why

Aku tidak pernah memahami konsep keluarga. Terkadang ketika mendengar kata 'keluarga' saja terasa sangat asing bagiku. Sejak kecil, wanita yang kupanggil "Ibu"-lah satu-satunya keluargaku. Aku tidak mengerti ketika melihat keluarga orang lain, mereka tidak hanya berduaㅡada yang tiga, empat, sampai belasan. Paman, bibi, kakek, nenek, apa itu?

Terlebih mereka tampak sangat bahagia. Aku, berdua dengan Ibu, lebih banyak suramnya. Dia memang mau merawatku, memberiku makan, mengorbankan waktunya, tetapi aku merasa masih ada perasaan Ibu yang tertahan. Seolah kebahagiaannya ada yang hilang. Seolah di dadanya ada lubang tak kasatmata melingkar di sana. Karena aku anak yang penurut, Ibu jarang memarahiku. Aku juga jarang sekali membuatnya kecewa.

Sampai aku beranjak remaja, kami tetap hidup begini-begini saja. Dan suatu hari, datang pria asing ke rumah kami.

Tadinya raut wajah Ibu tampak tertekan. Tangannya bergetar. Ia takut-takut melirikku, seolah tak tega, lalu menyuruhku masuk ke kamar. Mereka menghabiskan waktu berbincang berdua. Setelah selesai, Ibu masuk ke kamarku. Ia memelukku erat, matanya berkaca-kaca. Lirih, Ibu mengucapkan, "Ibu menyayangimu."

Ini pertama kalinya. Ini pertama kalinya Ibu mencurahkan kasih sayangnya secara terbuka kepadaku. Aku hanya terdiam. Rasa ingin membalas, namun tak tahu harus berujar apa.

Ibu menjelaskan bila pria asing itu adalah ayahku. Mulai sekarang aku akan tinggal bersamanya. Ibu berkata mau bagaimana lagi, semuanya agar aku bisa kuliah. Ibu tidak punya uang untuk membiayai pendidikan lebih tinggi lagi.

Aku tidak mengerti. Kenapa pula aku harus ikut dengannya? Sampai dibiayai pula. Seumur hidupku, aku tidak tahu kalau aku mempunyai ayah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top