Bab 2
Don't be sad, My Sunshine. You know that i love you, rite? Ada orang yang sangat mencintai kamu, jangan pedulikan lagi orang jahat yang tak pantas buatmu. -Mark
SUDAH berkali-kali Serryl menerima kiriman misterius yang dikirim oleh secret admirer-nya yang bernama Mark. Namun, baru kali ini sepertinya Serryl benar-benar terhibur oleh pesan yang terselip di buket bunga mawar yang barusan diterima dari pengantar bunga.
Orang itu sangat romantis, sepagi ini saja dia sudah berniat mengirim dirinya bunga. Pipinya mendadak panas. Seharusnya dia sudah biasa menghadapi para cowok yang mendekatinya secara terang-terangan maupun yang cuma mengaguminya dari jauh.
Serryl tidak pernah merasa mengenal atau punya kenalan bernama Mark, sudah setahunan setiap sebulan sekali orang itu akan mengirimkan bunga langsung ke alamat rumahnya, Serryl juga belum berniat serius dalam mencari tahu siapa cowok yang bernama Mark itu. Namun, dia teringat bahwa pernah ada satu orang bernama Mark, dia hanya pernah sekilas mendengar nama itu. Dia tidak mengenal akrab. Tidak tahu wujud Mark. Tapi apakah itu Mark orang yang sama?
Buket bunga favorit-nya dengan selipan pesan manis tentu membuka harinya menjadi semangat, yang seminggu belakangan ini runyam dan mengesalkan menjadi lumayan sedikit menghiburnya.
Cowok itu pasti sudah mengetahui kabar terakhirnya Serryl dengan pacarnya yang terakhir si Fadli, mantan terindahnya. Yeah, pasti tahu dari Instagram. Serryl sudah berusaha mencari nama Mark di antara 4k followersnya, tapi yang muncul orang-orang tak berarti.
Seminggu yang lalu Serryl baru mengetahui bahwa ternyata selama ini Fadli berselingkuh di belakangnya bersama Viola, cewek yang tidak lebih cantik dan populer dari Serryl. Yang mengejutkan lagi ternyata dia lebih memilih cewek itu daripada Serryl. Ya tentu saja mereka lebih rutin bertemu karena satu sekolah, sementara Serryl berada di sekolah yang beda. Seminggu mereka ribut-ribut, berakhirlah pada akhir kisah Serryl dihempaskan Fadli. Kurang ajar.
Bukan salah Viola juga karena dia sebenarnya tidak mengetahui status Fadli yang masih memiliki pacar. Tiga bulan mereka bermain belakang. Dasar bajingan keparat, sudah Serryl memberi kepercayaan penuh dengan segenap cinta, cowok itu mengkhianati cinta sucinya. Fadli tidak pantas menerima cinta sucinya, makanya Tuhan sudah menunjukkan kebusukannya dari sekarang.
Serryl harusnya tak harus sedih amat. Teman cowoknya banyak, banyak juga yang tetap mendekatinya meski Serryl memiliki pacar, namun yang dia sayangi cuma Fadli. Jadi inikah balasan yang Serryl terima setelah menyayanginya dengan tulus? Oke, semakin meracau Serryl semakin pamrih saja.
Lo akan mengerti perasaannya bagaimana rasanya, saat lo udah sangat menjaga hubungan karena saat itu di antara kita, cewek model kayak gue ini yang pastinya akan tergoda dideketin sama banyak cowok, tapi ternyata itu cowok yang malah menusuk dari belakang duluan.
Menghancurkan hubungan mereka. Serryl tidak pernah menyangka Fadli akan mengkhianatinya. Harusnya dia selingkuh saja duluan sama cowok-cowok yang lebih keren, tajir, dan mempesona. Bukan bertahan demi cowok yang ternyata busuk banget. Serryl jadi kesal sendiri.
Tetapi beberapa hari ini sudah mulai banyak cowok yang melakukan pendekatan padanya, dari yang basa-basi menanyakan penyebab putusnya Serryl dengan Fadli sampai yang langsung menembaknya dengan kalimat Mending lo sama gue aja.
Cih. Serryl kan mau pilih-pilih juga. Emang gue mau sama lo?
Puncak kekesalannya meninggi saat tadi pagi Serryl membuka akun sosial media yang sedang hits saat ini, yaitu Instagram. Di layar ponselnya muncul foto Fadli bersama ceweknya yang tidak lebih cantik dari Serryl. Caption-nya tertulis:
Happy 3rd months anniversarry, honey!
Dasar bajingan tengik, bisa-bisanya mereka masih berlanjut dan merayakan anniversary bulanannya sementara Serryl di sini masih menderita karena dikhianati. Manusia mana sih yang masih merayakan perayaan bulanan kayak anak remaja labil dan norak?
Tuhan tidak tidur. Lihat saja nanti mereka akan menderita. Rasanya cewek itu bodoh, sudah jelas-jelas cowoknya mengaku menjadikannya selingkuhan. Berani taruhan cowok itu akan mengulanginya kembali tidak lama lagi.
