8. Puisi Untuk Nana

Pen buat part yang menguras air mata
Siapkan aja tisu ya gaess

Happy reading
.
.
.
.

💥Billal POV

Aku memandang foto ku dengan Nana yang sengaja ku ambil satu Minggu yang lalu sebelum meninggalnya Nana.

Aku masih ingat bagaimana Nana tersenyum manis saat itu, senyuman terakhir yang dia berikan untukku.

Ku buka kembali buku puisi yang sempat ku berikan pada Nana. Dan setelah meninggalnya Nana, buku itu di kembalikan oleh Tama padaku.

Sorot mata teduhmu membuatku merasakan ketenangan
Lantunan ayat suci yang selalu kau lantunkan membuat hatiku merasakan kedamaian
Senyuman manismu menjadi candu bagiku
Setiap hari ingin selalu ku lihat senyuman manismu
Yang mampu menggetarkan jiwa
Membuat hatiku slalu yakin untuk tetap berada di sisimu slalu

(Maafkan aku Bil, maaf aku tak bisa menerima perasaanmu untuk mengisi hatiku yang kosong)

K

u buka kembali halaman selanjutnya, aku masih ingat puisi yang ku buat ini adalah sehari sebelum aku menyerahkan buku ini ke Nana.

Inginku suatu hari nanti
Aku dengan lantang mengatakannya padamu untuk menjadi pendamping ku
Jadilah ibu Persitku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Jadilah kekasih halalku jadilah bidadari surgaku
Untuk terus menemani hari-hariku yang berat
Tanpamu aku merasa kosong
Ada sesuatu yang hilang dalam hatiku
Terimalah cintaku Na
Agar aku bisa terus mempertahankan dirimu untuk terus disisiku slalu
Tunggulah diriku untuk menjadi pantas bersanding denganmu

(Maaf Billal aku tak bisa, maaf)

Papa menepuk pundakku, memelukku dalam dekapan hangat seorang Ayah. Tanpa banyak bicara, Papa menepuk pelan punggung ku. Memberikan rasa nyaman untukku.

"Ikhlaskan nak, jangan terus kamu tangisi dia, kasihan dia nak"

Aku merasakan pelukan dari belakangku. Mama ada disana, ku peluk Mama dengan erat. Mama yang mengetahui bagaimana rasanya diriku menemani hari-hari Nana kala dia melakukan kemoterapi.

"Ayo nak, kita keluar kamar. Kita ke makam Nana"

Ajakan Mama membuatku mengangguk. Papa juga ada di sampingku, begitupun saudara-saudara ku yang lain. Mereka ada disini dan bergantian memelukku.

Menguatkan diriku untuk selalu tetap tegar dan terus maju untuk menghadapi masa depan yang sudah menungguku.

Mobil Papa sudah berhenti tepat di pemakaman umum tempat Nana di makamkan. Mama dan saudaraku yang lainnya ikut masuk menemaniku.

Ingatanku masih segar, tiga hari yang lalu Nana dimakamkan di sini. Tiga hari yang lalu aku menangisinya. Dan tiga hari yang lalu adalah masa terberat ku untuk berpisah dengannya.

Ku usap batu nisan bertuliskan Asmaul Husna bintin Ahmadiyah Habibi.

Ku pejamkan mataku untuk berdoa pada Tuhan, doaku untuk Nana agar dia berada di Surga Tuhan. Papa menepuk bahuku lalu berdiri diikuti yang lainnya.

"Mama dan yang lainnya tunggu kamu diluar, siapa tahu kamu butuh waktu untuk bercerita dengan Nana. Ingat dek, setelah ini kamu harus kembali ceria"

Lalu Mama bergandengan tangan dengan Papa mengikuti kedua saudaraku bersama pasangannya, menungguku di mobil.

"Na"

Ingin rasanya aku menangis kembali, ku usap air mataku sebelum dengan tidak tahu dirinya akan turun di pipiku.

"Aku kangen kamu. Kamu bauagia kan Na disana? Kamu udah ketemu Ibu kamu belum?. Oma ku juga ada disana Na, kalau kamu ketemu beliau, sampaikan salam ku pada beliau ya Na"

Bodoh Billal, jangan nangis. Tapi tetap saja aku menangis. Rasanya berat untukku menerima takdir Tuhan.

"Aku tahu Na. Maafkan aku yang tak bisa berhenti merindukan kamu. Tapi kamu harus tahu satu hal Na, kalau kamu tetap cinta pertamaku. Aku janji Na, aku akan lolos Akmil dan jadi tentara yang kuat seperti katamu Waktu itu. Aku juga ingin menjadi tentara seperti Papa dan Abangku. Seperti impianmu yang juga ingin bersanding dengan tentara"

Ku hela nafasku sejenak, melepaskan rasa sesak di dadaku. Memejamkan mataku untuk menghalau air mata ini.

"Na, aku akan berusaha tegar walau itu sulit. Tapi aku tetap akan berusaha Na. Aku pulang ya Na. Nanti kalau aku pesiar,aku akan datang untuk mengunjungi kamu di sini. Sampaikan salam ku untuk Tuhan ya Na, supaya jagain kamu disisi Tuhan"

"Aku pergi Na, jangan Kangen. Tapi aku yang kangen kamu"

Ku langkahkan kakiku menuju mobil Papa yang masih setia menungguku disana. Ku peluk Mama yang sudah merentangkan tangannya untuk ku.

"Billlal siap untuk masuk Akmil"

💥💥💥

Udah ya gaes dikit aja, bunda mau mewek jadinya. Maaf kalau kurang ngefeel ya gaess🏃

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top