7. Kenangan Indah Nana (KIN)

Tandai typo..
Jan lupa vote🌟
Bunda kasih foto dede emesh Billal

Gimanapun posenya, dede tetep tampan rupawan 😘
Siapkan tisu gaess

Happy reading
.
.
.
.

💥Billal POV

Ku lambaikan tanganku kala menemani Nana untuk kemoterapi dengan Mama. Aku menunggunya di depan kamar tempat dia menjalani kemo, dari balik kaca kamar itu aku bisa melihat wajah Nana yang tengah tersenyum kala berbicara dengan Nana dan memandangku bergantian dengan Mama.

Ini sekian kalinya aku menunggu Nana untuk melakukan kemoterapi. Awalnya dia menolak, tapi ku yakinkan dia agar aku bisa ikut menemaninya.

"Aku cuma pengen punya kenangan indah sama kamu Na, apapun itu. Anggap aja kenangan bersama sahabat"

"Billal"

"Sampai kapanpun aku tetap sayang kamu Na. Walaupun kamu anggap aku cuma sahabat, aku gak masalah itu"

Detik itu juga Nana mengijinkan aku mengikutinya melakukan kemoterapi. Kadang aku juga mengajak Nana untuk menemaniku dan teman se bandku untuk manggung di cafe dekat sekolah.

Lumayanlah, aku punya penghasilan sendiri walaupun tidak banyak. Yang penting aku udah usaha bagaimana beratnya mencari rezeki halal.

"Eh anak Papa"

Aku hanya memutar bola mata malas mendengar sindiran Mama yang selalu menyebutku anak Papa.

"Sana pulang gih, Nana pulang sama orang tuanya. Gak pake bantahan, atau perlu Mama teleponin Papa kamu biar kamu dijemput Papa?"

"Ah Mama nih"

Nana hanya tersenyum kecil melihatku berdebat kecil dengan Mama. Mama memandang gadis yang juga mengenakan seragam SMA memandang sekitar dengan sedikit khawatir. Aneh deh.

"Shae apa Sanee?"

Gadis itu menoleh ke Mama dan tersenyum, lalu menyalami Mama seperti sudah kenal baik dan kenal dekat.

"Shae tante, Sanee lagi di ruangan Daddy"

Mama tersenyum seperti biasanya, lalu gadis itu memandangku dan memandang Nana bergantian dan memandang Mamaku kembali.

Anak ini kenapa sih.

"Ini Billal anak tante yang paling kecil, dan ini teman sekolahnya, Nana"

Gadis itu seakan ragu untuk bersalaman dengan Nana. Gadis ini kenapa sih, salaman aja takut banget.

"S sh shae"

"Nana"

"Lo aneh deh"

"Billal" Mama memelototi ku. Aku hanya nyengir dan berlalu untuk mengantarkan Nana ke depan rumah sakit karena sudah dijemput Ayahnya.

Aku kembali ke lorong tempat Mama dan gadis tadi masih berdiri disana, berbicara dengan Mama mengenai Nana.

"Tante, tadi gadis itu sakit?" Mama hanya mengangguk. "Oh pantesan"

"Kenapa?"

"Entah Tante percaya atau enggak, yang pasti, saya melihat bayangan hitam yang mengikuti gadis itu dari belakang"

"Maksudnya?"

"Hmm.. gini Tante, kalau orang-orang sedang sehat atau sakit biasa, gak akan ada bayangan hitam yang mengikuti, tapi Shae lihat di belakang Nana ada dan orang itu"

Tunjuknya pada seorang kakek-kakek yang seumuran Opa sedang duduk di ruang tunggu, entah menunggu siapa. Lalu tak lama setelah itu si kakek memegangi dadanya dan datanglah beberapa suster dan Mama yang menghampirinya.

Ku ikuti saja Mama masuk membawa kakek itu ke dalam UGD. Memasangkan beberapa alat bantu di dadanya dan tak lupa selang oksigen sudah bertengger manis di hidungnya.

