part 6


     Matahari bersinar terang menerangi setiap sudut hutan, cahaya yang hangat menelusup dari celah-celah antara pepohonan maupun dedaunan. Bunga bermekaran, kumpulan rumput hijau dengan embun pagi menemani, burung-burung berkicauwan menyambut sang mentari.

       Di saat semuanya begitu indah untuk dinikmati, ditengahnya ada seorang pemuda terbaring diantara rerumputan dan bunga yang berwarna-warni. Iris matanya tertutup, napasnya mengalun dengan tenang bak lagu santai. Perlahan dia membuka matanya dan menyesuaikan dengan cahaya di pagi hari, namun saat terbuka seutuhnya, dia mendengar alunan lagu indah dari sampingnya, tidak jauh.

"Hm hm hm ...🎶"

       Meski hanya senandung, tapi ditelinga Naruto adalah sebuah lagu yang indah. Perlahan dia terbangun dan menemukan seorang gadis cantik berambut hitam panjang, dengan kulitnya yang putih dan mata Lavender yang cantik. Gadis itu sedang memetik ... Entah apa itu, Naruto tidak tahu.

       Lama sekali Naruto melihat gadis itu sampai tidak menyadari kalau gadis yang selama ini ia perhatikan, berhenti bersenandung dan menatap Naruto bingung.

Dengan gelagapan Naruto mencari kata-kata, "ahahahaha, maaf aku mengganggu." Uhuk! Sial! Kenapa kalimat itu yang keluar?

"Ah tidak."

         Gadis itu menjawab! Astaga! Naruto harus mencatatnya! Oke-oke, berlebihan, kembali ke topik.

"Ekhm! Aku Naru, Naruto. Kalau boleh tahu, kau siapa? Sedang apa di sini?" mengabaikan saat Naruto entah di mana dia berada, Naruto memilih berkenalan dengan gadis di depannya.

"Salam kenal Naruto, panggil aku Hina, Hinata. Aku sedang mengambil tanaman obat."

"Hinata ya? Nama yang sangat cantik. Boleh kubantu?"

"Te-terimakasih." Hinata tersenyum manis ketika melihat Naruto.

          Waktu terasa begitu cepat ketika kau berada bersama orang yang kau sukai, mungkin itulah yang terjadi pada Naruto. Dia kagum sekali dengan hanya melihat Hinata, entah apa yang terjadi padanya.

"Oh iya, kau tinggal di mana?"

"Dekat sini." Naruto hanya ber-'oh' ria saja, mengabaikan kalau mereka itu berada di tengah hutan, bukankah itu mustahil ada rumah di dekat sini? Kecuali rumah 'itu' mungkin?

         Saat mereka sibuk berduaan bagai dunia milik berdua, saat itulah tiba-tiba ada suara aneh dan membuat semak-semak bergoyang tak beraturan, disusul suara langkah cepat namun berat.

"Maaf Naruto, senang bisa bertemu denganmu, aku akan pergi." dengan kata itu, Hinata berlari dan menghilang di sebalik pepohonan.

"Eh? Hinata!! Yah, aku belum minta nomor dia."

Srak srak

Srak!

            Suara itu lagi! Oke, Naruto siap siaga, siapa tahu ada mahluk buasnya. Tunggu, buas? Naruto jadi ingat sesuatu, oh SASUKE!

"BOOM!!!"

"Waarrgghhh!!!"

"Ahahahaha! Kau ngakak Naruto, ini aku."

"Eeeeeeeee?! SASUKE!!!!" dengan cepat dia memukul-mukul Sasuke dengan kesal karena mengagetkannya, tapi tenang, pukulannya tidak terlalu kuat.

"Ayo pergi, seharusnya kita sudah sampai di atas gunung siang ini."

"Hah ..., aku lupa kalau kita sedang mendaki. Tapi barang-barangku semuanya hilang, kau juga bukan?"

"Hn, kita harus mencari kelompok pendaki lain secepatnya, lebih bagus lagi kalau yang kita temui itu kelompok kita."

"Ya, semoga saja mereka baik-baik saja."

"Kenapa kau berbicara seperti itu, Naru?"

"Ah tidak."

        Sungguh sedari tadi perasaan Naruto tidak enak pada kelompoknya, terutama pada teman-temannya yang lain. Dan apakah Shikamaru ditemukan? Ah iya, Naruto harus mencari anak itu.

