4. Great
"Aku beruntung karena bisa mengenalmu dari sisi yang lain."
-----
Seperti ada yang terlupa, Sheila memanggil Tania kembali sebelum gadis itu berlalu.
"Tania tunggu."
"Iya tante." Tania menghentikan langkahnya.
"Tante hampir aja lupa." Sheila meraih tangan Tania.
"Besok malam kamu ada acara gak?"
"Kayaknya gak ada deh, tan." jawab Tania
"Oh syukurlah. Tante kira kamu mau pergi malam minggu sama pacar kamu."
Vanya menyambar pembicaraan. "Ngapel dari mana? Tania kan jomblo. Masih belum move on dari gebetannya."
Vanya yang memang dasarnya selalu kepo dan bocor, membongkar rahasia Tania yang sudah ia tutup rapat-rapat.
"Vanya cantik. Mulut lemes banget, rem blong mbak?" Tania mendengus kesal.
Yang dicibir hanya tertawa sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V.
Tania bertanya kembali, "Memangnya kenapa tante?"
"Jadi besok malam itu anniversary perusahaan relasi bisnis papanya Aly, dan tante pikir kamu pasangan yang cocok buat Aly."
Tania shock mendengar penjelasan Sheila.
"Gimana Tania? Kamu gak keberatan kan?"
Tania termenung sejenak.
"I..iya tante." Ia meringis membayangkan bagaimana jadinya nanti. Pasalnya, ia dan Aly pun tidak pernah bisa damai jika berdekatan.
"Makasih ya, Tania. Tante awalnya bingung mau ajak siapa buat pasangan Aly, kamu tau sendiri kan kalo Aly gak pernah punya pacar? Ya setau tante dia belum pernah dekat dengan perempuan, apalagi sampai dibawa ke rumah."
"Iya tante." Tania menjawab dengan nada lemas.
"Cie sinyal camer nih." Vanya berbisik.
"Diem kutu rambut. Kepala gue mumet!"
Tania pamit dengan lesunya, ia membayangkan apa yang akan Terjadi, ia hanya berharap kalau waktu akan berjalan selambat mungkin.
*****
Tania memilih dress mana yang tampak layak dipakai ke acara formal. Beberapa dress sudah dicobanya dan ia nyaris menyerah, tak ada yang cocok.
Ia bukan tipe perempuan yang suka mengoleksi dress, karena ia lebih menyukai pakaian yan lebih santai, bahkan untuk bepergian sekalipun.
Dress terakhir, dress selutut berwarna merah maroon itu adalah hadiah dari Ibunya tahun lalu saat ulang tahunnya yang ke-17.
Ia pikir dress itulah yang paling tepat. Formal tapi terlihat sederhana dan elegan, dan cukup nyaman dikenakan.
Ia juga memakai high heels yang senada, warna hitam dengan aksen mawar kecil berwarna merah maroon.
Untuk rambut, ia juga tidak suka membuatnya macam-macam, bahkan sampai sekarang ia belum pernah mewarnai rambutnya. Warnanya dibiarkan sesuai aslinya, hitam legam.
Ia hanya sedikit mengcurly bagian bawah rambutnya agar terlihat lebih bervolume.
Yap, Tania akhirnya siap. Ia melihat pantulan tubuhnya di cermin.
Tak lupa ia membawa slingbag yang senada juga sebagai pelengkap.
"Duh cantiknya anak mama." Ranta, ibunya masuk dan duduk diatas tempat tidur Tania, sambil matanya tak lepas dari cermin yang memantulkan bayangan tubuh anaknya.
"Apasih mama ih. Malu tau."
"Ah biasanya juga kamu malu-maluin. Sok malu segala." Ratna menggoda.
"Tapi serius nih kamu cantik banget malam ini, Tan."
"Oh jadi biasanya Tania gak cantik, ma?" Tania pura-pura merajuk.
"Cantik tapi sekarang beda."
"Ah mama gombal aja. Mending antar Tania ke rumah tante Sheila yuk."
"Kok minta dianter? Cuma berapa langkah doang sayang."
"Malu, ma." Tania menarik tangan Ibunya.
"Kenapa malu ha? Kamu cantik gini malu."
"Nah itu dia ma, Tania gak pede. Biasanya gak suka gini."
Ditengah perdebatan Tania dan Ibunya, seseorang datang menghentikan percakapan mereka.
"Mama kebawah dulu ya sayang. Ada tamu."
"Iya iya." Tania menggerutu pelan.
"Nah, yang ditunggu akhirnya turun tuh nak Aly." Ratna menunjuk Tania yang sedang menuruni anak tangga.
