Bab 28

Serryl tidak tahu harus merasa bahagia atau sedih. Akan dibantu dijelaskan, setelah kejadian Rian tenggelam di kali belakang rumahnya, para polisi mulai mencari tubuhnya di sekitaran kali. Ke seluruh sepanjang aliran kali. Bahkan mengirim team regu penyelamat mencari menyebar sampai ke pintu air.

Serryl, Livia, Danny dan Revan harus memberi keterangan kepada polisi untuk menjelaskan apa yang terjadi pada hari itu. Mereka bercerita apa adanya, daripada terbelit oleh kesaksian Rian, yang memang jago mempengaruhi orang lain. Mereka bisa menebak bahwa Rian akan menyalahkan mereka duluan melakukan kejahatan dengan cara yang diam-diam masuk ke dalam pekarangan rumah bagai maling.

Mereka dengan sengaja memberikan keterangan sesuai fakta bahwa Danny dan Revan masuk ke rumah itu untuk berjaga-jaga. Mereka sangat takut jika kejadian yang menimpa Livia, penyerangan di ruang mading akan terulang kembali pada Serryl, yang diminta datang ke rumah Rian. Mana ada bukti pesan dari Rian penuh permohonan, yang mencurigakan banget, yang meminta penuh harap agar Serryl datang menjenguknya.

Gue mohon please dateng, Ser, gue kangen sama lo.

Ser, kalo gue kenapa-napa gimana nggak ada yg jagain. Gue sendirian butuh temen

Ser, gue butuh seseorang buat dengerin cerita. Gue sedih banget nyokap sibuk sendiri :(

Please dateng ke rumah gue :(

Setelah polisi menyelidiki kejadian di dalam rumah Rian, ada bukti yang konkret bahwa cowok itu memang melakukan penyerangan. Berupa CCTV yang menampilkan adegan Livia dikejar oleh Rian yang memegang senjata tajam. Serryl yang disandera saat mereka berada di ruang tengah keluarga. Ceceran darah kering di lantai karena luka Livia dan Serryl. Serta tusukan-tusukan kasar bolong-bolong di lemari kayu tempat sewaktu Livia bersembunyi dari sasaran kejaran petak umpet horor. Pecahan vas bunga pertanda tempat habis terjadi keributan besar. Bukti nyatanya CCTV dari berbagai tempat yang tak bisa dielakkan lagi.

Polisi membutuhkan keterangan untuk mencari motif percobaan pembunuhan itu, para korban Rian juga menjelaskan masalah selama ini antara mereka dan Rian. Livia juga menjelaskan tentang kejadian pertengkarannya saat di ruang mading, nyawanya hampir terenggut di tangan Rian. Kekerasan. Percobaan pembunuhan. Teror. Dan, informasi palsu yang Rian disebarkan pada Bu Dina tentang keberadaan dirinya sore itu setelah pulang sekolah.

Livia menceritakan apa adanya, dia berpura-pura tak tahu tentang gangguan kepribadian Rian. Biar itu menjadi urusan bagian penyelidikan, karena itu hal yang sangat sulit untuk diceritakan. Livia hanya mengeluarkan pendapat bercerita apa adanya bahwa Rian terlihat sangat aneh, tidak stabil, berubah-ubah, dan seperti menjadi orang lain. Rian lebih emosional dibanding biasanya dalam sehari-hari.

Sementara Serryl, dan Revan harus menjelaskan mengenai kejadian penyerangan pertama kali pada sore itu. Ternyata setelah diselidiki, di kamar Rian banyak ditemukan barang bukti, seperti pakaian serba hitam, kupluk, parfume yang bermerek sama dengan milik Livia, dan di laci kamar Rian banyak ditemukan berbagai koleksi pisau, pistol air, dan minyak pelumas.

