part 1
Di sebuah hutan yang sangat luas, banyak pohon-pohon tinggi dan sudah sangat tua, yang menyebabkan langka akan cahaya. Udara dingin yang akan menyelimutimu dari gerbang hutan sampai ke tengahnya, apalagi cahayanya yang minim itu menambah kesan seram pada sebuah rumah tua di tengah hutan tersebut.
Rumah tua yang lusuh dan sangat kotor. Terdapat banyak sekali lubang pada rumah itu, kayu-kayunya sudah rapuh dan berlumut, lantai yang akan kau pijak pun pasti berderit mengeluarkan suara yang memilukan. Kaca pada jendela pun sudah banyak yang pecah dan berserakan di lantai, pintu yang sudah rusak akan sebuah cakaran, entah itu karena binatang, atau karena sesuatu. Pondasi di rumah tersebut juga sudah tidak kuat untuk menahan bobot dari rumah itu.
Keadaan di luar rumah nampak seram, bagaimana dengan di dalamnya? Intinya rumah tersebut tidak layak untuk dihuni, dan memang terlihat tidak ada penghuninya. Tapi percayalah, ada sesuatu yang tinggal di dalam sana, tepatnya seseorang.
____
"Hey Kagiwa! Kau yakin akan melakukannya? Ru-rumah ini terlalu menyeramkan tau!" ucap seorang pemuda berkulit gelap dan lebih tinggi dari temannya.
"Oh ayolah , ini cuma sebentar! Jangan jadi cowok penakut!" jawab Kagiwa pada orang yang disebut Yoru.
"Tapi Kagiwa, sepertinya aku berubah pikiran." ucap seseorang di samping Yoru, melihat ke sebuah rumah.
Mereka ternyata berada di sebuah rumah di tengah hutan yang terkenal akan angkernya. Apalagi keadaannya malam hari.
"Kau kenapa Tora? Takut?" ada nada ejekan dari ucapan Kagiwa.
"Aku gak takut. Hanya saja, sebaiknya kau menyerah saja pada tantangan itu." ucap Tora dengan wajah yang sudah pucat.
"Betul! Lebih baik pulang dan dipermalukan di depan kelas karena takut, daripada masuk ke sana dan tak pernah kembali." tambah Yoru.
"Tenang saja, ini tidak akan lama. Kita cuma disuruh berfoto di dalam sana, dan ambil sesuatu sebagai bukti." jelas Kagiwa meyakinkan temannya.
"Kau yakin mau ke sana?" tanya kedua temannya.
"Yakin!" ucap Kagiwa pasti.
"Err ... O-ok?" jawab keduanya dengan gugup karena takut.
Mereka bertiga memasuki rumah tersebut dengan hati-hati. Berbekalkan senter yang terdapat pada masing-masing Handphone mereka.
Mereka mulai menginjakkan kaki mereka ke lantai rumah yang terbuat dari kayu. Bila dipikirkan, seluruh rumah ini kebanyakan terbuat dari kayu.
Criiiit ....
Suara berdecit dari kayu yang dipijak oleh mereka. Angin dingin tiba-tiba berhembus, menyentuh kulit mereka.
"Berr ... Auranya tidak menyenangkan." komentar dari Tora.
Mereka melanjutkannya meski lantai berdecit dengan seramnya, ditambah angin dingin yang menerpa kulit mereka, dan membuat pepohonan disekitarnya bergoyang dan menjatuhkan beberapa daun. Suasana yang sulit diartikan.
Ketika mereka sampai di depan pintu rumah tersebut, mereka melihat banyak cakaran di mana-mana. Apalagi mereka melihat sebuah cairan yang sudah mengering dipintu tersebut. Warnanya merah dan terkesan gelap dan sedikit bau busuk?
"A-apa itu?" tanya Tora dengan takutnya dan memegang bahu Kagiwa.
"Ja-jangan bilang kalau itu darah?" ucapan dari Yoru, sukses membuat kedua temannya gemetaran dan ketakutan.
"Astaga, semoga bukan. Kalau itu benar, berarti semua cairan yang lain juga ..." Kagiwa tidak melanjutkan ucapannya. Mereka bertiga melirik ke setiap inci depan rumah tersebut. Ternyata rumah itu memang dipenuhi dengan cairan yang mengering tersebut.
"A-ayo cepat selesaikan! A-aku tidak mau berlama-lama di sini!" ucap Tora dengan keras dan kedua tangan yang mengguncangkan bahu Kagiwa dengan gemetaran.
"A-aku tahu! Tapi lepas!" marah Kagiwa.
"Ehehehe ... Maaf." ucap Tora cengengesan.
"Ayo masuk!" ucap Yoru rendah dan segera membuka pintu tersebut meski dengan tangan yang gemetaran.
Krieeeett ....
Brak!
Tiba-tiba saja pintu yang dibuka Yoru mengeluarkan bunyi, dan tumbang ke arah dalam rumah. Yabes hanya melongo tak percaya sambil memegang knop pintunya yang copot.
"Y-ya ampun Ru, k-kau membuat pintunya roboh." ucap Tora gemetaran.
