HC | 13. Dinner

Berhubung banyak yang ini, jadi ini dulu! Paris besok siang yaa jadi besok aku gak update ini lagi 💋 untuk DIY, tunda dulu bisa? 😂😂

Happy reading~~


Aeron memarkirkan mobil tepat di depan konservatori miliknya. Melangkah masuk lalu memencet password rumah kacanya. Sesorean ini dia sungguh merasa penat karena ocehan tak penting dari Olena yang membuat kepalanya ingin pecah. Dia juga tidak bisa sembarangan mengusir wanita itu mengingat Olena adalah keturunan seorang bangsawan Perancis.

Kini hanya ada kemeja putih yang digulung sesiku tanpa jas yang sudah terbang entah kemana. Aeron menghempaskan dirinya di sofa lalu memijit pelipisnya pelan. Melepaskan dasi yang masih melekat pada kemejanya, lalu membuangnya asal. Suara gemericik di dapur membuatnya sadar bahwa dia tak sendiri.

Ah, dia bahkan lupa sudah menyuruh wanita itu dan anaknya untuk tinggal disini karena mansionnya sedang ada tamu tidak di undang. Dan ini pertama kalinya ia membawa masuk orang asing ke kediaman pribadinya.

Kaki panjangnya melangkah lebar ke arah dapur dan melihat seorang gadis sedang menyiapkan makanan yang entah untuk siapa. "Sejak kapan kau disini?"

Eudith terperanjat, nyaris saja makanan yang mendidih itu tumpah kalau ia tak refleks memegang pegangan teflonnya. "Tadi siang." Sahutnya lalu mematikan api kompor. "Maaf, berbuat lancang."

"Siapkan makanan untukku!" Titahnya, kemudian melirik sekeliling mencari sesuatu. "Dimana Vincent?"

"Sedang tidur." Eudith merasa canggung. "Kelelahan."

Aeron mengangguk, hendak beranjak. Namun, Eudith lebih dulu bertanya. "T-tuan Aeron..."

"Ada apa?" Tanyanya singkat.

Menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, Eudith memberanikan diri untuk bertanya. "B-bagaimana hasil DNA? Apakah-"

"Dia anakku!" Selanya cepat. Menelisik ekspresi Eudith yang tampak terkejut luar biasa. Melangkah mendekati wanita itu, lalu mengukungnya antara sink dan dirinya yang kokoh. "Kau menyembunyikannya hampir enam tahun." Bisiknya pelan dan serak. "Apa kau menghidupinya dengan baik~ Eudith?"

Sekali lagi, Eudith terbelalak. "Kenapa anda memanggil saya Eudith?"

"Kenapa kau mengalihkan pembicaraan?" Aeron mendekatkan wajahnya dan menatap wanita itu dari jarak yang hanya beberapa sentimeter. "Nama Eileen terlalu murahan. Banyak yang menggunakannya." Bibir Aeron bergerak menggigit cuping telinga Eudith membuat wanita itu memekik.

"Jadi, apa kau menghidupi anak kita dengan baik selama ini?"

Dengan sekuat tenaga, Eudith mendorong badan kokoh dihadapannya. Kedekatan mereka membuat jantung Eudith sama sekali tidak sehat. Terus bekerja cepat tanpa tahu tempat. Untungnya, Aeron mundur dua langkah. "T-tentu saja." Mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Kalau tidak mana mungkin IQnya bisa setinggi itu."

"Menyombong, heh?"

Eudith benar-benar tidak tahu bagaimana cara lelaki ini membuatnya rendah, malu, dan bahkan hina sekaligus. "Kau ingin makan apa? Biar ku buatkan. Lagipula, aku hanya masak seadanya saja berhubung hanya ini yang tersedia di kulkasmu."

"Apa saja." Aeron segera berbalik dan menjauh untuk membersihkan dirinya yang berkeringat. "Ah, bangunkan Vincent," Gumamnya sebelum menghilang dibalik tangga. "Dia harus tahu siapa aku!"

🖤

"Mami, aku ngantuk!"

Vincent duduk di atas meja dengan mata mengantuk dan bibir yang terus menerus menguap. "Mami, aku tidur saja."

"Tidak, Boy. Kau sudah tidur sejak siang dan perutmu belum terisi apapun! Setelah makan kau boleh tidur."

"Tapi-"

Eudith langsung mendelik dan berkacak pinggang. Dia tidak membangunkan Vincent bukan karena Aeron menyuruhnya, namun juga karena puteranya belum menyentuh makanan apapun sejak siang karena keduanya tertidur lelap. Bahkan, Eudith terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan bersiap-siap untuk memasak.

Akhirnya, Vincent mengalah lalu membenamkan kepalanya di atas meja makan dengan mata yang terlelap. Membiarkan ibunya mengatur terlebih dahulu makanan di atas meja.

Tiba-tiba saja, suara langkah kaki terdengar mendekat. Disana, Aeron terlihat lebih segar. Rambutnya yang basah dan acak-acakan terlihat seksi. Belum lagi penampilannya yang hanya mengenakan kaos tipis berwarna putih dan juga celana pendek berwarna hitam. Penampilan perut kotak-kotaknya yang tercetak dibalik kaos putih itu mampu membuat Eudith menelan salivanya.

