Bab 17

Tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Serryl, dia memberanikan diri menjebak pelaku penyerangan itu bersama Okta, sobatnya Danny. Di tengah suasana kegelapan sekolah karena tiba-tiba lampunya mati, sekolah mereka terjebak dalam nuansa yang tak lazim, seram sekali padahal masih pukul setengah 7 malam. Serryl bersembunyi di balik pintu kelas 10-3 dan Okta bersembunyi di balik pagar tanaman hias, mereka berdua memegangi tali tambang yang akan ditarik ketika si penjahat bertopeng itu melewati di koridor itu.

Gotcha. Terdengar suara ringisan memaki saat mereka mengangkat tali tambang yang melintang di koridor.

Pokoknya tadi malam mereka hampir berjalan dengan sempurna kalau saja si pelaku teror itu tidak keburu kabur secepat kilat entah ke mana. Menurut Tio, pemuda itu melihat kepergian sang pelaku menuju gerbang depan dan menghilang di antara jalan-jalan milik warga. Karena sudah tidak fokus akibat bubuk merica, yeah mereka bersin-bersin setelah ditaburi bubuk merica saat keadaan lengah. Hebat sekali pelaku itu memiliki berbagai macam senjata alam yang ampuh.

Kemarin malam Serryl bisa sedikit bernapas lega, hubungannya dengan Livia kembali menjadi baik. Dan, juga sudah jadian sama Revan tadi malam saat menuju rumah sakit. Revan tidak memiliki luka parah, tapi matanya yang sebelah kanan harus dibalut perban mirip pembajak laut versi kerennya, sementara tangannya yang kiri terkena pisau harus dijahit sedikit, tangan yang kanan aman hanya tergores lecet-lecet sedikit.

"Lo abis seru-seruan nggak ngajak gue? Curang. Rasain sendiri tuh lukanya! Kalo ngajak gue, kan bisa gue sikat tuh pelakunya!" seru Dito, teman sebangku Revan yang kebagian tugas tidak enak membantu mencatat saat pelajaran berlangsung. Revan sulit fokus menatap ke depan.

Revan mendelik geli. "Lo nggak bakalan sanggup melawannya, lincah banget. Lo diet dulu deh biar nggak guling-guling pas jatuh. Haha."

Serryl jadi ikutan tersenyum kecil. Kini mereka sedang nongkrong di depan kelas IPA 3. Serryl kan anak IPS nongkrong di depan kelas itu membuat beberapa anak cewek mencoba ingin tahu keberadaaannya, dia kan terkenal gitu loh.

"Ck. Sial," gerutu Dito. "Gue nggak gendut, Man."

Tubuh Dito tidak terlalu gemuk, cuma Revan yang terlalu kurus dan tinggi, makanya duduk bersama membuat mereka mirip anak tangga dan angka sepuluh.

Mukanya Dito yang bulat dan tembem sering menjadi bahan keusilan cewek mau pun cowok. Dito memiliki panggilan mochi lantaran mirip mochinya, atau mirip keranjang mochinya. Entahlah. Menurut Serryl, lebih gemuk si Danny, karena tegap dan tinggi jadi terlihat lebih keren. Btw, saat ini cowok itu sudah menyandang status baru sebagai pacar sahabatnya, yaitu Livia.

Sumpah Serryl masih tidak mempercayai bahwa cowok yang kesehariannya tidak jelas—di mata Livia tentu saja, kalo Serryl sih menilai Danny lumayan menarik dan keren. Ya cowok itu ternyata bisa meluluhkan hati Livia, dan tanpa pikir panjang sahabatnya itu menerima cintanya.

Serryl mengira saat Livia disekap kemarin di toilet cewek, dengan menggunakan gas halusinogen atau dipaksa menenggak karbol sehingga pikiran dan akal sehat Livia menjadi terganggu, tapi ternyata sahabatnya itu benar-benar ingin memulai kisah cinta masa remajanya bersama Danny.

Saat Livia mengabarkan hubungan terbarunya dengan Danny, sontak Serryl menjerit keras hingga seisi rumah mendatangi kamarnya tergopoh-gopoh membawa sapu dan alat semprotan pembasmi nyamuk. Biasanya Serryl menjerit kalo melihat kecoak dan cicak mati. Itu cewek memang syok berat menemukan fakta Livia mau menerima Danny sebagai pacarnya.

