part 7 (end)
"Ayo masuk ke sini!" dengan cepat Sasuke mengikuti arahan Naruto dan membanting pintu ruangan itu saat beberapa belah pedang menembus pintu.
"Ugh! Hampir saja."
"Ayo lanjutkan."
Mereka kembali menemukan ruangan lain, ini seperti yang diceritakan pengawas mereka, setiap rungan memiliki pintu lain menuju ruangan lain, seperti labirin. Mereka tiba di sebuah ruangan yang banyak sekali buku, mungkin ini perpustakaan.
Saat mereka mulai masuk mungkin tidak ada apa-apa, namun saat mereka sampai di tengah perpustakaan kecil itu, tiba-tiba lemari yang terdapat buku-buku itu bergetar dan menjatuhkan beberapa buku dan mulai terbang mengelilingi mereka.
"Apalagi ini?!" Naruto berteriak saat buku-buku itu kini pecah dan berpencar menjadi ribuan kertas, lalu kertas itu melipat dirinya sendiri menjadi pesawat kertas dan menghujani keduanya tanpa henti.
"Hentikan oi! Apa maumu?!"
Percuma, tidak ada yang menjawab. Namun saat kertas itu mulai berkurang perlahan, kini kertas itu mulai membungkus dan menutupi tubuh Sasuke.
"Ugh! Arkh! Henti-ugh! -kan!!!" Sasuke kesusahan saat kertas-kertas itu menyelimuti dirinya, untung saja Naruto menghalang dan melepaskan kertas-kertas itu dan merobeknya hingga menjadi kecil.
Dengan cepat Naruto menarik Sasuke ketika terlepas dari belenggu kertas itu. Mereka menuju ke lantai atas, tepatnya atap, ketika melihat kelibatan seperti pengawas Nagato dan Konan.
Dan ya! Itu memang mereka. Dengan berlari Naruto menghampiri keduanya tanpa lupa menarik Sasuke.
"Kak pengawas Nagato! Kak pengawas Konan!" Naruto memanggil mereka karena mereka berdua membelakangi dirinya.
"Akhirnya kami menemukan kalian dalam keadaan selamat, di mana teman-teman kami?" dengan antusiasnya Naruto bertanya tanpa mencurigai saat Sasuke menatap tajam kedua punggung pengawas yang tidak berbalik saat Naruto melayangkan pertanyaan.
"Kenapa kalian diam? Kalian tidak apa-apa bukan?" Sasuke menarik Narui saat merasakan sesuatu yang aneh.
"Itu bukan mereka."
"Ha? Bukannya itu pengawas Nagato dan pengawas ..."
Naruto tidak melanjutkan, karena tiba-tiba saja kedua orang yang dianggap pengawas mereka ternyata sangat berbeda, dengan kedua mata masing-masing yang tidak ada, darah meluncur dari lubang mata itu, mulut yang robek hingga ke telinga dan dijahit tak beraturan memaksa mereka tersenyum lebar, jangan lupakan salah satu kepala dari pengawas itu tiba-tiba lepas dan menggelinding mendekati Naruto dan Sasuke, lalu berhenti tepat di kaki Naruto dan kepala itu, wajah itu tersenyum dan mengeluarkan lidahnya yang panjang.
"Ugh!" Naruto dan Sasuke menutup mulutnya, tidak kuat saat melihat pemandangan itu, terpaku pada keadaan saat sebuah teriakan dari bawah mengalihkan perhatian mereka.
Dengan serentak Naruto dan Sasuke berbalik dan berlari bontang-banting menghindari dari kedua sosok yang mengerikan. Namun hanya sementara ketika keduanya dipeluk kuat kedua sosok yang mereka hindari, apalagi Naruto dipeluk oleh sosok tanpa kepala.
"Le-lepaskan!!! Aaaaaaaaaaaaa!!!"
