d u a p u l u h e m p a t
Dion mengarahkan Bia untuk pergi menuju salah satu mall di ibukota. Usai menutup percakapannya dengan Andra tadi, ia mampir sebentar ke konter pulsa untuk membeli paket internetnya yang mendadak habis. Dan, tepat setelah Bia selesai mengisi ulang kuota, Dion menyuruhnya demikian, katanya, Aisyah dan Andy hendak pergi kesana bersama putri bungsu Andy yang masih mengenyam pendidikan sekolah dasar.
Sudah hampir setengah jam Bia berkeliling mall, ia belum menemukan keberadaan Aisyah dan Andy. Dion juga belum muncul lagi di hadapannya. Tentu hal tersebut semakin membuat mood-nya memburuk. Percakapan dengan Andra dua jam yang lalu masih membuatnya geram sendiri.
Berkeliling di mall memang senang Bia lakukan, tapi, berkeliling sendirian sungguh adalah hal yang Bia benci. Lantas sekarang perasaannya sangat tidak nyaman sebab hal yang disukai sekaligus yang ia benci terjadi dalam waktu bersamaan.
Sabar, Bia. Ini tugas terakhir. Lo boleh cabut infusan Dion abis ini. Gadis itu bermonolog dalam hati, menyabarkan diri sendiri.
Langkahnya sesekali terhenti untuk bersandar di besi pembatas ujung lantai mall, namun matanya terus berburu, mencari keberadaan Aisyah juga Andy di mall yang cukup luas ini.
Kampret, Dion kampreeeet~ Bia bersenandung pelan.
Gadis itu kembali berjalan, dan menghentikan langkahnya di depan toko aksesoris. Boneka We Bare Bears menyedot seluruh atensi Bia, tulisan promo diskon 50% yang terpajang di samping rak boneka tersebut membuatnya tak berkedip. Perlahan gadis itu mendekat, koleksi official merchandise kartun We Bare Bears miliknya memang sudah banyak, namun, banner diskon yang terpajang seolah-olah memiliki pengaruh persuasif yang kuat kepada dirinya.
Tanpa pikir panjang, Bia melihat price tag boneka beruang kutub tersebut, lalu membayangkan deretan rumus menghitung persen di kepalanya. Tanpa kertas coretan, Bia menghitung dalam awang-awang, meski ia benci matematika namun jika urusan menghitung presentase diskon gadis itu mendadak jenius.
Selesai menghitung harga, Bia membuka tas selempangnya dan mengecek jumlah uang yang ia bawa. Masih ada lebih seratus ribu. Tanpa memikirkan faedah dari barang yang hendak dibelinya, Bia membulatkan tekadnya membeli boneka beruang kutub tersebut.
Seraya mendongakkan kepala, Bia menjulurkan tangannya untuk meraih boneka beruang kutub yang berwajah datar di rak boneka koleksi We Bare Bears. Saat yang bersamaan, boneka beruang bernama Ice Bear tersebut juga ditarik oleh seorang anak perempuan. Sontak, netra Bia memerangkap wajah gadis kecil di sampingnya.
Sang anak perempuan yang mendapat tatapan tajam dari Bia hanya memasang raut wajah memelas, seolah berkata: "jangan marahi aku." Dalam benaknya, sama sekali tidak terpikirkan Bia akan memarahi anak tersebut. Bia hanya bermaksud, agar anak itu melepaskan tangannya dari boneka yang hendak diambilnya.
"Aku … mau beli Ice Bear," cicit si anak perempuan.
"Tapi aku duluan yang ambil." Bia tak mau kalah, sebisa mungkin ia tidak bicara dengan nada tinggi. Netranya masih memerangkap anak perempuan tersebut, sedang, anak kecil yang rambutnya dikepang dua masih memasang tampang melasnya. Matanya berkilat menatap Bia, seolah-olah air mata hendak berkumpul di pelupuk matanya.
"Aku mau Ice Bear yang ini."
Spontan Bia menilik kembali rak boneka khusus We Bare Bears. Boneka tokoh Ice Bear yang berwajah datar itu tersisa satu, dan Bia tak sanggup merelakan official merchandise tersebut dibeli oleh orang lain. Tanpa melepaskan tangannya dari boneka tersebut, Bia mengedarkan pandangannya, hingga menemukan sang pramuniaga toko. "Mbak, Mbak!" panggilnya, sambil melambaikan tangan kanan, sedang tangan kirinya masih memegang boneka. Tentu, agar anak kecil di sebelahnya tidak mengambil boneka tersebut.
"Boneka ini masih ada lagi gak?" tanya Bia ketika pramuniaga tadi menghampirinya.
"Gak ada, Kak. Semua stok yang ready tinggal yang dipajang di rak aja."
Baik Bia, maupun gadis kecil disampingnya, sama-sama mendesah kecewa. Bia tak mau mengalah, sebab ia merasa yang pertama yang mendapatkannya. Anak perempuan di sampingnya justru malah menatap Bia penuh harap, dengan mata yang berkilat karena air matanya mulai berkumpul.
Sang pramuniaga seperti kebingungan, paham kalau dua konsumen di hadapannya sedang memperebutkan boneka Ice Bear.