Beberapa hari yang mengubah segalanya. Bahkan tadi pagi Livia tidak berangkat bersamanya, karena dijemput oleh Danny. Hebat banget Danny mampu membuat Livia betah berada dekat dengannya, bahkan menghirup udara yang sama dalam jarak kurang dari 1 meter. Padahal dulu kan mereka kayak begitu, ribut terus, Livia selalu menganggap Danny kayak bakteri.

Saat ini gosip mereka, Livia dan Danny berpacaran lebih teranyar, terpanas, dan lebih heboh daripada gosip Serryl dan Revan. Padahal Serryl dan Revan, anak paling populer di sekolah itu. Heran. Dari adik kelas sampai di ruang guru sibuk membicarakan Danny dan Livia. Ya, biang gosip di ruang guru siapa lagi kalo bukan duo Bu Indah dan Bu Dina yang tidak menyangka anak didiknya akan menjadi besan. Sumpah, reaksi Livia pasti langsung keki. Ini baru pacaran gitu loh.

"Jadi gosip-gosip ada penyelundup, yang kayaknya maling itu masuk ke sekolah sampe mutusin listrik itu lo yang mergokin? Sampe lo berantem sama orangnya?" tanya Dito membuat Serryl menatap Revan untuk mengiyakan saja.

Semalam ada gosip heboh di Grup aplikasi LINE, grup angkatan mereka kalau Revan yang menangkap basah seorang maling lalu terlibat perkelahian kecil. Gosip itu mulanya berasal dari Grup kelas Revan, ya Wali Kelas mereka mendapat info dari pihak sekolah tentang kejadian Revan. Anak Kelas 11 IPA 3 pun heboh ngomongin di grup berskala besar, Grup Angkatan.

"Heeem, begitulah. Kan ada rapat OSIS sampe Maghrib. Ya, sesuai yang gue ceritain ke lo kalo gue ribut sama orang asing tadi malam."

"Wah, untung lo nggak luka parah. Maling suka berani nekat kalo kepepet ketauan." Dito menganga. "Lo harus dapet penghargaan, Van."

Revan mau tertawa. Pembunuh lebih menyeramkan, hanya mengincar nyawa. Hanya ingin menghilangkan hak hidup manusia lain. Setelah sasarannya mati, mereka baru merasakan kepuasan. Menyeramkan.

"Apaan sih, lebay gila!" cetus Revan.

"Iya, kita lagi nunggu info lanjutan masalah itu dari orang sekolah." Serryl menahan senyum.

"Apaan, kayaknya gosip itu udah ketutup. Lebih heboh sama gosip orang pacaran. Salah satu pasangannya ni di sebelah gue." Dito mendesis.

Serryl tertawa tertahan, sedangkan Revan tak bisa menahan cengiran lebar.

"Kok yang pacaran sama Livia malah Danny?" Dito mengernyit heran. "Bukannya Livia naksirnya sama lo, Van? Gue kan sering ngintip post-it yang suka dia tempel-tempel di kolong meja lo, hehe."

"Kolong meja?" Revan melongo.

Serryl terkesiap berdiri buru-buru masuk ke kelas Revan dan menuju bangkunya, Revan menyusulnya. Serryl dan Revan saling memandang meja Revan.

Dito muncul di antara mereka sambil mengigit coki-coki. "Kok pada diem? Emang nggak pada tau? Robohin aja mejanya."

Revan mengangkat mejanya yang sudah bersih dari buku-buku, agar tidak terdengar suara bantingan yang cukup keras pemuda itu mendorongnya ke lantai dengan sangat hati-hati. Setelah meja berhasil menyentuh lantai, mereka semua terpukau dengan beberapa post-it warna warni, paling banyak sih warna pink tertempel di sana. Dengan manisnya.

Re, semangat ulangan Fisikanya.

Rumus segitiga ajaib. (Disertai gambar yang tidak Serryl pahami amat)

Apa yang paling lo suka? Mawar atau Cokelat?

Lo nggak pernah membaca pesan-pesan gue ya? Iya yang tertempel di sini.

Kalung lo bagus banget. Gue liat sebentar.

Ternyata lo emang nggak pernah membacanya. Ehm.

Kok kalian pada jauhin gue sih? Gue sendirian ketakutan diteror. Gue nggak berani bicara duluan, buat nongol aja takut rasanya.

Maafin gue. Kangen banget.

Salah gue apa sih sampe dijauhin? Bukannya status tertuduh gue udah dicabut, kenapa masih pada diemin gue?