Tidak berhasil! Meski memberontak dan melakukan apapun, mereka tidak melepaskan keduanya. Dan saat keduanya sibuk berusaha melepaskan pelukan itu, kedua sosok itu menarik Naruto dan juga Sasuke hingga menembus dan menabrak lantai atap itu hingga lantai 1 disusul sampai lantai bawah dan ruang bawah tanah.
Bruk!
Keduanya jatuh dengan beberapa luka pada tubuh mereka, dan kedua sosok yang berani menarik mereka hingga sampai ruang bawah tanah sudah menghilang.
Saat keduanya mulai bangkit, tanpa aba-aba sebuah pisau melesat hampir menembus kepala Naruto jika saja tidak menghindar, bersamaan dengan sebuah lampu menyala di belakang mereka.
Keduanya berbalik dan melihat siapa yang melempar pisau itu, namun saat selesai berbalik, mereka melihat ketiga teman mereka ditangan sesosok yang diyakini adalah dalang dari semua ini, yang saat ini menerbangkan berbagai macam pisau dengan ukuran yang berbeda-beda dan mengarahkan pada ... Choji?
"Tidak!!!! Choji!!!!!" teriak Naruto dan Sasuke, namun terlambat ...
Jrash! Tap tap tap! Jrash!
Jrash!
"Ugh! Uhuk! Uhuk-uhuk!" Choji batuk dan mengeluarkan banyak darah ketika seluruh tubuhnya ditusuk berbagai macam pisau, bahkan dia tidak tahu kalau tangan dan satu kakinya terpotong pisau daging.
Bruk!
Choji terjatuh bersamaan dengan pecahnya teriakan Naruto.
"TIDAK!!!!"
"Ke-kejam ..."
Belum selesai Naruto dan Sasuke melihat keadaan Choji, kini sosok itu menarik Kiba yang keadaannya sama seperti kedua temannya yang lain, terdiam tanpa suara dengan luka pada tubuhnya.
"Jangan lagi!!!!" Naruto tidak tahu apa yang diinginkan sosok itu, tapi yang pasti bukan hal yang baik. Dengan cepat dia berlari berusaha menghalang, tapi tiba-tiba sepasang tangan menahan dirinya dari belakang, dan saat melihat kebelakang ternyata itu adalah ... Hina? Hinata?
"K-kau?"
"Hiks ... tenanglah Naruto, aku jamin kau akan selamat jika menurut." Hinata menjelaskan dengan terisak.
"APA MAKSUDMU SIALAN?! DIA ITU TEMANKU!!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA! APA HUBUNGANMU DENGAN SI PEMBUNUH ITU???!!!" Naruto memberontak, namun Hinata mengeratkan pelukannya sambil menahan isak saat sosok itu berbalik dan menampakan wajah aslinya.
"Itu karena ... dia adalah adikku, adik kembarku, Hanabi." tepat sekali, sosok itu menatap Naruto dengan wajahnya yang memang mirip dengan Hinata, namun yang membedakan saat ini mungkin adiknya dipenuhi darah dan juga luka.
"A-apa ...?" baik Naruto maupun Sasuke yang mematung membolakan matanya kaget saat sosok itu ternyata manusia dengan segala kemisteriusannya yang dapat membuat ilusi selama ini.
"Hallo kak Naruto, aku sedang bermain dengan teman-teman kakak. Kakak mau ikut?" dengan suara bak anak kecil, Hanabi memiringkan kepalanya dengan seringai dan memegang kapak yang berlumuran darah.
"Jangan dekati dia! Sudah kubicarakan denganmu sebelumnya bukan?!" Hinata berteriak marah ketika adiknya mendekat ke arah mereka.
"Ah~ padahal aku menyukai kak Naruto, mungkin kapakku ini akan lebih sangat menarik ketika dihantamkan pada setiap jari kakak. Slurp!" dengan kata itu dia memutar-mutar kapaknya dan diakhiri dengan menjilat darah pada kapak itu.