"Pa-padahal aku tidak ... Me-membukanya ... De-dengan kuat ko." Yoru membela dengan ucapannya yang gemetaran juga.
"Erm ... Se-sebaiknya kita lanjutkan." ucap Kagiwa dan beranjak memasuki rumah tersebut, diikuti kedua temannya.
Mereka berjalan ka dalam rumah tersebut, lalu memokuskan cahaya dari Hp mereka untuk melihatnya. Keadaan dalam rumah tersebut sangat gelap dengan aura yang mencekam, dan sangat kotor, terdapat banyak kotoran hewan dan tanah ataupun bongkahan kayu yang berserakan. Barang-barang yang sudah rusak pun bertebaran dengan keadaan yang terjungkal dan tidak terpakai. Seperti TV layar lebar yang pecah kacanya, beberapa tirai yang sobek pada jendela, sofa yang kehilangan beberapa busanya, kursi kayu di ujung ruangan yang sudah roboh, meja, hiasan-hiasan, dan lain-lain. Apalagi dinding ruangan itu juga ada beberapa yang roboh dan sudah berjamur, langit-langit pun ikut rusak dan banyak terdapat lubang di sana. Tidak ada yang bisa mendeskripsikannya, dengan melihatnya saja, kau pasti tidak akan tahan berada di sana.
"I-ini terlalu menyeramkan." ucap Yoru menelusuri setiap sudut.
"Kagiwa! Ayo pergi dari sini!" ajak Tora dan menarik temannya itu yang sedang memperhatikan beberapa pintu ruangan lain.
"Sabar lah! Kita pasti akan pergi dari sini ko!" geram Kagiwa kepada Tora yang penakut. Dan membuat Tora bungkam.
"Cepat selesaikan Wa, aku merasakan sesuatu yang aneh." ucap Yoru serius dan menatap intens kesekeliling.
"Baik! Cepat kita foto bersama, dan segera pergi dari sini." ucap Kagiwa. "Lalu, siapa yang mau memotretnya?" lanjutnya menatap kedua temannya.
Belum sempat kedua temannya menjawab, tiba-tiba angin dingin berhembus menerbangkan tirai-tirai. Suara berdecit dari kayu pun ikut menemani, dan aura di sana semakin mencekam.
"A-apa itu?" tanya Kagiwa.
Kedua temannya tidak menjawab, mereka hanya mematung melihat keadaan rumah itu. Lalu ...
Brak!
Duk!
Trak!
Prang!
Krit!
Srak!
Berbagai macam suara terdengar ditelinga ketiganya, apalagi tanpa disangka, ada sesuatu yang menerbangkan tirainya lagi. Mereka dibuat takut dan gemetaran.
Wush ....
Tirai-tirai itu berterbangan ditiup angin, atau setidaknya menurut mereka. Angin itu semakin kencang dan terlihat berputar di ruangan tersebut, dengan ketiga pemuda kita di tengahnya yang sudah berwajah pucat dan ketakutan. Mereka saling membelakangi ketika angin itu semakin kencang. Banyak dedaunan dan kain ataupun benda lain berterbangan karenanya, dan mengelilingi mereka. Mereka semakin tersudutkan ke tengah.
Disaat bersamaan dengan angin yang berputar mengelilingi mereka bagai tornado, tiba-tiba saja mereka melihat kelibatan. Kelibatan itu terbawa angin, atau mungkin kelibatan itulah yang menyebabkan semua itu.
Mereka bertiga mematung di tempat, ketika melihat sesuatu itu atau kelibatan itu berhenti di depan mereka, bersamaan dengan angin yang ikut berheti. Mereka tidak mengeluarkan suara atau pergerakan kecil, tangan mereka gemetaran, wajahnya yang sudah sangat pucat bagai mayat hidup, dan jangan lupakan mata mereka yang melongo dengan pupilnya yang mengecil, apalagi mulut mereka terbuka seperti menahan sesuatu.
Mereka melihat sesuatu itu di depan mereka. Terlihat seperti seorang perempuan berbaju putih kotor dan sobek, tidak memakai sandal ataupun sepatu, tubuh yang kotor dan kurus kering, rambutnya yang hitam panjang tak terurus. 'Dia' terlihat mengerikan dengan beberapa luka goresa di tangan dan kakinya yang terlihat masih berdarah, dan memenuhi setiap tubuhnya, apalagi tangannya terdapat kuku yang tajam berukuran sekitar 20 CM. Tapi, yang lebih menyeramkan adalah, wajahnya dipenuhi darah dari beberapa cakaran yang menghiasi, mata merah yang melotot, dan sebuah senyuman yang menyeramkan, lebih tepatnya menyeringai dengan gigi-giginya yang runcing.
"To-tolong aku ...." ucapnya dengan seram dan mencekam. Berjalan mendekati ketiganya dengan santai dan menyeringai, lalu mengangkat tangannya yang berkuku panjang dengan darah yang ikut menghiasi, berusaha menggapai ketiganya.
"Waaarrrggghhhh!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top