Tak lama setelah itu garis di monitor memunculkan garis lurus dan berbunyi nyaring sekali membuat Mama dan beberapa suster mencoba mengembalikan alat vitalnya kembali, namun sayangnya usaha Mama sia-sia. Kakek itu meninggal.

Ku pejamkan mataku sejenak untuk berdoa agar kakek itu berada di surgaNya.

Ku edarkan pandanganku untuk mencari keberadaan gadis tadi, dia bisa melihat yang kasat mata, apa dia seorang Indigo?.

Namun usahaku sia-sia, aku tidak menemukan gadis itu di rumah sakit ini. Entah dia sudah pulang atau bagaimana.

💥💥💥

Ku membuka sebuah buku yang dengan sengaja ku tulis Beberapa puisi terkhusus untuk Nana.

Sejak mengungkapkan perasaan ku ke Nana, aku mulai menjadi puitis, menulis puisi hanya untuk Nana, tapi tak berani ku tunjukkan padanya. Aku bertekad hari ini adalah hari kelulusan ku dengannya, aku akan memberikan buku ini nanti.

Ku ambil kunci motorku dan segera melajukannya menuju sekolah tempat ku menimba ilmu selama 3 tahun ini.

Ku lihat Nana bersama dengan Tama dan ketiga temanku yang lainnya. Mereka sedang mengobrol, entah apa itu.

Wajah Nana terlihat lebih pucat dari biasanya. Aku tiba-tiba kepikiran soal perkataan gadis itu kemarin, aku lupa namanya siapa, aku gak berani tanya ke Mama.

"Wooow calon perwira muda datang nih"

Rayyan yang berbicara, kayak dia nggak akan masuk akmil aja, dia sendiri juga di gembleng oleh Papanya agar tidak sampai mengecewakan.

Senasib. Itulah kata yang menggambarkan bagaimana keadaan ku dan Rayyan saat ini.

"Na, buat kamu"

Ku berikan buku itu ke Nana, keempat lelaki jones itu menggodaku tak kenal ampun. Bodo amat, amat aja gak bodo amat.

Nana membukanya lalu memandangku dan tersenyum. Lalu dia memasukkannya ke dalam ranselnya.

Suara Torabika bergema di seluruh sekolah ini, menyuruh kami kelas 12 untuk berkumpul di lapangan, dan wali kelas kami membagikan sebuah kertas. Ku buka kertas itu dan terus merapalkan doa dalam hati.

LULUS

Satu kata membuatku dan beberapa murid yang lainnya berlonjak kesenangan dan kemudian kami sujud syukur karena semuanya dinyatakan lulus.

Kami bersalaman dengan para guru dan tak lupa dengan Torabika yang masih ada aura permusuhan dengan Rayyan.

"Saya gak nyangka kalau anak bandel seperti kamu lulus dengan nilai yang bagus"

Halo Torabika kemana aje pak?

"Oh jelas dong pak. Billal"

Kataku jumawa, lalu menghampiri Nana yang akan segera pulang dengan Tama.

Aku nongkrong lebih dulu ke rumah Rayyan untuk menikmati masa-masa sebelum aku menjalani Akmil dan dinyatakan sebagai abdi negara seperti abang dan Papaku.

Ngomong-ngomong soal Abangku itu, dia lagi honeymoon di Jogja sama mbak Cinta. Ciye ciye sekali kan.

💥💥💥

Tama Calling...

"Yo bro?"

"Assalamualaikum Bil"

"Eh iya, waalaikumsalam, ada apa bro?"

"Nana meninggal Bil, ini lagi di rumah sakit"

Badanku yang semula lemas kini menjadi Kaku mendengar berita dari Tama.

Nana meninggal

Aku akan mendial nomor Mama, tapi Mama lebih dulu menghubungi ku. Ku geser tombol warna hijau disana.

"Assalamualaikum Ma?"

"Waalaikumsalam dek, minta anterin Papa gih jemput Mama di rumah sakit. Mama udah telepon papa kok"

"Ma--"

"Nana meninggal nak"

💥💥💥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top