"Hem ... bagaimana dengan kakak itu ...? Boleh buatku?" Sasuke kebingunga saat dirinya yang dituju. Hanabi memberikan tatapan memelas pada kakaknya, namun yang didapat adalah tatapan tajam.
"Jangan berharap!"
"Kakak kejam!!!!" Hanabj menghantamkan kapak itu ka arah Kiba yang tidak siap dan menghujaninya tanpa ampun.
Jrash jrash jrash!
"Kakak tidak adil!!!"
Jrash! Jrash! Krak! Tak!
Kini kapak itu merambat ke tubuh lain, tubuh Shikamaru yang bergantian tanpa teratur.
Jrash! Tak! Krash! Krak!
"Ahahahaha!!! Rasakan ini!!!!"
Deil hanya terdiam ketika kedua temannya, ah tidak, ketiga temannya mati dengan cara seperti itu, cara yang tidak manusiawi jika tubuhmu dihantam puluhan sampai ribuan kali tanpa teratur oleh seorang gadis gila. Bahkan Naruto hanya menunduk dengan pandangan kosong saat Hinata tidak melepaskan pelukannya pada Naruto.
"Ah~ aku selesai. Aku bosan Kak, bisakan mereka berdua untukku? Aku janji akan bermain dengan mereka pelan-pelan."
"TIDAK! Tidak ada main lagi!!!" Hinata melepaskan pelukannya dan berdiri di depan menyembunyikan Naruto dan Sasuke.
"Kenapa kakak jadi seperti ini?! Biasanya kakak akan setuju!!!"
"Hiks! Sudah cukup adik kecilku, ini sudah keterlaluan. Selama ini aku bertahan bersamamu, tapi kenapa kau tidak mengerti diriku? Kenapa ... Hiks! KENAPA KAU MEMBUNUH MEREKA DENGAN KEJAM?! KENAPA KAU MEMBUNUH SEMUA ORANG HINGGA KITA DIJAUHKAN SELAMA INI?! BAHKAN KAU MEMBUNUH KEDUA ORANG TUA KITA ADIKKU!!!! KAPAN KAU SADAR JIKA PERBUATANMU SELAMA INI SALAH, HAH?!!!!"
Sudah cukup Hinata menahan semuanya, kini dia bisa mengeluarkannya tanpa beban.
"Tolong berhentilah adikku, demi kakak ..." Hinata mulai terisak lagi dan hal itu ditenangkan oleh Naruto saat Hanabi menatap tak percaya kakaknya.
Selama ini kakaknya tidak pernah menolak permintaannya, Hanabi sayang kakaknya, itulah kenapa Hanabi tidak pernah melukai kakaknya sedikitpun, dan tak pernah membiarkan ada yang menyakitinya walau satu goresan, dia tidak akan membiarkan itu terjadi, karena hal itu awal dari segalanya. Ya, saat Hanabi tidak sengaja melihat pacar dari Hinata menyakiti kakaknya hingga menangis, ya meski tidak melukai secara fisik, namun hal itu membuat Hanabi naik pitam dan tiba-tiba mengambil pisau dapur dan menikam pacar kakaknya di depan kedua orang tuanya. Lalu merambat ketika kedua orang tuanya mengehentikannya, Hanabi justru menusukan pisau itu kedua orangtuanya.
"CUKUP!!!" Hanabi menatap tajam Naruto, dia melihat wajah pacar Hinata yang dulu pernah menyakiti kakaknya itu, ya, dia melihat orang yang sama. "INI GARA-GARA KAU BAJINGAN!!!!!!" Hanabj berlari sambil melayangkan kapaknya ke arah Naruto, namun Naruto didorong Hinata dan membuat bahu kanannya menjadi korban, bahkan merambat hingga ke dada.
"Aaarrrggghhhh! Sa-sakit."
"KAKAK!!!!!!!!" Hanabj melempar kapak itu sesembarang arah ketika kakaknya mulai tumbang sambil memegangi bahunya dan dadanya yang mulai mengeluarkan darah.
