The Brother

Kalau saja aku datang lebih cepat.

Ternyata peramal itu benar. Bukan hanya sekadar kebetulan, nyatanya penculikan ini terjadi secara rinci sesuai yang dikatakannya. Yah, aneh sih, mana ada peramal meramal memakai bunga kaca mawar biru. Terlihat seperti peramal bodong, 'kan?

Kalau saja aku lebih kuat.

Azarin berulang kali menyalahkan dirinya sendiri. Tentu saja ia tidak cuma berdiam diri. Justru sejak semalam, ia sudah mencari-cari informasi. Oh, adiknya yang malang. Azarin tidak bisa hidup tanpanya, satu-satunya keluarga yang tersisa.

Meski begitu, sang guru─Wist─melarang Azarin bertindak ceroboh.

"Bagaimana jika dia mati?! Disiksa?!"

"Kau harus tenang, Aza," tegur Wist. "Jangan biarkan musuh mengambil kewarasanmu."

"Tapi─"

"Dan kau harus ingat. Diselimuti perasaan secara berlebihan tidak akan membuatmu menang. Gunakan akalmu."

Sebagai gurunya, Wist menyadari Azarin itu sangat berbakat. Namun sebagaimana remaja pada umumnya, ia masih sangat labil dan rapuh dalam hal kontrol diri. Terutama persoalan dendam yang mudah sekali berkobar di hatinya, seolah-olah Azarin dirantai oleh dendam tersebut.

Setidaknya Wist merasa bertanggungjawab. Ia akan membantu Azarin menyelamatkan adiknya. []

a/n: setelah kemarin-kemarin lumayan panjang, kembali pendek lagi huahaha. IYA INI MELINJUR *nyerah bikin cerbung* *maap pembalasan dendam si aku*

Saya lagi ke luar kota, perjalanan jauh, bela-belain nulis DWC di jalan gradak-graduk dan hasilnya cringe. Besok kayaknya pendek lagi. Jadi, mau dibawain oleh-oleh apa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top