"Sudah siap?" Tegurnya menyadarkan Eudith akan lamunannya.

Astaga! Ini memalukan!

Eudith berharap bahwa wajahnya tak lagi merah.

Berdeham pelan, wanita itu mengangguk. Lalu, melirik Vincent yang tampak kembali tertidur. "Sayang, bangun." Menggoyangkan sedikit bahu puteranya. "Vince."

Melenguh pelan. Vincent mengerjapkan matanya beberapa kali. "Mami, aku tidur saja."

"Kau belum makan apapun, Vince. Mami janji setelah makan kau boleh langsung tidur."

"Promise?" Jari kelingking Vincent terulur di hadapan Eudith.

"Promise." Balas Eudith lalu mengaitkan kelingkingnya dengan milik puteranya.

Dengan semangat, Vincent menatap makanan dihadapannya sebelum menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka sejak awal. "T-tuan Aeron?"

Aeron menatapnya lekat. Lelaki kecil ini memang persis seperti dirinya dulu. Rambutnya, hidungnya, matanya, bahkan tak ada yang tersisa dari Eudith untuk dilihat.

"Mom, aku takut tatapannya." Bisik Vincent yang lagi-lagi membuat Eudith hendak menjitak kepalanya. Namun, suara Aeron lebih dulu terdengar.

"Kau takut padaku?"

Vincent mengangguk lalu tak lama menggeleng. "Hanya tatapan anda, Tuan."

"Kau tahu siapa aku?"

Vincent mengangguk. "Atasanku, atasan Mami, dan juga atasan seluruh karyawan."

Aeron berdeham. Bingung hendak memulai darimana. Eudith berinisiatif untuk mengacaukan suasana canggung yang tak disukainya itu.

"Vince," Memilih untuk memindahkan anak rambut yang terdapat di dahi Vincent. "Masih ingat dengan janji Mami beberapa hari lalu?"

Vincent mengangguk. Jelas ia mengingatnya kala ia menangis menanyakan tentang sosok ayah yang sama sekali tak pernah dikenalnya. "Aku ingat. Apa Mami sudah menemukannya? Dimana dia, Mom? Dimana ayah?"

Jantung Aeron berdetak kencang. Tak pernah serumit ini ia berhadapan dengan manusia manapun. Bahkan, diambang kematian pun pernah ia alami namun tidak semenakutkan ini. Apakah dirinya takut di tolak? Lalu kenapa kalau di tolak? Bukankah selama ini dia memang tidak pernah menginginkan anak dari siapapun? Bahkan, dari Susan yang merupakan kekasih terlamanya.

Tapi, ini beda...

Anak ini tumbuh besar dengan baik. Mampu menarik perhatian siapapun disekitarnya yang membuatnya mudah dicintai.

"Vincent," Tegur Aeron membuat lelaki kecil itu terdiam. Menatapnya bingung. "I'm your father, Son."

Eudith nyari menepuk jidatnya saat Aeron langsung to the point tanpa tahu berbasa-basi. Melirik puteranya yang masih terdiam.

"Aku adalah ayah kandungmu."

Vincent seolah susah mencerna, ia melirik pada ibunya meminta penjelasan walau matanya sudah berkaca-kaca. "Mom, what does it mean?"

Eudith mengangguk. Memeluk puteranya agar tidak menangis. "Dia ayahmu, Nak. Tuan Aeron ayah kandungmu."

Vincent melepaskan pelukan ibunya. Liquid bening itu turun tanpa diperintah. "Benarkah?" Tanyanya pada Eudith sebelum melirik Aeron yang masih terdiam. "Kau~ ayahku?"

Aeron mengangguk mantap.

"Jadi, Vincent punya ayah?"

"Tentu saja." Eudith tersenyum, lalu menengadah berusaha menahan air mata yang siap turun. "Dia ayahmu."

Menghapus air matanya cepat, Vincent kembali menatap Aeron. "Jadi, bolehkah aku memanggilmu Daddy?"

Napas Aeron mendadak tercekat. Daddy adalah panggilan yang tak pernah disangka akn disematkan padanya. Dan sepertinya kini ia akan terbiasa dipanggil seperti. "Sure, why not?! You're my son, right?"

Vincent semakin terisak. "Lalu, apakah boleh aku memelukmu?"

Aeron terdiam lama. Membuat wajah Vincent menunduk sedih. Sadar bahwa mungkin kehidupannya dan ayahnya tidaklah sama selama ini. Jadi, mana mungkin ayahnya mau memeluknya. Namun, dekapan hangat yang tiba-tiba mengukungnya membuat dirinya menengadah. Menatap lelaki dengan mata yang sama seperti miliknya sedang memeluknya erat.

"I said you're my son, right? So, hug me as often as you want."

Dan setelah ini, Eudith tidak tahu apakah ia masih berhak bersama Vincent? Ataukah Aeron justru merenggut Vincent dari sisinya.

🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top