"Kakak, hiks! Bertahanlah! Maafkan aku!"
"Arkh!" Hinata tidak mampu menjawab, hanya meringkuk menahan rasa sakit yang teramat sangat di bahu dan dadanya, yang mulai merambat hingga seluruh tubuhnya merasakan rasa sakit yang sama.
"Hi-hinata? Kau tidak apa-apa?" Naruto berusaha mendekat, namun ditahan Sasuke saat Hanabi menatap tajam keduanya.
"Ini semua ... GARA-GARA KALIAN!!!!" Hanabi berlari dan meninju dan menendang, namun Sasuke dan Naruto menghindar.
Dengan cepat Hanabi mengambil kapak yang dia jatuhkan untuk menyerang keduanya tanpa mempedulikan suara kakaknya yang menyuruh berhenti.
"Rasakan!!!!"
Wush!
"Tolong hentikan, kita harus membantu kakakmu!"
"Ya, dia masih bisa selamat kau tahu!"
wush! Tap!
"Jangan banyak bicara kalian!!!!"
Wush! Tak!
Kapak itu terus dilayangkan dengan kata-kata yang terus menyalahkan keduanya, namun keduanya tak henti-hentinya menenangkan dan meminta supaya berhenti dan menyelamatkan Hinata.
Duagh!
"Ugh!"
"Naruto!"
"Ahahahaha!"
Naruto terjungkal ketika mendapat tendangan di perut oleh Hanabi, tapi tak bertahan lama ketika Naruto dengan cepat menendang kapak itu hingga terlempar jauh.
"Tch! Kau membuat senjata kesukaanku terlempar! Maka rasakan ini!!!!"
Duagh!
Buagh!
Dugh!
Bugh!
Berbagai serangan dilayangkan Hanabi ke arah keduanya, meski hanya seorang gadis kecil dan hanya sendirian, dia seperti memegang kendali dalam pertarungan.
"Arrrghhh!!! Kenapa kalian susah mati!!!!" dengan teriakan itu dia menendang Sasuke hingga terpental menabrak lemari kaca di ruangan itu hingga membuat dirinya dihujani pecahan kaca dan menusuk setiap tubuhnya. Kini Sasuke terduduk di lemari rusak itu dengan pecahan kaca di seluruh tubuhnya dengan darah yang mulai keluar dan membuat pandangannya memburam.
"SASUKE!!!" teriak Naruto, namun bertepatan ketika Hanabj memukul Naruto dan membuat dia tersandung ... Ugh! Potongan tubuh temannya.
"Ugh!"
Duagh!
Pukulan dilayangkan kembali membuat Naruto terduduk diatas potongan dan darah dari teman-temannya.
"Oh tidak, ma-maafkan aku ... Argh! Itu tangan Choji! Ah! Itu potongan jantung ugh! kiba! Arkh! Hentikan! Tolong hapus! Tolong bersihkan darah ini!!! Argghhh!!! Darahnya nempel!!! Arghh!! Kepala Shika!!!" Naruto terus seperti itu seperti orang gila saat Hanabi justru menikmati ketakutan dan rasa bersalah yang bercampur aduk dari Naruto.
"ARRRGHHH!!!! HENTIKAN!!! TOLONG BANTU AKU BERDIRI!!! ARRRGHHH!!! TEMAN-TEMAN!!! AAAAAAAAA!!! HENTIKAN!!! HUWAAAAAAAAAAA!!! HENTIKAN AKU MOHON!!!!"
Kelibatan-kelibatan ingatan ketika bersama temannya muncul di kepala Naruto, lalu hari di mana kejadian ini dimulai, menyaksikan berbagai tantangan dan ujian, lalu menyaksikan keadaan para pendaki, kedua pengawas mereka, dan saat temannya dibunuh dengan cara tidak manusiawi.