"Aku mau Ice Bear," cicit gadis kecil itu lagi dengan suara yang bergetar.
"Tapi aku yang dapet ini duluan."
Sang gadis kecil melenguh, bahunya merosot lesu, bibirnya ditekuk kebawah melengkapi sorot matanya yang kecewa. Perlahan tangannya melepas boneka yang dipegangnya, saat ia berbalik, dua orang dewasa menyapanya. "Nisa, kamu ada disini? Dari tadi kita cariin."
Suara itu … bukankah milik Aisyah?
Kurang dari satu detik, sosok Aisyah tertangkap netranya. Bukan hanya Aisyah, melainkan juga pria bertubuh tegap—Andy—di samping Aisyah membuat misinya hari ini semakin mendekati kata 'berhasil.'
Tangan Bia yang semula menempel pada boneka Ice Bear kini terlepas, gadis itu kelewat semangat ketika bertemu dengan Aisyah. Ia menghampiri ibu yang melahirkan Dion tersebut, menyapanya dengan mencium tangan. Tak lupa, ia melakukan hal yang sama pada Andy.
Kalau begitu … anak perempuan yang memperebutkan boneka dengannya adalah putri bungsu Andy yang dimaksud Dion?
"Papa aku mau Ice Bear," rengek anak kecil itu pelan, pada Andy seraya memeluk boneka beruang kutub tadi.
Bia hanya menghela napas. Melihat senyum sumringah Andy dan kepala pria tersebut yang mengangguk, Bia pasrah harus mengalah. Merchandise yang diidamkannya harus dimiliki gadis kecil, karena misi absurd dari Dion.
Dion oh Dion. Cepet sadar, dong. Biar gue bisa tempeleng pale lo, batin Bia menggerutu.
"Bia sendirian aja?" tanya Aisyah ketika Andy dan putrinya pamit menuju kasir. Wanita berhijab cokelat susu itu melangkah sekali agar posisinya lebih dekat dengan Bia.
"Iya, Tante. Tadi janjian sama temen, tapi malah dibatalin, he-he," sahutnya bohong.
"Kirain sama Andra."
Deg!
Kenapa mendengar nama sang sahabat Bia mendadak menegang?
Tak mau terlihat canggung, Bia hanya tertawa hambar. Pandangan gadis itu kembali menjelajahi rak boneka We Bare Bears, ditatapnya dengan sedikit sendu rak yang kosong karena boneka idamannya sudah dimiliki gadis kecil Andy.
Boneka yang lain memang tak kalah lucu, namun, entah kenapa Bia sangat ingin boneka tadi. Ah, kenapa pula jiwa manjanya harus mengusik sekarang ini.
"Terus jadi keliling mal sendirian aja?" tanya Aisyah lagi, membuyarkan rasa kecewanya karena boneka.
"Iya ... gitulah, Tante." Bia terkekeh pelan.
"Ya ampun, kasian banget sendiri," Aisyah turut terkekeh, sedikit renyah. "Udah makan belum? Makan bareng, yuk, gabung sama Tante. Daripada sendiri, ya, kan?"
Raut wajah Bia menyiratkan bahwa dirinya tengah berpikir untuk mengambil keputusan, sejujurnya ia tidak lapar. Lebih tepatnya, tidak nyaman berada di tengah-tengah Aisyah dan Andy, apalagi ada putri kecil dari pria tersebut. Kalau soal makan … seperempat perut Bia mungkin masih bisa menampung tiga porsi nasi warteg lagi. Akhirnya, gadis itu mengangguk riang, bisikan "makan gratis" dari instingnya memperkuat alasan Bia untuk tidak menolak. Selain untuk menyelesaikan misi absurd dari Dion tentunya.
Aisyah mengukir senyum kala Bia menerima ajakannya, tak lama, sepasang ayah dan anak menghampiri keduanya. Senyum mereka merekah, apalagi sang gadis kecil yang memeluk boneka barunya. Meski Bia ikut tersenyum, hatinya menggerutu tak suka.
Awas aja, gue beli Ice Bear langsung dari kutub Utara! batin Bia.
"Mas, ini Bia temennya Dion. Ajak makan sekalian, ya?" ucap Aisyah pada pria di hadapannya.
"Oh, boleh, boleh. Langsung aja, Nisa pengen ke Yashinoya katanya."
Seperti yang dikatakan Andy, keempatnya lantas berjalan menuju restoran yang diidamkan Nisa. Sepanjang jalan Aisyah banyak mengobrol dengan Bia, sedang Andy berjalan lebih dulu sambil berpegang tangan dengan putrinya yang tak henti berbicara riang.
Bia merasa seperti … keluarga berencana.
Untuk menuju restoran yang dimaksud, mereka harus naik dari lantai dasar ke lantai delapan. Tentu, perjalanan ini menghabiskan waktu yang cukup lama.
Lumayan lama, dan menurut Bia sangat lama. Sebab, tak perlu effort apa-apa lagi, semua misi absurd dari Dion sudah selesai.
Bia juga mendapatkan bonus, fakta mengejutkan tentang sahabat masa kecilnya, yang kini terbaring koma selama hampir empat bulan.
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top