Kalau cewek normal pasti akan berpikir kalo cowok yang suka selingkuh tuh tidak baik. Selingkuh itu penyakit. Mereka pasti akan mengulanginya lagi, seharusnya dia merasa takut jika posisi dirinya sebagai korban akan dia rasakan juga nantinya. Serryl menanti saat itu tiba.
Ahh, Serryl sudah marah-marah terlalu lama, sampai tidak menyadari sebuah Avanza silver sudah muncul di depan rumahnya.
Serryl memberikan buket bunga tadi ke Bi Inah, "Bi, tolong diurus ya seperti biasa."
Di jendela mobil muncul lah wajah Livia, sahabatnya, yang melambaikan tangan, bibirnya tersenyum tipis. Sejurus kemudian muncul wajah cowok dengan sedikit membungkukkan kepala dia ikut menatapnya. Namanya Revan, entah apa yang membawa Serryl dan Livia menjadi dekat dengannya, kecuali fakta bahwa mereka satu komplek perumahan.
Serryl masuk ke kursi belakang Livia, "Hey!" sapanya disertai dengan senyum tipis.
"Aneh. Sepertinya hari ini tampak lebih cerah," terka Livia setelah bersusah payah menoleh ke belakang, "Jangan bilang lo udah balikan sama dia! Gue nggak rela lahir batin."
Kadang Serryl merasa Livia sudah mengetahui apa pun yang Serryl rasakan tanpa perlu diceritakan. Livia bagai sangat peka akan raut wajahnya, namun kali ini dia salah total.
"Bukan wleeek!" balas Serryl seraya menjulurkan lidah.
Revan menoleh lalu menyuruh mereka memakai sabuk pengaman, sambil menyahut membahas hal yang sama lagi. "Terus kenapa? Rasanya emang aneh nggak inget semingguan kemaren lo udah kaya monster Chomper yang siap mencaplok kepala kita. Haha."
"Masih sama, gue menerima paket bulanan lagi."
Seperti biasa jawabannya Serryl membuat Livia dan Revan sedikit kikuk, meski perubahan gesture itu mereka sembunyikan, Serryl sudah peka jika dia membahas itu, mereka para temannya itu akan menjadi kikuk.
"Kenapa si kalian kok jadi aneh? Nggak suka?" terka Serryl.
"Bukan begitu, Ser," jawab Livia ragu, "Kalo dia serius sama lo, ini waktu yang tepat buat dia muncul. Dia pasti tau kalo lo udah, ehm, maaf putus sama Fadli. Tapi nampaknya dia nggak mau menunjukkan diri, menurut gue, dia bukan orang yang serius. Pengecut."
Dari sudut matanya, Serryl bisa melihat Revan menganggukkan kepala, cowok itu menyadari Serryl meliriknya, dia langsung buru-buru menyalakan mesin mobil, dan menyetir.
"Iya benar," Revan menyahut tanpa menoleh karena fokus menyetir. "Cuman pengecut yang terus-terusan mengirimi lo paket begituan tanpa pernah usaha menunjukkan jati dirinya yang asli."
"Bahayanya lagi kalo ternyata ini cuma terror gangguan. Orang itu cuma mau ngerjain lo," cetus Livia.
"Kenapa sih? Dia romantis kok pagi-pagi aja udah berniat menghibur gue." Livia berseri-seri Bahagia.
"Susah emang ngomong sama cewek yang lagi dibuai sama romantisme cowok, ckck," celetuk Livia, membuat Serryl memajukan wajahnya. Livia sedikit terkejut saat mendapati kepala Serryl tepat di sela kursi kemudi Revan dan kursinya. "Astaga!" pekiknya heboh. Ternyata dia kaget beneran.
"Makanya lo cari cowok biar bisa lebih memahami gue, lihat aja lo akan merasa norak juga nantinya, wleeek!" seru Serryl.
Livia cuma mendesis mendengar ledekannya, beginilah Serryl setiap hari dengannya, saling ngatain dan mencibir satu sama lain. Mereka memiliki perbedaan yang sangat jauh. Namun, Livia tetap sahabatnya sejak kecil, sejak kepribadian asli mereka belum terlihat, saat di mana yang mereka tahu cuma bermain bersama. Saat mereka masih polos dan hatinya bersih.
Mereka benar-benar mengalami perubahan kepribadian drastis sejak menginjak bangku SMP, Serryl masuk SMP Kartika, sekolah swasta elit yang membentuk dirinya menjadi cewek supel sekaligus romantis. Sedangkan Livia bersekolah di sebuah sekolah negeri Jakarta, membuat kepribadiannya rada cupu-kuper-apa adanya. Perpecahan itu disebabkan Livia yang lebih pinter bisa masuk sekolah negeri, sedangkan Serryl harus masuk sekolah swasta.
