3. Anak Papa (AP)

Siapa yang tanya Billal ini nurun siapa nakalnya cung tangan gaes🙋

Tandai typo
Jangan lupa vote⭐and komen🗨

Happy reading
.
.
.
.

Billal POV

Aku berjalan cepat saat melihat Nana menuju perpustakaan. Tidak heran jika Nana akan selalu menyambangi perpus, karena dia memang pintar dan rajin. Yang aneh cuma diriku aja, tiba-tiba masuk ke perpustakaan.

Semua mata memandang ku dengan tatapan aneh. Seorang Billal yang biang onar masuk ke perpustakaan. Terserah spekulasi kalian aja. Yang penting aku udah disini untuk Nana.

Ku lihat Nana menuju rak Paling belakang, di deretan buku kesehatan. Apa mungkin cita-cita dia menjadi dokter.

Ku dekati dia, ku memilih berdiri dibelakangnya. Dia seperti kesulitan mengambil buku di rak atas.


(Anggap si Bilbil sama Nana)

Ku dekati dia di jarak terdekat, tepatdi belakangnya, ku ambilkan buku itu, dan ku toleh dia yang berada di bawahku, dia terlihat tegang.

Aku mundur dan ku berikan buku itu padanya. Dia masih terlihat shock saat ku pegang tangannya dan memberikan buku di tangannya.

"Kalau gak bisa ambil, bilang aja Na. Gue ada buat lo yang butuh bantuan"

Nana memandangku sejenak lalu tersenyum manis kearah ku. Ya Tuhan, senyumannya mengalihkan duniaku.

"Terimakasih Bil"

Abang Meleleh nih dek

"Sama-sama Na"

"Duduk yuk Bil, kita baca buku bareng"

Demi?

Aku ini jarang belajar, apalagi pegang buku hanya untuk mengerjakan tugas, selanjutnya jarang sekali. Tapi kalian jangan meragukan nilai-nilai yang ku dapat, semuanya A+. Tanyakan pada Mama ku kalau tidak percaya.

Ku ikuti Nana duduk, ku ambil buku cinta Indonesia. Ku buka tapi pandangan ku tetap Nana.

"Kamu gak pernah belajar ya Bil?"

Aku hanya menggeleng, bertopang dagu untuk memandang gadis manis di depanku ini.

"Nilai kamu?"

"A+"

"Nyontek?"

Sorry Nana. Aku tidak pernah nyontek, yang ada mereka nyontek aku.

"Billal gak pernah nyontek"

Dia heran, lalu melanjutkan baca buku tentang kesehatan tubuh manusia. Aku lebih asyik memandangi gadis ini daripada buku di depanku yang kubiarkan terbuka.

"Na, jadi pacarku ya?"

Nana ternganga sedetik saat aku mengucapkan kalimat itu. Dia terkejut sekali.

Ku condongkan tubuhku agar lebih dekat dengannya, nada suaraku masih sama, tidak berteriak, karena ini di perpustakaan.

"Aku serius lho Na. Mau ya jadi pacarku"

Nana hanya diam, dia memandang ku dengan tatapan yang aneh. Entahlah aku tidak bisa menjelaskan bagaimana.

"Kasih aku waktu Bil"

"Tentu Na. Aku janji tidak akan menggangu Waktu belajar kamu Na, kalau kamu mau jadi pacarku"

Nana hanya mengangguk, lalu mengambil buku yang dia baca tadi ke petugas untuk dicatat.

"Aku pulang dulu Bil"

"Ayo tunggu di depan"

Ku berjalan beriringan bersamanya menuju gerbang sekolah yang masih ramai.

Ku berdiri di dekat Nana. Ku lihat dia memandang jam berwarna pink di tangan mungilnya, lalu tersenyum saat sebuah motor dengan seorang lelaki paruh baya berhenti di depan kami.

"Maaf ya, Ayah tadi mampir ke apotek dulu" Nana hanya mengangguk.

"Iya Yah. Bil, duluan ya"

"Iya hati-hati Na. Hati-hati Om"

"Terimakasih sudah menemani anak saya"

"Sama-sama Om"

Ku lihat motor itu sudah menghilang di belokan, aku mendadak kangen dengan senyuman Nana yang manis tadi saat di perpustakaan.

Tin

Aku kaget dan memandang tajam si pelaku yang berdiri dengan senyuman kearah ku. Siapa lagi kalau bukan Mama.