Ibunya Rian kembali dari Semarang dengan penerbangan malam itu juga. Beliau sedang dalam perjalanan kerja, syuting di luar kota. Setelah 4 jam pencarian di sepanjang kali, tubuh Rian ditemukan di tanah tepi kali sudah berjarak puluhan KM dengan kondisi tak sadarkan diri. Serryl sedikit kagum mungkin setelah tercebur Rian berjuang keras agar bisa menyelamatkan diri dengan berenang atau menggapai-gapai akar pohon.

Ibunya tidak bisa menahan kesedihan lantaran kondisi Rian drop. Namun, di sisi lain wanita itu juga menggerutu jika masalah itu akan mempengaruhi karirnya. Setelah cowok itu mendapat perawatan di rumah sakit, baru siuman esok harinya. Ya, orang jahat memang tidak boleh meninggal dulu, dia harus mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan meja sidang, tentunya menjelaskan semuanya kepada para korban. Tentang motif ingin menghabisi nyawa teman-temannya.

Penyelidikan polisi pada ponsel-ponsel Rian menguak misteri lain, ditemukan beberapa file yang berisi dokumen seperti cerita. Pihak polisi menunjukkan dokumen itu pada para korban, Livia yang mengetahui bahwa itu cerita miliknya yang pernah dicuri dari flashdisk miliknya langsung ingin mengamuk. Ternyata benar bahwa Rian yang menukar naskah itu!

Dua hari setelah kejadian itu, Livia baru bisa kembali ke sekolah karena esok harinya belum bisa masuk sekolah karena luka-lukanya butuh perawatan, dan menjalankan sesi interogasi dengan kepolisian.

Setelah satu hari tak masuk sekembalinya mereka ke sekolah, langsung disambut dengan baik oleh pihak sekolah. Gosip mengenai Rian langsung beredar dan menjadi pembicaraan paling hits, kebanyakan tidak menyangka bahwa cowok itu tega memiliki niat jahat seperti itu.

Tristan salah satunya yang merasa jadi korban, dan meyakinkan banyak orang bahwa dialah merupakan korban pertama Rian. Tentu saja Tristan tidak akan melepaskan Rian begitu saja. Rian pasti akan menerima hukuman yang berat kalau terbukti dia menjadi pelaku terjatuhnya Tristan.

Tristan meminta maaf kepada mereka, khususnya Serryl. Spesial meminta maaf dan menyesal sudah mengatakan hal yang tidak layak didengar. Tentu saja Serryl maafkan dengan hati lapang dada, toh berkat cowok itu memutuskan hubungan, kini cewek itu sudah bersama Revan yang baik dan tulus banget terhadap dirinya.

Tristan menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya terjadi. Dia mengatakan bahwa terjatuh di tangga karena terpeleset, anehnya dia terpeleset karena licin. Saat baru keluar kelas dia menyadari sepatunya licin, dia tak peduli mengira lantai yang licin karena terkena sesuatu. Saat mendekati tangga dia berjalan cepat dan tergelincir sampai jatuh mendarat di lantai tengah. Aneh kenapa sepatunya sangat licin. Saat pelajaran olahraga sebelumnya dia melepas sepatu menggantinya dengan sepatu olahraga, sepatu sekolah seperti Tristan diolesi oleh sesuatu yang licin oleh seseorang. Saat Tristan terjatuh di bagian tangga kedua karena ada sosok misterius yang menendangnya sampai ke bawah saat dirinya sudah sekarat menderita luka-luka. Awalnya polisi menduga bahwa sepatu Tristan yang licin karena tak sengaja menginjak oli menetes dari motor di parkiran. Tanpa bisa ditebak bahwa itu adalah ulah seseorang.

Nama baik Livia sudah bersih lagi, sebelumnya banyak gosip yang beredar bahwa Livia memacari Danny hanya untuk iseng, Livia meneror dirinya sendiri agar dikasihani. Bangkai tikus yang ditemukan di kolong adalah piaraannya. Naskah drama yang diubah mengerikan adalah perusakan moral dengan penceritaaan psikopat ala Livia. Cih, semua itu disebarkan sendiri oleh Rian, atau mungkin Bulan, mengingat Rian tidak suka bergosip.