       Saat Naruto dan Sasuke mencari kelompok pendaki lain, di satu tempat di dalam hutan, tepatnya di depan rumah 'itu' terdapat banyak sekali mayat bertebaran, dengan bagian tubuh yang terpisah, potongan pakaian, tas, perlengkapan mendaki, yang dibanjiri darah. Dan di tengah itu semua, berdiri seorang perempuan berambut panjang, dengan tangan memegang kapak besar yang berlumuran darah, menyeret kapak itu sampai menghasilkan bunyi karena bergesekan dengan tanah maupun jalan yang ia lalui. Menyeret kapak besar itu ke dalam rumah yang ia tinggali selama ini.

...

"Loh? Bukannya ini tempat yang tadi?" Naruto bertanya kebingungan ketika jalan yang setiap kali diambil selalu mengantarkan mereka ke tempat yang sama.

"Hm, tempat ini lagi."

"Ayo coba jalan yang satu itu." Sasuke menarik, lebih tepatnya menyeret Naruto ke satu-satunya jalan yang tersisa. Jalan yang dilalui gadis yang sempat berkenalan dengan Naruto, tapi dia tidak memberitahukannya pada Sasuke.

          Hari mulai menggelap, tanpa terasa matahari sudah terbenam ketika Naruto dan Sasuke berjalan tanpa lelah, apalagi selama ini mereka belum makan maupun minum sama sekali. Untung saja mereka menemukan sesuatu, tapi ...

"I-ini ...?" Naruto tidak melanjutkannya, dia berbalik menatap Sasuke yang melihat pemandangan di depan.

"Ti-tidak mungkin, ini tidak terjadi." Naruto jatuh terduduk ketika Sasuke mengatakan hal itu. Dia juga tidak mempercayai apa yang mereka lihat saat ini.

         Ya, mereka menemukan rumah 'itu', tapi yang membuat mereka seperti itu adalah puluhan yang entah ada berapa tubuh di sana, karena saat ini mereka hanya melihat banyak potongan tubuh dan organ tubuh yang dipastikan adalah para pendaki dari kelompok mereka, termasuk kelompok lain yang sudah tak bernyawa.

"Ini tidak terjadi, ini tidak benar, ini hanya mimpi!" Naruto meracau manganggap ini hanyalah sebuah tipuan, ini tidak benar.

"Sadarlah Naruto, ini kenyataan."

"Kau bilang apa? Nyata?! Ini tipuan! Ini bohong! Pasti kelompok kita sudah sampai di atas gunung!" Naruto berbalik dan berniat ingin pergi dari sana, dari pada melihat mayat yang terpotong-potong dengan sadisnya.

"BERHENTI!" teriak Sasuke, namun dihiraukan, hingga ...

Duagh!

"Kenapa kau memukulku?! Aku mau ke atas gunung  menemui teman-teman dan yang lainnya."

Plak!

"Berhenti kau, lihatlah di depanmu!" Sasuke menarik Naruto agar berbalik.

"Tidak! Kita harus mencari teman kita Sasuke! Lagipula Choji, Kiba, dan Shikamaru tidak di sana! Mungkin mereka selamat! Ya! Mereka pasti selamat!" Naruto berlari saat tidak disadari kalau air matanya jatuh karena memiliki pikiran negatif tentang keselamatan teman mereka.

"Sudah cukup!" Sasuke memgehentikan Naruto dengan memegang tangannya, Sasuke harus menyakinkan Naruto kalau semuanya telah berakhir, mungkin saja ketiga temannya sudah bergabung dengan potongan tubuh itu, hanya kemungkinan kecil kalau mereka bertiga selamat dari semua ini, tidak mungkin! Atau kalau memang mereka selamat, pasti mereka mendapat luka yang sangat parah dan mungkin saja mati perlahan. Bukan maksud jahat, tapi Sasuke hanya berpikir dengan logika dan riset yang ia perhatikan dari semua itu.

"Ayo masuk."

"Apa?! Kau gila Sasuke! Aku tidak mau!" Naruto menarik tangannya dan berusaha melepaskan genggaman dari Sasuke, namun tidak! Dia terlalu kuat.

"Lepaskan aku! Aku mau mau menemui teman kita!!!"

