p r o l o g
Selamat datang, selamat membaca, dan ... semoga suka💕
°°°
"Dioooong! Jangan kesana nanti dimalahin mamaaaa!"
"Engga pa-pa, Bia! Kita cali ikan disana!"
BYUUURRR!!
"DIOOOONN!!"
°°°
Bia terbangun dari mimpinya dengan napas terengah, ia bermimpi aneh lagi. Mimpi yang belakangan ini begitu menghantuinya. Gadis itu meraih ponselnya untuk melihat jam, sudah jam delapan pagi tetapi hari di luar masih gelap. Untungnya hari ini hari Minggu, artinya hari libur. Ketika laju jantungnya mulai normal setelah berdegup hebat akibat mimpi tadi, Bia berjalan menuju jendela untuk membuka gorden. Pantas saja hari ini masih gelap, rupanya diluar sedang mendung dan jalanan pun becek menandakan bahwa beberapa menit lalu hujan deras mengguyur ibukota.
Bia kembali berbaring di kasurnya tanpa menutup gorden, ingatannya akan mimpi tadi masih terbayang begitu jelas. Mimpi yang merupakan pengalaman buruk Bia di masa kecilnya, bersama bocah lelaki bernama Dion.
Saat itu mereka tengah piknik di Kebun Raya Bogor, ketika orang tua mereka lengah, Dion dan Bia bermain di dekat danau. Karena rasa penasaran yang tinggi, Dion mengajak Bia untuk melihat ikan di danau lebih dekat. Bocah laki-laki itu terlalu bersemangat, Dion kecil berlari tanpa melihat pijakan, sehingga dirinya tersandung oleh kakinya sendiri dan tercebur ke dalam danau dan nyaris tidak sadarkan diri. Padahal ketika itu, Bia kecil sudah memperingatkan Dion untuk tidak mendekati danau, tetapi dasar anak kecil yang suka bereksplorasi, Dion malah mengabaikan Bia.
Alhasil Bia dimarahi orang tuanya karena mengaku bahwa ia mengajak Dion bermain di tepi danau. Ya, Bia sengaja mengakui hal tersebut karena Bia kecil tidak mau Dion dimarahi.
"Bia, kan, sayang Dion," ujar Esmeranda.
"Gila lo, Ran." Bia menutup matanya sejenak. "Gue heran deh, udah jutaan tahun lalu Dion pergi dari hidup gue kenapa belakangan ini gue mimpiin dia mulu, ya?" sambung Bia yang menceritakan mimpi buruknya semalam kepada Esmeranda-Ran melalui sambungan telepon.
"Jutaan tahun? Lebay!" Ran terkekeh. "Bi, yang namanya mimpi itu kan berasal dari pikiran lo sendiri. Makanya deh, tiap malem tuh lo jangan mikirin si Dion mulu, cari pacar gih biar kalo malem tuh lo ngebayangin yang enak-enak sama pacar lo. Lagian, abang gue bukannya lo pacarin aja, sih! Hahaha!" Ran tertawa dengan geli.
Kali ini Bia mendengkus. "Gila, lo! Ngapain gue mikirin si Dion?"
"Ya terus? Kenapa lo mimpiin Dion?"
"Ya mana gue tau Esmerandaaaaa!!!!" geram Bia seraya bangkit dari posisinya, curhat pada Ran memang suatu kesalahan besar. Buktinya Bia malah naik darah di pagi hari yang dingin ini.
"Kalo lo aja gak tau, apalagi gue? Dah ya, Bi, gue mau jogging dulu! Baaaayy muach!"
Tuuut ... tuutt
"Kurang ajar!" desis Bia sambil membanting ponselnya ke kasur, disusul ia membanting dirinya sendiri ke atas kasur.
Memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih, pikiran Bia berkelana kepada sekitar lima tahun yang lalu. Dulu, ia, Ran, Dion, dan Andra adalah sahabat sejak kecil. Ran dan Andra adalah saudara kembar, mereka bertetangga dengan Dion dan juga Bia. Bia begitu dekat dengan Dion karena keduanya menganggap bahwa mereka adalah saudara kembar seperti Ran dan Andra.
Seiring berjalannya waktu mereka terus tumbuh dan berkembang, Bia mulai merasakan sesuatu yang lain pada Dion. Dion sendiri anak yang sangat jahil, dan Bia adalah korban keusilannya. Tetapi karena hal tersebut juga, Bia jatuh cinta pada Dion.
Ketika beranjak remaja, Bia tumbuh menjadi gadis yang kalem. Sementara Dion menjadi sosok yang sedikit barbar, atau memang barbar? Tiga kali berhadapan dengan guru BK karena melanggar peraturan dalam waktu sebulan bisa dikatakan barbar tidak?
Ya, begitulah Dion tumbuh menjadi anak yang sulit diatur.
Suatu hari, ketika mereka masih duduk di kelas enam SD, Dion mendapat buku diary Bia. Entah darimana cowok itu bisa mendapatkan barang privasi milik Bia. Dengan kurang ajarnya, Dion membacakan isi diary Bia di studio sekolah menggunakan speaker yang tersambung ke setiap ruangan. Artinya, semua warga sekolah dapat mendengan apa yang Dion ucapkan.
"... biarpun Dion jahil, Bia akan selalu sayang Dion. 7 September 2015."
Seisi sekolah riuh ketika suara Dion menggema melalui pengeras suara, kecuali Bia. Gadis itu merasakan malu semalu-malunya dalam hidup. Ia bersembunyi di toilet sampai hari sudah malam. Yang dilakukannya tidak lain adalah menangis. Dion sudah keterlaluan, karena hal tersebut Bia menjadi bahan bully satu sekolah. Setiap hari Bia hanya bisa menangis akibat menahan rasa malunya. Ia bahkan tidak mau menemui siapapun termasuk Ran dan Andra.
Untungnya, tak lama dari itu mereka fokus untuk ujian nasional, intensitas pertemuan antara Bia dan Dion sedikit berkurang karena mereka tidak satu kelas, sehingga ruang ujian keduanya terpisah jauh.
Sedangkan si kembar Ran dan Andra, mereka bingung harus bagaimana. Bia dan Dion adalah sahabat mereka, dan ketika keduanya bertengkar, mereka tak bisa mengambil sikap. Hanya berharap agar keduanya mau berbaikan lagi, meskipun rasanya tidak mungkin bagi Bia. Hei, yang dilakukan Dion sudah sangat melampaui batas!
Ketika lulus dari sekolah dasar, Dion berpindah domisili dari Jakarta ke Tangerang Selatan. Masih dekat sebetulnya dengan tempat tinggal Bia, tapi setidaknya hal itu membuat Bia lega. Akhirnya, ia dijauhkan dari Dion yang terkutuk.
"Dion sialan, bahkan ketika lo enyah dari hidup gue, masih aja ganggu! Argh!"
🌻🌻🌻
Holla! Terimakasih, ya, sudah sudi membaca cerita ini♥️ GBU🌹
Oh ya, cerita ini diikutsertakan dalam Proyek Menulis Eat (PME) jilid 3🎉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top