Bu Dina yang pertama kali menghubungi Livia ingin bertemu langsung, mereka sudah menyelesaikan masalah internal dalam klubnya. Livia diminta menjadi Ketua Klub Mading lagi, dipercaya untuk memimpin dan membantu anggota lain dalam membuat Mading. Mereka akan memulai kehidupan aktivitas berkarya lagi dengan membuat artikel baru.

Semuanya merupakan pekerjaan kotor Rian dibantu oleh Bulan beserta ide-idenya yang licik.

Beberapa hari setelah penyelidikan polisi pada Rian, yang kesehatannya sudah lumayan baik. Hasil penyelidikannya diberikan juga pada para korban, agar kesaksian mereka bisa saling mendukung. Livia yang terutama diminta penuturan berkali-kali. Dari hasil interogasi dengan Rian, Livia mendapatkan info bahwa masalah naskah cerita yang berubah, Rian mengaku mengambil data dari flashdisk Livia yang ditaruh di bagian tas depan. Dengan cara mencuri datanya dengan kabel OTG dan mengambilnya mengkopi salinan ke ponsel Rian. Yah, semudah itu caranya dalam mencuri data-data cerita Livia yang tersimpan di flashdisk.

Untuk masalah yang sulit dipecahkan karena tak ada bukti, yaitu perusakan mading. Rian melakukannya saat Livia, Danny, dan Tristan berada di kantor kepala sekolah. Dia mengambil kunci mading dari Nurul saat cewek itu lengah sibuk bermain game di ponsel. Rian berpamitan pulang pada Nurul seolah sudah pulang, untuk mengambil bangkai tikus yang sudah dikumpulkan dari sebuah lapangan sepi dekat rumah warga. Dia masuk ke sekolah lagi melalui pagar dekat parkiran mobil guru yang berbatasan dengan kebun singkong milik warga sekitar, dan merusak mading itu dengan kunci yang diambil dari Nurul, lalu membuang bangkai tikusnya ke meja Livia. Dia masih memiliki kunci itu menyelipkan ke tas Livia, saat terlihat gadis itu masuk ke toilet. Kejadian itu tak terencana, dia baru memiliki ide untuk melibatkan Livia saat mendapat kesempatan.

Kejadian penyerangan Serryl yang dilakukan Rian sudah direncanakan. Menurut rencana Rian akan menghabisi Serryl di halaman belakang dekat green house. Sayang, gadis itu tidak mau ikut. Muncul ide Rian untuk menyamar dan menghabisi nyawa. Rian berpura-pura ke luar sekolah meninggalkan Serryl, seolah harus cepat pergi membeli tanaman yang rusak. Namun dia menyamar dengan berganti pakaian dan memakai parfum yang sama dengan Livia.

Saat penyerangan Revan, yang kedua kalinya, Rian mengetahui bahwa Revan akan lebih lama di sekolah sendirian karena mengecek ke green house. Sebelum menghabisi Revan, cowok itu mengunci Danny di toilet lalu mematikan listrik sekolah agar suasana semakin kacau. Rian segera melesat kembali untuk menghabisi Revan yang sendirian.

"Jadi, semua sudah beres, 'kan?" Danny melirik genit pada Livia yang tersenyum simpul. Sudah beberapa hari mereka kembali ke sekolah, menjalani hari bagai normal lagi. Seperti sedia kala.

"Memang kenapa?" tanya Livia sok polos.

"Mau gantiin waktu kencan pertama kita yang gagal, malah jadi nguntit Rian," sahut Danny masam.

"Hahahaa. Oh. Kamu mau ke mana?" Livia memandang Serryl dan Revan. "Kita double date?"

Danny mengeluh panjang membuat Serryl dan Revan nyengir.

"Udah, lo berdua aja sama Danny. Dia ngarep bisa berduaan sama lo tuh, kalo gue sama Serryl mah udah bosen. Double date belakangan aja, kasian Danny udah nggak tahan mau nempelin lo," kata Revan setengah geli.