"Gak usah dilihatin sampai segitunya cewek manis itu. Ayo masuk sekarang"

Ku ikuti masuk ke mobil, disana ada kak Rena dengan Kia di pangkuannya yang tertidur, dan Papa dengan PDH miliknya duduk manis di depan kemudi.

"Mau kemana?"

"Rumah Nenek"

Ku diam dan ikut memejamkan mata seperti Kia. Membayangkan senyuman manis Nana yang membuat hatiku berdegup.

Ku buka mataku saat mobil Papa berhenti di sebuah rumah minimalis bercat biru khas seorang AL.

"Nenek assalamualaikum" teriakku saat memasuki rumah itu.

Nenek hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu memeluk ku dan menepuk punggung ku.

Kakek datang dan mengacak rambut ku, lalu duduk di sofa dan mengambil alih gendongan si Kia yang baru saja terbangun.

"Jadi, kamu masih bikin ulah di sekolah?" Tanya Kakek dengan tegas padaku.

"Siap. Iya"

Kakek hanya geleng-geleng kepala, lalu kembali membuat Kia tertawa terbahak saat Kakek mencium pipi gembul Kia dengan dagunya yang ditumbuhi jambang.

"Bikin pusing kepala"

Jleb

Miris sekali kelakuanku. Aku membuat Papaku pusing kepala dengan keonaran ku di sekolah.

"Persis seperti kamu Sa"

Nenek duduk membawa sepiring kue bersama Mama dan Kak Rena yang membawa minuman untuk pelengkap kue.

"Apa Bu?"

"Gak usah pura-pura lupa kamu Sa. Kamu dulu juga sama bikin pusing kepala Ibu dan Ayah, setiap Minggu gak pernah absen ngasih surat dari guru, supaya Ayah datang ke sekolah"

"Jadi sifat Kak Arsa nurun ke Billal ya Bu?" Tanya Mama.

"Iya Le, cuma wajah Billal ini mirip kamu, tapi kelakuan mirip Arsa, biang onar di sekolahnya"

"Anakmu itu Pa"

"Aku anak Papa, abang tuh anak Mama"

"Bener tuh Bil, Melvi itu cuma mirip Papa kamu, tapi sifatnya persis Mama kamu, kalem dan gak bikin onar di sekolah"

Terjawab sudah Pa. Aku nyengir di depan Papa yang memandang ku tajam. Aku bersembunyi di pelukan Nenek saat Papa melayangkan tatapan tajam itu tiada henti.

"Jangan lihatin kembaran kamu seperti itu Sa. Nikmatin aja dan rasakan apa yang Ayah rasakan dulu"

Mama tertawa lebar mengabaikan wajah Papa yang cemberut dibuatnya.

"Mulai sekarang, kak Arsa yang urus sekolah Billal" dan diakhiri dengan tepukan manis di bahu Papa yang terdapat bintang empat disana.

☀☀☀

Aku hanya duduk di depan Nana dan mengerjakan PR matematika yang diberikan guru tadi siang.

Aku malas kalau harus mengerjakan di rumah, karena Papa sudah mendeklarasikan akan mengawasi semuanya. Karena lulus sekolah aku harus masuk Akmil.

"Belajar apa Bil?"

Nana bertanya padaku saat aku berkutat dengan rumus matematika yang bikin puyeng sampai ke kaki.

"Ngerjain PR matematika Na"

"Perlu bantuan?"

"Gak perlu makasih. Kalau kamu kasih jawaban pernyataan ku, tunggu sebentar lagi"

"Oke"

Aku kembali berkutat dengan rumus ini. Rasanya seperti aku dan rumus ini berada di ring tinju dan kami sedang melakukan adu jotos.

"Selesai"

"Wah Bil, kamu cerdas sekali, kenapa gak masuk IPA 1 sih?"

Aku menggedikkan bahu tanda acuh. Mana ku tahu Na.

"Jadi?"

"Maaf Bil, aku tidak boleh untuk pacaran, kita jadi sahabat aja ya"

Dia memajukan jari kelingkingnya seakan mengajakku untuk pinky promise. Ku tautkan jari kelingking ku.

"Sahabat Na"

Krekk

Bunyinya kurang lebih seperti itu jika kalian berada dekat denganku saat ini. Patah jadi duaaaaaa

☀☀☀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top