💧 04 | His Name

Stephanie melihat sekitarnya, matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan kamar hotel yang gelap. Bukan karena mati lampu, memang jam telah menunjuk ke angka dua dengan kondisi langit masih hitam.

Gadis Hwang itu terbangun di jam sepagi itu tanpa sebab. Salahkan dirinya yang tidur lebih cepat karena, telah kelelahan akibat seharian menjalani aktivitas padat. Sekarang, dia tidak bisa kembali tertidur.

Beruntung, dia bisa membawa nama sekolah sampai ke babak semi-final tadi sore. Setidaknya, kedatangannya tidak menjadi sia-sia belaka. Pak Sam sudah kegirangan saat namanya dengan Jihan diumumkan oleh para juri, bahkan guru muda itu membelikannya dan tim makan malam dengan uangnya sendiri. Bagaimana tidak, Stephanie dan timnya melawan seratus orang siswa yang turut berpartisipasi dalam lomba ini. Pihak sekolah juga mengatakan akan memberikan hadiah kepada mereka setelah pulang ke Indonesia nanti.

Stephanie memilih untuk langsung tidur ketika selesai mandi di jam delapan malam. Bahkan, tidak menjawab pertanyaan Naomi yang bingung dengan teman sekamarnya yang langsung bergelung di bawah selimut.

Dengan gerakan terhuyung, gadis itu memakai sandal hotel yang disediakan, matanya melihat lurus ke arah cermin dan merasa malu dengan pemampilannya yang cukup acak-acakan. Tangannya meraih karet dan mengikat rambutnya menjadi satu secara asal namun, terlihat sesuai dengan trend.

"Mau kemana?"

"Keluar jalan-jalan. Kenapa terba- eh?" Stephanie berbalik dan melihat ke arah kasur satunya lagi dekat dengan dinding, punyanya dekat dengan jendela kamar. Tidak ada alasan spesifik, Naomi hanya terlalu parno tidur dekat jendela.

Penghuni kasur itu masih memejamkan matanya, tidak ada tanda-tanda bahwa Naomi telah terbangun. Stephanie menggeleng kepalanya ketika tersadar dengan peristiwa tersebut, Naomi mengingau. Lalu, dengan gerakan menjinjit, gadis itu mengambil jaket dan keluar dari kamar hotel. Tidak lupa dengan card key kamarnya.

Stephanie berjalan di atas karpet koridor hotel yang sepi. Bisa dimaklumi, lagipula siapa yang ingin berjalan di jam sepagi ini kecuali Stephanie?

Gadis itu memilih memakai airpod yang dia bawa dan memutar lagu tenang untuk menemaninya selama perjalanan.

"Brrr ... dingin." Stephanie berjalan keluar dari koridor sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya sampai ke taman. Stephanie kurang tahu jam di sini, tapi, sepertinya, selama masih di dalam hotel, Pak Sam tidak akan marah, bukan?

Bruk!

"Eh? Ada orang, ya?" bisik Stephanie yang menghentikan kegiatannya, lalu mengendap-endap ke sebelah sisi taman.

Mata Stephanie yang tadinya cukup menyipit langsung terbuka lebar saat melihat siapa yang berada di taman tersebut.

Itu kan pria bandara!

Gadis itu tanpa sengaja membuat suara tercekat dan tampaknya berhasil menarik perhatian dari pria tersebut. Bibir Stephanie langsung membentukan lengkungan senyum kikuk untuk sekedar menyapa, dibalas oleh pria tersebut.

Itu saja cukup membuat Stephanie merasa melakukan parade.

Sial, kenapa rasanya seperti ketahuan selingkuh? Batin Stephanie lalu mendekat ke arah pria tersebut.

"Excuse me." Kata Stephanie sambil meremas jaketnya dengan erat. Rasa gugup menghampiri ketika dia berhasil melihat keseluruhan wajah pria bandara itu dari dekat. Bagaimana poni yang diturunkan menutupi jidat terlihat lebih soft daripada tadi pagi, mata hitam sipit yang menatapnya dengan tatapan bingung, hidung bangir yang tampak sempurna dengan bibir tipisnya.

Jangan lupakan piyama yang dipakai oleh pria bandara itu membuat lelaki itu tampak seperti model.

