civilians
Saat aku membuka mata, puing-puing berserakan di mana-mana. Badanku terasa sakit untuk digerakkan, jadi aku hanya bisa menggerakkan kedua bola mataku. Langitnya berwarna jingga yang diselimuti awan abu, ada asap membara, serta bangunan-bangunan yang hancur.
Ini... di mana? Apa yang terjadi? Kepalaku terasa sakit bahkan untuk sekadar mengingat.
"Key!"
Samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku.
"Astaga, Key! Syukurlah..." Suara tersebut mulai terisak-isak. Aku berusaha menolehkan kepala ke sumber suara. Ada seorang perempuan berambut putih, pakaian kotor dan sobek, tengah merangkak mendekatiku...
"Niva?" panggilku parau. Penglihatanku agak kabur, aku berusaha memastikan sosok tersebut adalah Niva.
Dia tidak berbicara apa pun lagi dan hanya menangis. Niva nampak sangat terluka, kebingungan, dan tak berdaya. Aku... aku ingin memeluknya erat, berbisik semuanya akan baik-baik saja, tapi aku tidak bisa.
Aku baru ingat... kurasa, jika aku tidak salah. Saat ini situasi para pemimpin negara tengah memanas hingga memunculkan konflik. Tak lama deklarasi perang diluncurkan. Ah, nuklir ya? Menjatuhi nuklir kepada negara yang tidak memiliki nuklir? Entahlah... aku tidak terlalu mengerti. Warga sipil biasa memangnya bisa apa? Kenapa selalu kami yang menjadi korban terhadap keegoisan para penguasa?
Kami hanya ingin... bernapas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top