Saat lulus SMP Livia menyatakan ingin satu sekolah dengan Serryl, jadi mereka memilih masuk SMA Mardi Bakti, salah satu sekolah swasta yang tidak lebih elit dari sekolah SMP-nya Serryl. Sekolah yang isinya banyak anak berada, tapi fasilitasnya biasaaa ajaaa. Rasanya aneh melihat temannya yang lumayan pintar itu memutuskan memilih masuk ke sekolah swasta.
Setelah masuk SMA Mardi Bakti, mereka berdua menjadi populer dalam kategori yang berbeda, Serryl si anak OSIS-cantik-gaul, sementara Livia si anak osis-peraih juara 1-ketua klub mading-pernah menulis naskah klub drama. Serryl juga anggota OSIS sih, hanya kehadirannya tidak terlalu diperhitungkan lantaran gosip yang dia dengar, Serryl cuma anggota bayangan OSIS yang tidak pernah bekerja, Serryl si pemanis OSIS. Dasar manusia iri yang suka membuat gosip. Emang sih di sekolah mana pun di OSIS pasti ada gerombolan cewek-cowok populer yang kerjaannya tidak jelas. Percayalah pada Serryl, sebenarnya dia masih mau bekerja kok, apalagi ketua OSIS mereka yang bernama Rian naksir Serryl. Jadi, cewek itu harus memberi kesan yang baik di hadapan para fansnya, ya Serryl bukannya mau bermuka dua. Alasan lainnya harus rajin bekerja adalah Revan sang wakil ketua OSIS mereka, dan Livia, kerabat dekatnya.
Sebagai bagian Sie Hubungan Masyarakat, Serryl akan mengeluarkan segala kemampuannya untuk mengerjakan program kerja angkatan mereka. Tidak mau imejnya sebagai gadis bodoh saja, dia harus memiliki imej gadis supel, dan juga cerdas salam organisasi. Untuk nilai akademik ya standar saja tak apalah.
"Lo butuh cowok, Liv," ujar Serryl tertawa penuh makna.
"Gue nggak butuh cowok, gue butuhnya teman!" Seperti biasa jawaban Livia sangat menyakitkan.
"Waaaah, jadi lo nggak butuh gue nih, Vi?" sahut Revan merasa tersinggung.
"Mampus lo!" Serryl hampir tertawa buas, dia tutupi dengan cengiran geli lalu menoyor kepala Livia dari belakang.
"Lo kan teman gue, Re." Livia membela diri lalu melirik bengis ke arah teman ceweknya, "Sialan!!" Dia balas menoyor jidatnya Serryl yang jenong.
"Gue kan cowok. Emang lo kira gue cewek?" Revan bertanya kesal.
Serryl tahu Revan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat emosi Livia meledak, soalnya kapan lagi cewek itu berbicara nyolot. Kalau sudah nyolot kocak banget. Kesehariannya dia sangat tenang dan dingin. Yang bisa membuatnya berubah jadi cewek nyolot hanya makhluk itu, si musuhnya Livia. Menggoda Livia sampai emosi adalah kesenangan tersendiri bagi teman-temannya.
"Cowok itu maksudnya pacar, oke gue ralat. Gue nggak butuh pacar, gue butuhnya teman, cewek maupun cowok. Dah!" jelasnya setengah sewot.
"Kalo lo punya pacar, gue berani ngopi tanpa gula," kata Serryl menantang.
"Kenapa harus punya pacar sih kalo gue udah punya kalian. Gue udah have fun sama kalian kok," katanya.
Setelah mendengar itu Revan menoleh ke arah Livia, Serryl memandang Livia-Revan dari belakang secara bergantian.
"Kenapa?" tanya Serryl polos, "Kok jadi awkward?"
"Heran deh. Lo nyaris sempurna, masa nggak mau jatuh cinta? Lo ada trauma sama cowok?" tanya Revan menatap penasaran.
Mobil mereka sudah memasuki parkiran sekolah, Serryl memperhatikan perubahan eskpresi Livia yang semakin kikuk, mobil mereka baru berhenti setelah mesin dimatikan oleh Revan.
"Bukan trauma, gue punya prinsip sendiri." Begitulah jawaban Livia, bikin penasaran karena tidak memuaskan.
"Apaan tuh?" tanya Serryl penuh minat, kok dia tidak pernah mendengar mengenai prinsip itu?
"Cinta itu ditemukan, bukan dicari. Udah, yuk turun. Gue harus ngecek mading yang harus dipasang nanti sore." Livia segera turun duluan dari mobil.
"Liv, kalo nggak dicari, gimana lo bisa nemuinnya," sahut Serryl menjawab prinsipnya yang aneh. Serryl melempar tatapan bingung ke arah Revan, Livia sudah di luar lalu menutup pintu mobil kembali.
"Lo tau sesuatu nggak, Ser?" bisik Revan.
Serryl menggeleng lemah, "Nggak. Apaan sih?"
Teeet!
Bel sekolah mereka sudah berbunyi, menandakan mereka harus segera turun dari mobil lalu berlari menuju kelas. Ah, nanggung banget.
**
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top