JAE - Ginger#01
26 Oktober 2013
Aku hanya bisa mendesah pelan melihat rintik hujan yang makin lama makin deras ini. Nasib malang saat hujan turun malah justru payungnya ketinggalan. Giliran langitnya terang benderang, payung sama jas hujan siap banget di dalam tas. So syahdu.
Jadi disinilah aku, duduk bersila di depan ruang multimedia, tempat paling asik untuk ngobrol dan gelosoran bersama kawan-kawan. Pemandangan lapangan rumput dengan beberapa anak laki-laki yang sedang bermain bola juga lumayan untuk mengusir kebosanan.
Apalagi kalau yang main ganteng.
Ehe.
Udah bukan lumayan lagi.
Ganteng, main bola, dan basah-basahan karena hujan.
UGH.
Nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?
"Jin, mau makan apa nggak lo?" aku yang sedari tadi memangku dagu dengan tangan langsung mendongak. Mendapati Solbin berdiri di sebelahku, mengeratkan sweater tipisnya.
"Nggak," jawabku singkat. Kembali fokus memandangi para lelaki tampan menari indah di bawah air hujan. Aih!
Setelahnya aku mendapat timpukan benda tumpul di belakang kepala. "Ow," aku menoleh sambil terus mengaduh karena, man, ini sakit sungguh. Kurang ajar beneran pelakunya.
Di belakangku, Yerin mangap-mangap tanpa suara, tangannya melambai-lambaikan lightstick bundar yang setauku itu milik para Carat, penggemar boy-band Seventeen. Pantas saja sakit banget, dasar gila!
"Ngapain sih? Sakit goblo" omelku.
"Ih mulutnya, Yijin." gumam Solbin lalu ikutan duduk bersila di sampingku. "Lo udah kenyang ya ngeliatin mereka?"
"Ya udah jelas jawabannya, sih Bin." jawabku setelah sebelumnya menjambak kecil rambut Yerin yang ikutan duduk di dekat Solbin.
"Gila, Jin. Lo betah juga ya naksir dia." celetuk Yerin kemudian.
Aku mengangguk-angguk kaya anak ayam disko. Di dalam hati ikut menanyakan hal yang sama seperti pertanyaan Yerin, kenapa aku betah banget naksir dia, sih?
Dekat juga enggak.
Sadar kalau aku kodein juga enggak.
Eh malah kodenya ke cewek lain. Halah.
Nasib muka pas-pasan sih emang nggak jauh-jauh dari cinta macam beginian.
Beda kasusnya kalau Solbin yang naksir, baru kibasin rambut aja lakinya udah pada ribut. Kalau si Yerin mah, di pikiran dia hanya ada Seventeen. Tak ada celah bagi pria dunia nyata untuk menyerang. Kasian sebenernya aku ngeliat dia. Ketiga belas lelakinya itu tau dia hidup aja enggak. Ckck.
"Ngomong aja, sih saran gue." Yerin menyalakan Carat-bongnya itu sambil disodor-sodorkan ke mukaku. Freak nggak? Freak, kan? Makanya hhh kesel.
"Rin, ih lo tuh gak jelaaaas" aku mengelak mundur dari silaunya lightstick tapi dasar fangirl terkutuk ini emang tak ada jeranya menyiksaku.
"Riiin, udah" Solbin berusaha melerai kita berdua dengan merebut lightstick-nya dari tangan Yerin. Dia emang paling keibuan deh, terbaik banget.
Yerin merebut lightstick-nya lagi. Kali ini untuk dimasukkan ke dalam tas ranselnya. Mana boleh tuh benda keramat disentuh sama orang lain.
"Ngomong, Jin ngomong, lo dengerin gue gak sih?" Yerin malah ngomel. Mukanya agak kesel karena Solbin menghentikan aksinya menggangguku.
Bukannya menjawab, aku menatap lurus ke sosok lelaki yang sekarang kemeja putihnya sudah kotor kena lumpur karena dia habis jatuh pas sliding tadi. Rambutnya yang tidak terlalu panjang jatuh ke keningnya, membuat dia tampak jadi lebih muda. Tampak semakin enggak termiliki juga, sih.
Pedih banget anjir ini ngomongnya.
"Emang kalau gue ngomong, dia nggak bakalan gitu ngejauhin gue??"
Yerin dan Solbin menoleh ke arahku bebarengan. Mereka diam saja mendengarkan pertanyaanku barusan.
Sampai tiba-tiba hal ini terjadi sangat cepat dan aku nggak sadar dengan apa yang baru saja terjadi.
Yerin berdiri dari duduknya, lalu berjalan cepat ke tepian lapangan. Tangannya menangkup bibirnya yang meneriakkan sesuatu dengan amat keras ke arah lapangan. Tepatnya ke arah laki-laki yang sejak tadi menjadi pusat perhatianku. Membuat semua orang diam memandangiku dan lelaki itu bergantian.
"JAEHYUUUUNNNN YIJIN SUKA SAMA ELOOOOOO!!!!!"
Kenapa, sih anak ini bisa jadi sahabatku bertahun-tahun dengan kelakuannya yang tiap hari makin nggak genah begini?
ARGH.
Solbin hanya melongo.
Apa kabar gueeeeeee??????? Ya nggak melongo lagi sih ini, nggak tau rasanya kemana jiwa ini pergi.
"Jin?" Solbin memegangi lenganku, berusaha menyadarkanku ke kenyataan.