Naruto tak tahan, dia mengacak rambutnya dan menekan kepalanya supaya perasaan itu menghilang, dengan tangannya yang dipenuhi darah dari temannya.
"ARRRGHHH!!! HENTIKAN!!!!"
"Bagaimana? Kau suka?"
"Gerrr .... " Naruto bangkit dan menatap tajam Hanabi, saat Hanabi malah menyeringai ketika melihat tatapan itu.
"Apa kau marah? Maka marahlah, jangan tahan. Ayo lanjutkan, kita bermain sampai ada yang mati ..."
Dengan kata itu, mereka mulai bertarung tanpa henti, memukul, menendang dan segalanya mereka keluarkan dengan brutal. Dan saat ada celah, Hanabi membanting tubuh Naruto ke dinding hingga retak.
"Tamatlah sudah ..." Hanabi berbalik dan menghampiri kakaknya yang kini pingsan.
Namun ...
Duagh!
Sebuah sikut menghantam kepala gadis itu hingga menekan ke bawah dan menghantam lantai hingga darah keluar.
"Ugh! K-kau ..."
"Yap, ini aku, Sasuke."
Bersama dengan itu, Sasuke membangunkan Naruto setelah Hanabi mulai tak sadar. Lalu saat matahari mulai terbit, keduanya keluar dari rumah itu dengan kedua gadis dipunggung mereka. Naruto menggendong Hinata, dan Sasuke menggendong Hanabi, keduanya masih pingsan.
Sasuke dan Naruto berhenti sebentar dan berbalik ke arah rumah itu untuk terakhir kalinya.
"Ini selesai, tidak akan ada lagi korban setelah ini."
"Ya Naru, kini anggap saja semuanya adalah bagian dari rencana yang maha kuasa, semuanya hanyalah cerita dari masyarakat saja, "
"Sosok yang ditakuti dan menjadi ketakutan warga desa telah hilang bersama hilangnya teman-teman kita dan yang lainnya. " Naruto menatap kuburan yang ia buat bersama Sasuke semalam untuk menguburkan semua orang.
"Memang tidak layak dan mungkin bagian tubuh mereka tertukar, tapi biarkan hal itu, karena dengan begitu bukankah mereka bisa bersama?"
"Ya, ayo kita pulang Naru, bersama istri kita." Sasuke tersenyum jahil.
"Ah kau ini! Sejak kapan Sasuke jadi seperti ini?"
"Tentu saja karena dirimu sayang." Sasuke berkedip manja.
"Njir! Gue normal bro! Sorry istri gue yang digendong nanti marah!"
"Iya ya, istri gue juga Bro!"
"Buahahahaha!!!"
Mereka tertawa bersama, mengabaikan sebenarnya kedua gadis yang berada digendongan mereka tersenyum hangat mendengarkan celotehan kedua suam- maksudnya pemuda itu.
Namun ...
Satu jendela yang pecah kacanya, yang terdapat di lantai atas rumah itu ...
Ada sosok bayangan hitam di sana ...
Mengawasi keempatnya yang kini mulai menjauhi rumah itu.
Jrash!
Prank!
____The end____
Oke tamat, Alhamdulillah ya Allah //sujud sungkem, eh? Syukur😅
Terimakasih pada kalian yang baca, vote dan komentncerita ini (meski perasaan gak ada yang baca deh👀)
Maaf kalau kurang ano ... misalnya kurang suka sama endingnya, intinya terimagajih, eh? Terimakasih 😅🤣
Sebenarnya cerita ini adalah sebuah tantangan, aku buat cerita Saiko yang usianya ada 5 pertanyaan, dan ada satu orang temanku yang menjawab benar, dan aku dihukum dengan suruh buat cerita ini, ya meski tokohnya aku bedain👀 intinya cerita ini adalah sebuah bukti kekalahanku dalam permainanku sendiri.
Dah itu aja🤣
Bye semua, jumpa lagi di cerita selanjutnya😆📢
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top