💧 08
Stephanie menutup mulutnya tak percaya ketika namanya dipanggil oleh dewan juri. Pak Sam mengajak gadis itu untuk menghadiri acara penutupan perlombaan sekalian mendengarkan juara dari banyak lomba yang digelar.
“Pak, itu ... aku yang menang?”
Pak Sam terkikik geli, reaksi anak didiknya yang terlihat berlebihan di mata publik, “Iya. Ayo, maju ke depan dan bawa pulang piala kebangaanmu.”
Stephanie berdiri dengan kaku, jujur saja dia masih tidak percaya ketika namanya dipanggil dengan lantang oleh mereka. Kedua tungkai kakinya masih terasa seperti jelly yang siap hancur kapanpun yang dia mau. Dia harus berjalan perlahan sambil melihat tribun penonton yang menatapnya dengan lekat seolah dia adalah barang yang belum pernah dilihat sebelumnya.
“Congratulation, Stephanie Hwang. This is the present for you.”
Stephanie menganga lebar ketika melihat hadiah yang dimenangkan olehnya. Lembaran uang yang diberikan secara tunai dan katanya mendapatkan tiket akomodasi gratis ke Genting Highlands yang Stephanie ingin pergi kalau ada waktu.
Mungkin sekarang saatnya.
Stephanie membungkukkan badannya sembilan puluh derajat setelah selesai dengan pemotretan kilat bersam dengan dewan juri dan MC yang ada di sana, tungkainya menginjak turun anak tangga untuk kembali ke area tribun.
“Pak, ini pialanya.” Kata Stephanie yang memberikan piala tersebut kepada guru pemimbing.
“Kamu saja yang simpan, Step. Itu punyamu.” Kata Pak Sam lagi.
Stephanie menggeleng, “Bapak simpan saja dulu. Besok akan aku ambil kembali. Aku mau jalan-jalan dulu, Pak. Mumpung masih bisa, aku besok baru balik ke hotel.”
“Mau kemana?”
“Genting.”
Pak Sama menahan napas ketika mendengar jawaban anak muridnya yang terkenal pintar itu. Dia tidak tahu kalau anak muridnya ini juga terkenal akan kenekatannya.
“Enggak.”
“Pak, kesempatan setahun sekali. Aku pengen pergi ke sana, tenang, enggak pakai taksi. Aku bakalan naik bus.”
“Kamu itu jangan mirip dengan kakakmu, siapa itu ... si Lian. Astaga, dia benar-benar buat Bapak kelimpungan. Bapak kira dengan kamu adalah seorang perempuan tidak akan nekat. Ternyata, satu pabrik sama saja. Untung si Dery itu tidak senekat kalian.”
Stephanie tersenyum geli saat mendengar ocehan Pak Sam. Kakak laki-lakinya yang pertama itu memang terlihat baik di sekolah, beda dengan dia dan Areliano yang persis nekatnya. Cuma, para guru belum tahu kalau Hendery pernah nekat ke luar negri seorang diri saat liburan semester tanpa izin dari Papa Mamanya.
Saat itu juga masih berusia belia, masih umur enam belas tahun.
“Iya, Pak. Aku pergi duluan, ya, Pak. Di sini bosan sampai malam, kan?”
Pak Sam menggeleng kepalanya perlahan, kalau tidak disetujui, gadis itu juga tetap bakalan pergi dengan caranya sendiri, “Hati-hati, kabari Bapak ketika kamu sampai. Bapak kalau ada kesempatan, Bapak bakalan nyusul dengan yang lain.”
Stephanie memekik kesenangan.
Me Time, here we go!
Senyum tidak bisa luntur dari wajah Stephanie yang telah diberikan bedak tipis dengan liptint cherry di bibirnya. Dengan erat, dia mengeratkan kembali jaketnya yang sedikit terbuka. Karena, berada di area pegunungan membuat gadis itu lebih merasa kedinginan lebih cepat.
Dengan tergesa-gesa, dia masuk ke dalam area lobby dari hotel ternama yang selalu dipenuhi oleh banyak insan. Hotel tersibuk yang pernah dia masuki.
“Brrr ... dingin.” Kata Stephanie sambil menggosokkan tangannya, berharap mendapatkan kehangatan dari sana.
“Enaknya kemana dulu, ya.” Stephanie bergumam sambil melihat ke sekitar. Tetapi, saat netra mendapati gerbang dibuka di sebelah hotel tersebut.
20th Century Fox Genting.
Stephanie langsung mengantri untuk mendapatkan tiket masuknya. Kalau sudah begini, dia akan menghabiskan waktu sampai malam nanti.
Semoga saja, Stephanie tidak akan kalap bermain di dalam sana.
Hello Stranger
Chapter 08 | Done
Haiiiii ^^
Aku bakalan update satu chapter lagi besok untuk bulan ini, ya ^^
Stay healthy.
See ya ^^
To Be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top