KENYATAAN KALAU JAEHYUN BARU AJA DENGER RAHASIA KELAM SEORANG JUNG YIJIN YA TUHAN!
Mengumpulkan segenap kesadaran, aku menyusul Yerin ke pinggir lapangan, mencubit lengannya karena demi apapun aku kesel banget tapi nggak bisa marah ke Yerin.
Entah keberanian darimana, entah setan apa yang merasukiku tiba-tiba, aku melakukan hal yang persis sama seperti yang Yerin lakukan.
"JAEHYUUUUNNNN GUE SUKAAA SAMAA LOOOOO"
Yah, udah kepalang basah. Nyebur aja kan sekalian?
Sejak pernyataan dari Yerin tadi, pertandingan bola di bawah hujan nan syahdu itu memang sudah terhenti. Pemainnya saling menatap, menunggu kejutan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mungkin baru satu menit berlalu, semuanya kembali sadar. Ada yang berjalan ke arah Jaehyun lalu memukuli lengannya karena justru mereka yang bersemangat, sedang Jaehyun hanya berdiri mematung disana. Ada pula yang langsung menyoraki kami, ada yang ramai bersorak meminta Jaehyun menerima pernyataan cintaku ke Jaehyun.
Dan ada yang rasanya udah setengah mati kepengen sembunyi di lubang tikus, pindah ke Wonderland, atau ke Neverland, atau imigrasi ke Arab Saudi karena sumpah ini rasanya malu banget.
MAMA TOLOOOOONG!!!!!
Dalam sekejap masa depanku dihancurkan karena pernyataan cinta yang begitu saja keluar di bawah hujan.
Thanks to Yerin, my bestfriend.
Kayanya lebih baik bentar lagi bikin surat wasiat, deh.
Soalnya masih setahun nunggu lulus dari sekolah ini.
Dan artinya momen ini bakalan terus diinget manusia-manusia pecandu gosip seantero sekolah dan hidupku nggak akan tenang.
Aku dan kebodohanku.
Kemudian hal mengejutkan yang tidak kuduga-duga akan terjadi malah beneran terjadi.
"YIJIIIINNN GUE JUGAAA SUKAAA SAMA LOOOOO"
WHAT?
WHAT????
Apasih, ini??
Nggak tau sejak kapan Solbin udah berdiri merengkuhku. Nggak heran kenapa rasanya anget disaat seharusnya aku menggigil karena malu akan kebodohanku sendiri. Yerin menggigiti kukunya, kebiasaan kalau dia merasa bersalah atau deg-degan.
Suasana sekolah yang tadinya hanya ramai karena suara anak-anak yang lagi tanding bola di tengah hujan deras, sekarang berganti dengan suara sorak-sorai anak-anak yang ditujukkan untukku dan Jaehyun.
Semuanya.
Dari yang tadinya di kelas, semuanya langsung keluar dan nonton bareng, dari yang pada bosen nunggu hujan jadi pada ngeluarin hapenya untuk mengabadikan momen langka ini agar kelak bisa menjadi bahan gosipan mereka.
Dari yang tadi hidupnya tenang, mendadak jadi dramatis kayak ftv gini.
Untungnya sudah enggak ada guru yang seliweran di gedung ini.
Jaehyun dan segala kebasahannya berjalan ke arahku. Yang jujur ini aku udah lemes, karena nyawa dan keberaniannya sudah terangkat beberapa menit lalu. Kepengen kabur, tapi Solbin menahan. Alisnya tertaut, bibirnya berucap memintaku tetap tinggal.
Yah, Solbin dan prinsipnya 'yang menanam harus menuai'.
Iya, Bin gue yang menanam kebodohan jadi gue juga harus menuai untuk dipermalukan dan mungkin sebentar lagi penolakan, karena hey siapa tau Jaehyun cuman bercanda kan bilang suka ke aku?
"Jin?"
Jaehyun jaraknya sangat dekat. Aku bisa melihat matanya yang merah karena terlalu lama terbuka di bawah guyuran air hujan. Aku bisa melihat kaus dalaman hitam bergambar tim sepak bola kesukaannya yang terpampang jelas di bawah kemeja putih transparannya.
Aku bisa melihat ada kebingungan di matanya.
"Jin lo serius?" tanya Jaehyun pelan.
"CIYEEEEE! TERIMAAA!!!! TERIMAAAA!!!"
Ingin menggeleng dan bilang ke Jaehyun ini semua super trap. Tapi bibirku kelu, jadi aku hanya bisa bilang,
"iya, maaf ya"
Aku menunduk, memainkan jari-jariku yang kaya udah mati rasa saking dinginnya.
Solbin mengeratkan pelukannya di pundakku. Yerin juga.
Sedangkan Jaehyun terpaku disana.
"Jin? Gue juga serius ini" katanya dengan lantang.
Aku langsung mendongak, menatapnya penuh tanda tanya, membelalakan mata yang entah kenapa rasanya panas. Kebiasaan nih, kalau malu jadi cengeng.
"Pacaran, yuk?" katanya lagi. Masih dengan nada yang tenang. Dan muka yang ganteng. Hhhhhhh keterlaluan.
Aku mengangguk semangat lalu disambut senyum lebar di bibir Jaehyun.
Kemudian sorak-sorai terdengar lebih keras.
Dan pelukan dari Solbin-Yerin makin erat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top