"Lepaskan!!!! Aku tidak mau masuk!!!!"

       Terlambat, kini mereka berdua telah masuk ke rumah itu. Gelap dan pengap, itulah yang mereka rasakan ketika sampai di sana, apalagi atmosfer di sana tipis sekali, seperti menekan udara dan membuat mereka sesak napas, apalagi untuk Naruto, dia dibayangi cerita dari pengawas Nagato dan pengawas Konan. Oh ya, di mana mereka berdua? Pasti mereka selamat bersama ketiga temannya, ya, itu pasti! Naruto hanya bisa berfikir positif.

Blam!

       Tiba-tiba pintu tertutup dengan sendirinya, mengagetkan keduanya. Saat Naruto sibuk dengan pikirannya, samar-samar terdapat suara yang datang dari lantai bawah, mungkin di bawah rumah ini.

Krak!

Tak!

Jrash!

"A-apa itu? Ayolah Sasuke! Ini tidak lucu! Kita harus mencari teman kita!"

"Tidak, kita harus melihatnya."

"Lihat apa?"

       Bukannya menjawab, Sasuke menarik lagi Naruto supaya masuk lebih dalam, namun ...

Wush!

      Angin berhembus seperti memaksa mereka supaya tidak masuk lebih dalam, kursi di sebelah Naruto bergoyang semakin cepat, tirai-tirai terlepas dan terbang menampar mereka dan lantai yang mereka pijak tiba-tiba bergetar. Ini lebih brutal dari yang diceritakan pengawas Nagato dan Konan!

       Saat mereka berdua bertahan dan menekan rasa takut, tiba-tiba sebuah tangan keluar dari lantai dan memegang kaki Sasuke.

"Hoi-hoi! Apa ini?! Lepaskan!"

"Lepaskan dia!!!" Naruto menginjak-injak tangan itu hingga melepaskan kaki Sasuke, namun hanya sebentar saat tiba-tiba banyak sekali tangan keluar dari lantai itu dari berbagai penjuru. Dengan cepat mereka berdua melompat ke atas sofa yang rusak dan menghindari tangan-tangan yang kotor dan juga berkuku panjang.

           Getaran di lantai berhenti digantikan dengan ribuan tangan yang menggapai mencari korban. Saat keduanya menghindar dari tangan-tangan itu, tiba-tiba ada suara larian yang menuju tempat mereka dengan cepat.

"Aaaaaaaaa!!!" seorang gadis, mungkin salah satu pendaki yang selamat.

"Eh tunggu! Jangan ke sini!!!" teriak Sasuke dan Naruto, namun naas, gadis itu malah melompat dan jatuh ke tangan-tangan yang menembus lantai.

"Aaarrrggghhhh!!! Tolong!!! Arkh!" teriakan pilu dan permintaan tolong keluar dari gadis itu saat tubuhnya ditarik dari segala arah dengan tangan yang berbeda, merobek pakaian sampai kulit dan menembus organ tubuhnya, darah meluncur begitu saja, saking kuatnya sampai mengenai Naruto yang berdiri di sofa bersama Sasuke yang menatap horor.

          Setelah tubuh dari gadis itu terbagi dan digenggam dengan beberapa tangan yang muncul dari lantai itu, semua tangan menghilang seperti sudah menemukan atau puas? Dengan apa yang mereka dapat.

"Yang tadi itu ... apa?" Naruto masih membolakan matanya ketika melihat hal itu secara live di depan matanya.

Sambil turun dari sofa, Sasuke menelusuri tempat itu, siapa tahu ada jebakan lain.

"Ayo cari teman-teman kita, termasuk kedua pengawas kita." Sasuke menarik kembali Naruto ke sebuah lorong.

"Kenapa kau yakin kalau mereka ada di sini?"

"Karena ini." Sasuke menunjukan sebuah handphone milik Choji dan sebuah kunci mobil milik Shikamaru.

          Naruto tidak berbicara, dia hanya mengangguk dan mengikuti jalan Sasuke. Namun kini tantangan kembali datang, dengan tiba-tiba ribuan belah pedang keluar dari tembok kanan dan kiri tepat di belakang mereka seperti mengarah pada mereka berdua.

"Lari!!!!" dengan kata itu mereka berlari menghindar dari tusukan pedang yang muncul dari masing-masing sisi tembok lorong itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top