Serryl, Revan dan Dito saling melirik kikuk, mereka masih sama-sama speechless. Terutama Revan, dia sangat terguncang karena melihat sesuatu yang seharusnya dia tahu sejak awal. Serryl juga berpikir yang sama.

"Setelah kalian mencar, dia suka diem-diem masuk sini terus nempelin post-it." Dito mengunyah bungkus coki-coki sambil menggaruk kepalanya yang kayaknya ketombean. Cowok-cowok jorok.

"Kok lo nggak pernah bilang?" Revan kesal.

"Ya, gue pikir lo udah tau."

Serryl memegang lengan Revan. "Sumpah, aku jadi semakin merasa bersalah."

"Sama." Revan mengangguk kecil. "Yuk kita cari Livia. Minta maaf lagi. Oh ya, memang kenapa sih kamu diemin dia, padahal dia nggak terlibat dalam kejadian si Tristan?"

Serryl menggigiti bibir. "Aku bingung gimana cara minta maaf mengembalikan kepercayaan dia, aku yang merasa bersalah karena nggak percaya, dan bentak dia. Livia kan kalau marah seram banget. Selagi aku mikirin gimana caranya mengembalikan hubungan baik kita, yah malah ada kejadian penyerangan itu. Mana aku percaya banget kalo Livia masih dendam. Kamu sendiri kenapa nggak minta maaf dan memulai?"

"Aku berusaha biasa aja pagi itu, cuma Livia diam aja nggak membahas apa-apa. Jadi aku mengira, dia masih marah sama aku gara-gara tuduhan itu. Aku nggak berani membahas duluan. Aku malu dan gengsi. Aku yang nuduh dia. Omongan Danny waktu itu di deket gazebo benar. Aku cuma selametin diri sendiri. Yah, sama kayak kamu, kejadian itu membuat aku sempat percaya kalo Livia ingin menyakiti kita."

"Oh, jadi kita semua sama-sama diam saja karena merasa bersalah ya? Harusnya kita nggak marah lagi setelah penyelidikan itu berakhir, ya kan? Begini deh akibatnya."

**

Mereka menemukan Livia sedang duduk di sofa tersohor yang biasa ditempati anak-anak badung, cowok-cowok IPS dan Bahasa.

Buset, anak populer tidak ada yang pernah berani duduk di sana, kecuali ingin mati ditabokin Kubil yang seram banget, pentolan anak IPS 3, tentu saja nama aslinya bukan Kubil melainkan Ibnu Sabil. Meski tidak jahat, Kubil tidak suka daerahnya dimasuki anak-anak populer yang cuman modal tampang, kaya Serryl misalnya. Dan, segenap kalangannya. Termasuk Livia yang populer di kalangan anak sekolah mereka, karena bakatnya.

Tapi sekarang keberadaan Livia di antara mereka sama sekali tidak mengusik mereka. Kubil yang mukanya mirip mafia-mafia dalam drama Korea, nampak tenang memainkan tusuk gigi mengorek-ngorek giginya.

Taufan, anak kelas 11 IPS 1, dia paling nakal dan sering bolos sekolah, pernah tidak naik kelas dan harus bermuka badak sekolah di sini lagi lantaran tidak ada biaya untuk pindah sekolah. Ckck. Taufan anak yang baik, cuma malas. Oke, orang baik memang banyak, tapi yang benar kan jarang.

Nah, sisanya adalah trio begeng dari 11 Bahasa 2, ke mana-mana mereka selalu bersama tak terpisahkan, ada Joni yang paling begeng, letoy, kulitnya yang bersih semakin membuat dirinya terlihat ringkih banget.

Fajar yang hobi bernyanyi bermain gitar hasil pinjam sana-sini, Fajar paling berkulit gelap, dan terakhir ada Liu, cowok keturunan Tionghoa yang benar-benar memiliki nama China, yaitu Wen Liu. Matanya sipit dan berkulit putih pucat hingga kadang terlihat urat di sela-sela tangannya. Menurut Feng Shui namanya sama dengan model asal Tiongkok dengan bayaran termahal, dia percaya bahwa masa depan dia akan secerah Wen Liu tersebut.

Serryl kira alasan kenapa trio begeng ini masih bertahan padahal tidak kuat amat dan juga tidak seram, malah mirip boyband, ternyata di balik tubuhnya yang terlihat kurus-kurus mereka memiliki otot perut yang bagus. Ckck, berita ini Serryl dapat dari cewek-cewek IPS yang pernah tidak sengaja melihat anak-anak itu ganti baju saat pelajaran olahraga. Serryl sendiri juga meragukan Revan memiliki otot perut, karena belum membutikannya. Jadi, bisa dipastikan geng ini oke juga. Geng berotot.