Danny langsung mengangguk setuju dengan raut wajah sok imut. Livia segera memberikan pelototan tajam, segera pacarnya memasang wajah mengelak tudingan ucapan Revan.

"Enggak gitu, astaga nuduh gue yang jelek-jelek. Kok kesannya gue mesum dan centil? Gue tuh belum pernah ngerasain berduaan sama Livia dalam suasana yang normal, kita selalu tegang, dan horor. Pengen yang lebih tenang, manis, mesra dan seru," tutur Danny. Matanya menyorotkan kasihan banget, tapi jatuhnya lucu.

Livia mendecak kecil. "Itulah bedanya hubungan kita sama orang lain," sahutnya dengan jutek.

"Hubungan kita memang mengerikan! Bedaaaa," gerutu Danny sok sedih.

"Buruan sana pergi! Danny udah nggak sabar mau cabut dari sini tuh!" seru Revan ngeledek banget seakan tahu bagaimana kelakuan dan pemikiran kaumnya.

Serryl yang juga tahu banget gelagat kaum lelaki langsung ngakak hebat. "Hahahaha, tau nih gue sama cowok yang modus pengen sok manja dan bermesraan sama ceweknya. Tapi lo harus tau, Livia itu gimana. Lo nggak bakalan bisa nempel keburu dijambak!" Serryl terkekeh.

"Astaghfirullah, gue nggak begitu ya!!!" Danny memelototi Serryl dan Revan dengan mata minimalisnya. "Dasar kalian nuduh gue bejat, gue tuh polos, anak baik-baik, dan masih suci. Kalian berdua yang bejat makanya mikir tentang gue yang buruk! Huh!"

"Gue tau akal-akalan kayak gitu. Modus aja," cetus Serryl yang otaknya memang sudah terlalu dewasa untuk hal-hal yang mesum.

"Hahahaha, lo nggak bakal bisa modus sama Livia, Dan!" seru Revan.

"Ih, ngomong apa sih kalian," cetus Livia. "Ya, udah yuk, Dan!" Tampaknya cewek itu mulai gerah diledekin. Panas banget rasanya.

"Yuhu, yuk, Babe!" Danny senyum sejuta dolar.

Danny dan Livia memisahkan diri dari Revan dan Serryl. Keduanya langsung pergi keluar gerbang kecil, untuk menuju jalanan luar. Terlihat Danny dan Livia saling bercanda bahagia sambil dorong-dorongan kecil.

"Kamu mau ke mana gitu? Yang belum pernah?" Ajak Revan.

"Mau wisata kuliner? Aku mau makan yang banyaaak."

"Boleh. Yuk, biarin aja sepasang kekasih itu mojok berdua. Biar Livia nggak kaku lagi, udah pacaran masih aja kaku."

Serryl tertawa geli. "Maklum lah, mereka 'kan awalnya musuh besar. Haha, anak murid kesayangan Bu Indah dan Bu Dina."

Serryl jadi teringat Mark lagi. Beberapa hari yang lalu Serryl mencoba menghubungi temannya. Menurut info, ya temannya itu tak ingat betul wajah Mark yang sering titip salam padanya dulu.

Andai, Serryl bisa mengulang waktu, dia tidak akan mengabaikan kehadirannya Mark. Cowok yang pernah duduk di bangku belakang, dan setelah itu mengamatinya dalam diam. Hanya pernah menunjukkan lewat surat dan hadiah.

Serryl dan Revan meninggalkan sekolah untuk pergi jalan-jalan. Selamat tinggal kenangan yang buruk. Selamat datang masa depan. Meski dalam benak Serryl tersimpan kenangan yang semoga saja akan secepatnya bisa dia lupakan. Bahwa menurutnya terjatuhnya Rian juga perbuatannya, lagian cowok itu selamat kok dalam kecelakaan itu. Tak perlu ada yang dipikirkan, kecuali perasaan bersalah karena menyembunyikan informasi itu dari polisi.

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top