25. Sedih Atau Bahagia? (SAB)

Biar gak Kacang-kacang mulu😂😂
Tandai typo...

Happy Reading
.
.
.
.

🌞 Shaeenette Pov

Hari ini Billal ngajakin aku ke Villa yang dulu pernah di buat honeymoon kak Rena. Tempatnya asri banget dan hawanya sejuk.

Billal membawa koper kami masuk ke kamar utama. Aku masuk mengikuti Billal yang sedang duduk di tapi kasur.

"Mau jalan gak?". Tanyanya padaku.  Aku mengangguk setuju. Yes jalan.

Dia menggandengku keluar Villa, kami berjalan menuju kebun teh yang tak jauh dari Villa yang kami sewa.

"Bil--". Billal membungkam bibirku dengan ibu jarinya.  Dia maju dan menunduk.

Cup

Aku mengerjap pelan saat Billal sudah berdiri tegap dan memandang sekitar kami.    Lalu dia tersenyum manis kearahku,  mengusap bibirku yang tadi dia cium sekilas.

Aseemmm jantungku kelonjotan.

Rasanya hawa panas menghampiri diriku.  Padahal disini lagi sejuk-sejuknya, tapi kenapa cuma karena Billal cium bibir Ku jadi seperti ini efeknya.

"Tetap manis. Balik yuk". Ajaknya.  "Rasanya panas kalau disini lama-lama".

"Kan hawanya sejuk Bil".

Cup

"Panggil Billal lagi Aku cium kamu terus, gak peduli ada orang atau enggak".

"Terus panggil apa dong?". Jawabku kesal. Cerewet banget sih panggilan doang.

"Sayang". Aku menggeleng cepat.  "Terus mau panggil apa?. Jangan Abang ya, gak mau aku".

Apaan dong. Aku memperhatikan sekitar Ku melihat ibu-ibu yang lalu lalang dengan membawa keranjang berisikan daun teh yang baru di petik.

"Punten A'".

Good

"Aa' Billal". Spontan dariku.

Tapi apa yang Ku sangka. Billal membungkam Ku dengan ciuman panjangnya. Membuatku melayang dengan cara ciumannya yang selalu membuat jantung Ku berdebar hebat.

"Ayo pulang sayang. Aku panas". Lhoooooo

"Kan sejuk".  Dia menggeleng dan terus menggandengku untuk kembali ke Villa.

Billal mempercepat langkahnya ke Villa yang kurang dari 100 meter saja. Kek anak kecil yang ditunggu ibunya.

"Capek Aa". Tanpa banyak kata Billal menggendong Ku ala bridal style dan berlari.

Aku mengeram takut. Ku eratkan pelukanku ke lehernya agar tidak jatuh, sedangkan dia malah tertawa terbahak-bahak melihat ketakutan Ku.

Dia menurunkan Ku di kasur dan kemudian mengungkungku dalam tangannya.

"Ciuman sama kamu aja udah bikin aku panas, tuntasin yuk".

"Apa?". Tanyaku polos.

"Khilafin kamu lagi kayak semalam".

Aku membulatkan mataku saat dia dengan entengnya ngomong seperti itu. Belum sempat aku mencoba menghindar,  dia sudah menindihku dan melumat bibirku,  mencoba memancing gairahku.

"Aku pengen punya anak kembar Laki-laki".  Bisiknya di telinga Ku dengan nada serak.

Anak?

Kembar?

🌞🌞🌞

Billal mengajakku langsung pindah ke rumah dinas miliknya setelah kami pulang honeymoon tiga hari lalu.

Billal memelukku dari belakang dan mengusap perut datarku. Menciumi seluruh wajahku dan leherku.

"Aku harap mereka sudah ada segera".

Segitu inginnya kah dia untuk menjadi seorang Ayah. Aku bahkan belum berpikir sampai sana. Aku hanya menjalani hidup Ku sesantai mungkin.

"Sayang". Aku membalikkan badan Ku menghadap dirinya. "Lusa,  aku berangkat ke Suriah sampai waktu yang ditentukan".

Suriah?

Negara rawan konflik.

Tidak.

Ku Peluk erat dirinya dan menangis di pelukannya.  Inikah maksud dia yang ingin segera punya anak.

"Haiy sayang,  jangan nangis,  aku sayang kamu". Ucapannya sambil mengusap pipiku.

Tangis Ku kembali pecah saat dia terus mengucapkan kata cinta padaku. Aku tak mampu berbicara apapun lagi,  ini diluar ekspektasi Ku selama ini.

"Kalau cinta, harusnya gak tinggalin aku". Kataku sesenggukan.

"Maafkan aku Shae sayang".  Billal memelukku erat. "Aku harap mereka benar-benar ada disini".  Ucapannya sekali lagi.

"Ya udah,kamu buat mereka ada di sini secepatnya".

