke depan.

Untuk sementara ini belum ada yang tahu perasaannya, tapi Anulika tidak pernah merasa malu karena menyukai Pak Yunus yang statusnya adalah seorang guru. Salahnya apa? Tidak, gadis itu tidak salah karena menyukai beliau. Sudah menjadi fakta umum dan lumrah jika siswa memendam perasaan pada gurunya sendiri. Jangankan pelajar, Anulika juga pernah mendengar kasus guru menyukai anak didiknya sendiri.

Itu wajar. Itu normal. Itu manusiawi.

Salahnya hanya jika Pak Yunus sudah menikah dan Anulika sudah menguntit kehidupan pribadi beliau jauh sebelumnya. Hasilnya bersih. Pak Yunus memang masih single dan bahkan belum mempunyai pacar meski sudah banyak yang tahu bahwa beliau pernah memendam rasa kepada Bu Naura agak lama sebelum menjalin hubungan dengan Pak Rio sang Kepala Sekolah.

Anulika bahkan mendapat banyak informasi seputar Pak Yunus dari beberapa relasi yang bisa dipercaya. Namanya memendam rasa suka, tentu semua akan dilakukan demi mendapat perhatian beliau. Nyatanya, usaha gadis itu berhasil karena Pak Yunus mulai menyapanya dengan nama ketika dia menginjak awal tahun kedua SMA.

Jika suatu saat ada yang bertanya mengapa Anulika bisa menyukai Pak Yunus, gadis itu tidak akan berpikir dua kali untuk menjawab kalau beliau memenuhi kriteria cowok idamannya, yaitu pria berusia matang. Baginya, Pak Yunus mirip aktor Choi Siwon yang terkenal di Korea Selatan dengan lesung pipi yang selalu melengkapi senyuman dan berperawakan atletis nan tinggi. Beliau menarik dengan caranya sendiri, yaitu bisa menjadi sahabat untuk anak didiknya sekaligus bisa menjadi guru yang tegas jika menghadapi murid yang nakal.

Anulika mungkin satu-satunya yang berekspresi tidak senang ketika pembawa acara yang memandu jalannya upacara mengeluarkan titah untuk membubarkan barisan. Lantas ketika semua murid bubar dengan buru-buru saking penginnya mengademkan diri di kelas, hanya dia yang berjalan santai dan sengaja mengambil rute yang dilalui oleh guru.

Dia mempercepat langkah semampu kakinya berlari menuju Pak Yunus yang berjalan santai seraya menunjukan deretan giginya yang putih kepada siswa yang menyapa. Beberapa sempat berhenti sejenak untuk berbasa-basi, mengingat pembawaan beliau yang begitu ramah dan easy going.

"Pagi, Pak." Anulika menyapa ramah, bertepatan dengan kepala murid yang menunduk sopan sebagai tanda untuk pamit. Pak Yunus tidak tahu saja bahwa gadis itu secara diam-diam memberi gestur mengusir dengan sudut matanya kepada siswa yang ternyata adalah adik kelas.

"Pagi, Anulika." Pak Yunus menyapa balik, lantas tersenyum lebar. "Cuaca hari ini panas juga, ya."

"Iya, Pak. Ohya, Pak. Pelatihan kepemimpinan biasanya dilangsungkan kapan, ya, Pak?" Anulika mulai menembakkan pertanyaan yang sudah ditabungnya setiap hari agar terkesan lebih alamiah di depan guru idamannya itu.

"Oh, iya. Tahun ini giliran kalian yang ikut pelatihan, ya. Seharusnya nggak lama lagi karena pelatihan ini harus dilangsungkan sebelum PTS."

"Gitu, ya, Pak. Baik kalo gitu, Pak."

"Semangat sekali, ya, kamu." Pak Yunus memuji, tetapi tiba-tiba mengembuskan napas panjang. Jika ditilik dari ekspresinya, sepertinya ada sesuatu yang membuatnya kepikiran akan sesuatu hal.

"Kenapa, Pak?"

"Oh, nggak. Tiba-tiba aja kepikiran sama seseorang."

"Seseorang. Siapa, Pak?" tanya Anulika dengan intonasi nada yang sengaja dipelankan karena khawatir jika reaksinya terlalu berlebihan.

"Oh." Pak Yunus tersenyum, lantas melanjutkan perjalanannya menuju kelas dan secara otomatis disusul oleh Anulika. Gesturnya seperti sedang berusaha mengalihkan, tetapi tidak berhasil karena mata bening nan besar milik Anulika yang menanti jawabannya. "Keponakan Bapak, kok."

"Oh. Kenapa memangnya, Pak?"

"Ngelihat kamu selalu semangat, entah kenapa bikin Bapak teringat dia dan menyayangkan karakternya yang nggak mau membuka diri sama orang lain. Sori, ya, Anulika. Bapak refleks aja, apalagi setelah... EHEM!"

"Hah? Apalagi setelah apa, Pak?" Anulika jadi kepo, tetapi Pak Yunus terlihat lebih mawas diri.

"Ah, nggak. Maksud Bapak... apalagi setelah Bapak jadi wali kelas kamu. Makin on fire, dong, semangatmu. Bahkan sampai sini, loh." Pak Yunus menunjuk bagian dadanya sebelum tertawa renyah khas bapak-bapak sementara Anulika menunduk untuk menyembunyikan rona merah yang pastinya sudah menggerayangi wajahnya.

Bersambung
Fyi, Bu Naura adalah cameo yang sumber ceritanya berasal dari My Zone is You. Sama halnya dengan Pak Rio. Beliau juga banyak diceritakan di judul tersebut.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top