"Cepat sayang, ini nak Aly udah jemput." Ratna antusias.
"Iya sabar, ma, ini jalannya ribet tau." Tania cukup kerepotan memakai high heels, ia terbiasa dengan flatshoes bahkan hanya bersendal jepit.
"Maafin Tania ya nak Aly, dia memang agak begitu."
"Iya tante gapapa kok." ujar Aly sambil tersenyum manis.
Aly yang biasanya jutek, cuek, dingin, tiba-tuba menjadi sangat ramah dan itu membuat Tania semakin yakin bahwa pendiam bukanlah sifat asli Aly.
Tania mendelik kesal saat ibunya menggodanya," kayak gimana, ma?"
"Tuh kamu liat sendiri kan? Barbar banget kan anak tante? Anak perempuan satu-satunya juga ya begitu lah." Ratna mengedikan bahu sambil tertawa ke arah anaknya.
Aly yang menyaksikan perdebatan ibu dan anak itu hanya tertawa tertahan.
"Wah! Kalian jodoh banget nih. Liat pakaian kalian kompak banget."
Tania melirik ke arah Aly, dan benar, Aly memakai setelan jas dengan kemeja merah maroon.
Kebetulan yang cukup membuat hati Tania tak karuan.
"Cie... Kompak nih. Janjian ya?" Ratna makin menjadi-jadi.
"Enggak ma, apaan sih."
Tania menarik lengan Aly cepat. Ia tak ingin berlama-lama, atau ibunya akan terus menggoda.
"Udah tarik-tarik aja kamu sayang. Jadi cewek agresif banget sih kamu. Gak sabaran." Ratna semakin gencar menggoda saat melihat anaknya gugup.
Tania rupanya masih kesal melihat Aly yang masih tertawa sejak dihadapan ibunya.
"Kenapa lo ketawa?"
"Lo lucu!" selangnya dibalik tawa. Dia masih terkikik geli.
"Gue gak lagi ngelawak." Tania melipat tangannya di dada dan berlalu meninggalkan Aly yang masih tertawa.
Akhirnya dia menyusul sambil tetap menertawakan Tania.
"Nyokap lo aja bilang lo barbar, apalagi orang lain."
"Diem kampret!"
"Oke sorry deh, yuk cepet, nyokap sama bokap gue udah nunggu tuh."
"Orang lo yang lama juga. Ini gue jalan duluan bege."
"Wah kalian serasi banget. Iya gak, pa?" tanya Sheila pada suaminya.
"Iya ma, mereka cocok ya."
Tania sudah menduga bahwa orangtua Aly juga akan berbicara demikian.
"Emm, ma, pa, kita jalan sekarang ya." syukurlah Aly memotong pembicaraan mereka yang unfaedah.
"Oh Iya. Kamu yang nyetir ya Ly." ujar Ardan pada anaknya.
"Dan kamu didepan ya, Tania." Sheila menimpali.
What the fuck!!! Tania memaki dalam hati.
"I.. Iya tante, om."
****
Tania takjub dengan pesta yang dihadirinya, pestanya benar-benar mewah. Ini adalah anniversary salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, dan membuka cabang dibeberapa negara juga.
Tania mengamati setiap sudut ruangan yang sudah mulai penuh dengan tamu-tamu yang pastinya mereka orang-orang penting. Relasi bisnis sang empunya perusahaan.
"Baiklah para tamu undangan yang terhormat, marilah kita sambut pemilik Dirgantara corp."
Tamu undangan bertepuk tangan menyambut sang pemilik yang berjalan ke atas panggung.
"Selamat malam, terimakasih kepada saudara-saudara yang sudah berkenan pada acara anniversary Dirgantara corp. yang ke 50 ...."
Tania berjalan ke tepi kolam renang, karena ia bukan tamu inti dan tak terlalu mengerti. Cukup membosankan juga jika harus menyimak pidatonya. Ia lebih memilih mencari tempat yang agak sepi.
"Tania..."
Yang dipanggil menoleh ke sumber suara.
"Iya." Tania menjawab singkat.
"Lo bener Tania? Oh thanks God gue gak salah orang." Lelaki itu tersenyum.
Tania hanya memandangnya heran. Ia sepertinya lupa, tetapi lelaki yang menyapanya itu seperti sudah mengenalnya lama.
Tania mencoba mengingat, dan sedikit melirik kearahnya. Tak terlalu asing, namun ia masih belum mengingatnya.
"Ah Tania, lo gak banyak berubah ya."
Tania masih tersenyum dan masih bingung.
"Lo lupa sama gue?" seperti mengerti, lelaki itu bertanya demikian.
Jangan bosen Vommentnya 😂 #SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top