"Akan aku buat kamu gak bisa jalan seharian ini".  Billal menangkup wajahku yang sembab. "Aku kurung kamu seharian dikamar".

"Kalau itu yang bisa buat mereka hadir segera, gak papa". Tantangku.

Billal lalu mengangkat tubuhku dan membungkam Ku dengan ciuman panjangnya.  Membuat kami sejajar, Ku tangkup wajahnya agar ciuman ini tak terlepas.

Billal membawaku menuju kamar utama, membawaku tanpa melepas ciuman kami. Dengan Hati-hati, Billal membaringkan diriku dan mengungkungku kembali.


Andaikan waktu ini bisa berhenti,  aku gak akan pernah lepasin kamu buat pergi kesana Bil. Sayangnya aku hanya bisa menunggu kamu disini nantinya.

Tuhan, aku mohon,  jaga Billal selalu, dan semoga Engkau hadirkan mereka di perutku secepatnya.

🌞🌞🌞

Melepaskan Billal pergi bukan keinginan Ku sepenuhnya. Walaupun semalaman aku berusaha tegar,  tapi air mata ini tetap mengalir juga.

Aku nggak bisa berpura-pura tegar di depan Billal selama ini. Aku tetap menangis walaupun sudah Ku tahan.

"Haiy sayang, aku berdoa pada Allah, saat aku pulang nanti, kamu akan menjemput Ku dengan perut buncitmu".

Aku semakin memeluknya erat, aku menahan tangisanku agar tidak keluar,  aku tak ingin Billal sedih. Aku mengangguk di Dadanya.

"Aku bakalan kangen kamu A". Billal tersenyum dan mengecup kening Ku.

"Aku juga". Ucapannya.  "Jaga diri kamu sayang. Selamanya aku cinta kamu".

"Aku juga cinta kamu A". Dia tersenyum saat aku mengucapkan kata cinta di depannya.

"Aku senang kamu ungkapkan cinta ke aku". Aku tersenyum tegar, dan mencium bibirnya sekilas.  "Aku pergi ya". Aku mengangguk.

Billal masuk ke pesawat bersama dengan para pasukan garuda yang lain. Mama Lea mengusap punggung Ku dan tersenyum.

"Sabar". Aku mengangguk dan Mama Lea memeluk Ku.

🌞🌞🌞

Ldr itu gak enak. Kalau ada lagu yang bilang Long Distance is killing Me, itu benar sekali.

Bayangin aja, kita cuma bisa bertelepon ria dalam 5 menit selama dua hari. Dan setelahnya Billal akan susah buat di hubungi.

Seperti sekarang ini. Ini sudah dua hari dia gak bisa dihubungi.  Aku khawatir beneran. Aku takut dia kenapa-napa.

Aku yang semula sibuk dengan hapeku untuk menghubungi Billal lagi harus terhenti kala melihat mobil bang Melvi berhenti di depan rumah ini.

Mama Lea, kak Cinta,  bang Melvi dan Papa Arsa turun dari sana. Ku salami mereka satu persatu. Mama Lea memeluk Ku erat. Ini ada apa.

"Shae". Aku menoleh saat Papa Arsa memanggilku.  "Billal menolong anak kecil yang akan terkena tembakan,  tapi-- tiba-tiba ada bom,  dan Kami kehilangan jejak Billal disana, kami gak menemukan Billal".

"Enggak mungkin Pa.. Hiks... Gak mungkin itu...  Hiks". Mama Lea memelukku bersama kak Cinta.  "Billal.. Hiks..".

"Yang tabah dek". Kak Cinta membelai kepala Ku.

"Enggak mungkin Billal ninggalin aku kan kak. Dia janji sama aku buat pulang kok.. Hiks".

Bruk

"Shae". Teriak mereka bersama.  Aku mendengar suara Mama Lea, tapi badan sungguh lemas. 

"Ayo bang bantu bawa ke rumah sakit".

Kegelapan lebih dulu menyerangku.

🌞🌞🌞

Aku terbangun saat Ku dengar suara Mama Lea dan Papa Arsa berdebat kecil.  Tapi rasanya mataku lengket sekali dibuka.

"Aku mohon sama kamu Pa, cari anak kita sampai ketemu. Aku gak ingin cucu-cucu kita sedih".

Cucu-cucu apa?.

"Iya Ma iya-- Shae?".

Mama dan Papa mendekat kearah Ku. Mama Lea membelai kepala Ku dan tersenyum.

Ceklek

Pintu ruangan ini terbuka, menampilkan tante Rania dan Mommy. Mommy memelukku dan mengecup kening Ku. Rasanya dejavu.

"Selamat ya Shae,  kamu hamil". Tante Rania tersenyum kearah Ku. "Mereka berusia 2 minggu".

Tuhan, Kau berikan kabar sedih untukku,  lalu Kau berikan kabar bahagia untukku juga dengan hadirnya mereka. Aku harus bagaimana Tuhan?.

🌞🌞🌞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top