Berdasarkan cerita tadi memang Danny-lah yang paling rada bagus, Serryl juga tidak mengerti kenapa cowok itu bisa banyak menghabiskan waktu di sofa itu. Mungkin karena Danny satu-satunya makhluk terganteng di Bahasa. Jadi si Kubil menarik Danny ke gengnya agar bisa dijadikan visual. Konyolnya Danny fine saja main bersama mereka. Mungkin Serryl bisa membujuk Livia agar menyuruh Danny keluar dari geng itu. Namun, kayaknya Danny tidak bakalan cocok bermain sama cowok-cowok yang populer akan ketajirannya di sekolah. Kok Serryl jadi gosipin mereka? Berhenti lah.

"Wah, sekarang mereka udah punya Ratu." Dito diam-diam sudah membuntuti dua orang itu.

Livia dan Danny yang lagi mainan sesuatu bersama, serentak menoleh ke arah mereka berkat celetukan Dito.

Lalu Livia bangun untuk setengah berlari menghampiri temannya yang baru muncul, tepatnya menghampiri Revan. Cewek itu memeriksa tangan Revan yang dibalut perban, matanya memancarkan kekhawatiran saat memandang Revan.

"Lo nggak apa-apa, Re?" tanya Livia cemas.

"Udah nggak apa-apa kok, Vi," jawab Revan sambil tersenyum. Tatapan Revan tertumbuk pada Danny yang berdiri di belakang Livia.

Livia buru-buru menjauh dari Revan dan menoleh kepada Serryl. "Ada apa sih?" tanya Livia.

"Ada waktu untuk bicara sebentar?" Revan memandang Livia.

**

Serryl meninggalkan Revan dan Livia yang sedang berbicara empat mata. Cewek itu tidak perlu kepo, tanpa diminta Livia pasti akan menceritakan ulang apa yang mereka bahas. Huh, dengan langkah gontai Serryl pergi memasuki area loker IPS ingin mengambil buku gambar yang selalu ditinggal di sana, dan Serryl mengambil kembali jika ada tugas menggambar. Seperti saat ini.

Saat Serryl menarik buku gambarnya, mata cewek itu tertumbuk pada sepucuk surat dengan amplop imut berwarna lavender, surat cinta? Siapa yang mengirimnya? Serryl membalikkan amplop tersebut, matanya melebar tatkala membaca sebuah kata di muka amplop cantik tersebut.

From: Mark

To: My Sunshine, Serryl.

Astaga! Mark ada di sini? Di sekolah ini? Menyelipkan surat ini di loker.

Baru kali ini Mark mengirim sesuatu di sekolah, biasanya cowok itu akan mengirim langsung ke rumahnya. Ini artinya, cowok itu masuk ke sekolah itu, bahkan tahu tentang di mana letak lokernya Serryl berada!

Sial, Serryl baru saja kecolongan. Andai saja dia lebih cepat ke loker itu, dan mempergoki Mark. Tentu Serryl akan membongkar siapa orang itu sebenarnya.

Arghhh!!!

Secepat kilat Serryl membuka suratnya, matanya bergerak-gerak liar membaca isi suratnya, darahnya seperti berhenti mengalir. Mungkin Serryl juga sudah lupa menghirup oksigen saking gugupnya. Membaca isi surat misterius itu memacu andrenalinnya gila-gilaan.

Mark ada di sini. Bahkan saat ini dia akan mengintai gue.

Karena isi suratnya mengatakan ...,

Kamu udah punya pacar baru lagi?

Selamat.

Just wait

Aku akan menghancurkan kakimu bahkan tubuhmu, seperti kamu menghancurkan hatiku. Karena aku kecewa sama kamu, Sunshine.

Mark secepat itu sudah mengetahui status terbarunya, itu pertanda cowok itu ada di sekitarnya. Tidak jauh-jauh darinya. Bahkan Mark mengancam ingin mematahkan kaki dan tubuh Serryl. Kenapa menjadi menyeramkan sekali hidupnya setelah mau dibunuh orang misterius, sekarang diancam oleh orang yang awalnya dikira akan menyayanginya?

Ini belum berakhir. Serryl harus segera melapor ke Revan, Livia atau Danny juga sekalian?

Astaga!!! Gawat!

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top