Berbeda dengannya yang tampak seperti anak-anak dengan piyama kebesaran hanya saja ditutupi oleh jaket yang dia pakai.

"Yes, what can I help you?"

Suaranya lembut banget, woi. Help! Aku enggak kuat. Kak Liannnnn, adekmu meleyot. Batin Stephanie saat mendengar suara pria bandara tersebut. Anggap saja gadis ini berlebihan, tetapi, suaranya memang lembut untuk didengar.

"Hey, Miss? You okay?" tanya pria bandara tersebut sambil menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Stephanie untuk memastikan gadis ini tidak apa-apa.

Stephanie langsung tersadar dari pikiran konyolnya, "Huh? Oh, yes, I'm fine. Can I sit here?"

"Sure, have a seat, Miss. You look familiar, have we ever met before?" tanya pria bandara tersebut.

Stephanie mengambil tempat di sebelah lelaki itu, karena, memang hanya itu bangku yang disinari lampu jalan taman tersebut. Gadis itu masih terlalu takut untuk berjalan lebih jauh di negara orang, "Yeah, like several times. We met at breakfast this morning."

Sungguh tidak mungkin, jika Stephanie mengatakan mereka bertemu di bandara. Padahal, itu hanya Stephanie yang menemukan pria tersebut.

Pria bandara itu membulatkan bibirnya, "Oh, yes. I remembered you, you sit nearly the window, don't you? Really nice to meet you."

"Yes, I am. Really nice to meet you here too. Can I know what your name is, sir?" tanya Stephanie memberanikan diri untuk lebih dekat dengan orang asing tersebut.

Hitung-hitung, mereka hanya berdua di sini. Stephanie juga kurang tahu alasan pria ini berada di sini sepagi ini.

"I am Kim Yugyeom."

Stephanie mengangguk, "From Korea?"

Pria bandara yang ternyata bernama Kim Yugyeom itu mengangguk, "Yes. South Korea."

Stephanie mengangguk lagi, pantas saja kulit wajah pria itu tampak lebih terawat. Stephanie cukup tahu dengan kebiasaan di Negri Ginseng yang dimana baik pria ataupun wanita sama-sama menjaga kulit mereka.

"How about you, Miss?" tanya Yugyeom balik.

"I am Stephanie Hwang from Indonesia."

Yugyeom tampak terkejut, "You live in a beautiful place. Many of my friends who travelled there, said Indonesia is a must-visited place."

Stephanie mengangguk, "Yes, sir."

"So, what are you doing right now? It isn't really good for a girl to go outside now."

Stephanie tersenyum lebar, "Just couldn't sleep after four hours and decide to have a walk in this noon. And, you, sir?"

"Insomnia." Kata Yugyeom singkat.

"Must be really hard for you to sleep. Have try to listen a song?" tanya Stephanie yang dibalas dengan anggukan dari Yugyeom.

"Try to counting lambs?"

Yugyeom mengangguk.

"Try to-"

"Hey, it's okay. I used for it. Don't you think this is time for you to go back to sleep?" potong Yugyeom yang membuat Stephanie kebingungan.

"Huh?"

Yugyeom tersenyum, "Listen carefully, there's someone who call your name like three minutes ago."

Stephanie terbelalak, langsung bangkit dari tempatnya, setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, gadis itu berucap, "I've to go. My coach really loud out here."

Yugyeom tersenyum lebar, tampak lebih menawan bagi Stephanie, "Alright. Let's meet again."

"Sure." Stephanie mengangguk dan berbalik menjauhi pria bandara itu.

Yugyeom melihat Stephanie yang tampaknya semakin menjauh namun, mengernyit ketika gadis itu berbalik ke arahnya.

"Your English is good. I like it, sir. Let's meet again, bye bye."

Yugyeom terkekeh kecil ketika mendengar teriakan Stephanie, dia mengangguk dan melambaikan tangannya.

Stephanie terikut terkekeh pelan dan berjalan masuk ke dalam hotel.

Jadi, pria bandara itu namanya Kim Yugyeom. Stephanie akan mengingat nama itu mulai sekarang.

Hello Stranger
Chapter 04 | His Name

Haiii, how are you?

Semuanya pasti berjalan dengan baik, kan? Kalau tidak, tidak apa-apa. Berusaha lagi, yuk.

See ya ^^

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top