23. Pengajuan Bikin Kaku (PBK)
Maafkan Bunda yang susah update story Billal, Bunda sibuk dengan dunia nyata gaes...
Tandai typo..
Happy Reading
.
.
.
.
.
Shaeenette Pov
Aku duduk mengawasi Mommy yang sibuk dengan urusan penataan ruang tahu bersama dengan Aunty Marcella. Aunty bahkan rela terbang ke sini untuk melihat siapa yang bisa menaklukan hatiku yang beku.
Daddy dan Uncle Steven sendiri juga sibuk dengan kursi dan sebagainya. Ku lihat Granny sangat senang ngobrol dengan Eyang di ruang tengah.
"Woiy ngelamun, ikutan yok". Sanee mengajakku untuk keluar rumah dan melihat seseorang yang sudah sejak lama tak ingin Ku temui.
"Kak Gusti". Aku memeluknya erat.
Lelaki yang berwajah mirip dengan mantan tunangan Ku itu kini terlihat kembali. Bukan hanya aku saja yang terpuruk saat kematian kak Genta, tapi kak Gusti yang merupakan adiknya saja juga ikut terpuruk. Bahkan dia menghilang dan enggan untuk bertemu denganku lagi.
"Haiy Princess maaf ya lama tak bersua". Aku mengangguk berkali-kali, lalu aku dan Sanee menariknya agar ikut masuk ke rumah.
"Mommmm". Aku dan Sanee berteriak saat masuk ke dalam dengan membawa serta kak Gusti. "Look".
"Gusti? Astaga nak". Pekik Mommy girang.
Kak Gusti menyalami Mommy, Daddy dan keluarga Ku yang lainnya. Bahkan kami sudah menganggap kak Genta dan kak Gusti sebagai bagian dari keluarga kami.
"Mana Orang tua kamu?". Tanya Granny saat kak Gusti menyalami beliau.
"Bunda dan Ayah lagi di perjalanan ke sini, katanya mau lihat sendiri anak cantiknya di lamar orang".
Perkataan kak Gusti mengingatkan Ku saat kak Genta melamarku. Itu berhasil membuatku sedih. Aku memilih menuju halaman belakang dan duduk di gazebo. Sanee duduk dan membawakan Ku minuman dingin.
"Maaf". Aku menoleh tiba-tiba saat Sanee mengucapkan maaf. "Maaf udah buat lo jauh dari Billal bahkan Mommy dan Daddy".
Aku terkekeh dan memeluk lehernya. Bagaimana pun aku sangat berterima kasih padanya. Kakak Ku ini sangat bisa diandalkan.
"Gimana ceritanya lo bisa bawa kak Gusti ke sini?". Tanyaku penasaran.
"Sebenarnya, Gue dan kak Gusti sering kirim email dan cerita tentang kehidupan masing-masing. Trus Gue bilang kalau lo mau dilamar si Doreng". Aku mengangguk. "Jadi dia sempatin balik ke sini sama Kedua orang tuanya".
Sanee menepuk punggung Ku lembut, aku dan dia jarang sekali berbicara seperti ini berdua saja. Dulu pernah saat aku masih menjadi tunangan kak Genta. Tapi setelah kak Genta meninggal, aku menutup diriku. Menjauh dari orang-orang yang menyayangiku.
"Gue seneng lo sama Billal, setidaknya hati lo mulai menghangat kembali, lo mulai balik lagi ke sifat lo yang dulu. Sebelum kak Genta meninggal".
Aku tersenyum getir jika mengingat bagaimana rasa Cinta Ku yang harus kandang saat mendengar kabar kak Genta meninggal. Meninggalkan aku selamanya.
Rasanya dunia Ku runtuh saat itu. Kak Genta datang membawa cinta dan kebahagian Ku, mengajarkan aku bagaimana bahagia walaupun sama-sama merasa sepi di rumah. Bagaimana membuatku tersenyum dengan caranya yang sederhana.
"Gue kangen kak Genta". Sanee memeluk Ku, mengusap punggung Ku lembut. Ku rasakan usapan lembut di kepala Ku.
"Abang udah tenang disana, jangan buat dia sedih karena hari bahagia mu sebentar lagi". Aku mengangguk saat kak Gusti membelai kepala Ku kembali.
Bunda dan Ayah kak Gusti datang, mereka memelukku bergantian. Bahkan Bunda Isana menangis saat melihat wajahku.
"Bunda senang kamu kembali ceria seperti ini. Bunda senang banget kamu mau menerima lamaran Pria lain".
Aku masih ingat bagaimana setelah kematian kak Genta, Bunda meminta kak Gusti untuk menikahiku setelah aku lulus kuliah. Tapi aku dengan histerisnya menolak rencana itu. Aku tidak mau hidup dalam bayang-bayang kak Genta dalam diri kak Gusti. Karena mereka berdua itu beda.
Malam hari tiba, rombongan keluarga Billal datang. Billal terlihat tampan dengan kemeja balik yang melekat pas di tubuhnya. Jadi salfok sama Dadanya yang sender able banget.
Ketiga keponakannya berlari menuju aku yang baru saja duduk bersama Sanee. Ketiganya memandangku dan Sanee bergantian.
"Milip ya kak. Cantik". Celetuk lelaki kecil tampan itu. Dia pasti anak bang Melvi, menurut cerita Billal.
"Aku nanti kalau sudah besar mau cantik kayak kakak ini". Dan yang paling besar Diantara mereka pasti Kia, anak kak Rena.
Aku dan Sanee cekikikan melihat ketiga bocah yang lucu ini. Billal mendekat dan berdiri di belakang ketiga bocah itu.
"Kalian mau ngapain?". Ketiga bocah itu memandang Billal dengan tatapan polosnya.
"Om Bilbil, aku nanti kalau sudah besar pengen cantik sama kayak kakak ini". Tunjuknya pada ku. Billal mengerutkan keningnya bingung.
"Aku juga sama". Celetuk si cantik kembarannya bocah lelaki tadi.
"Om Bilbil, emang bisa tahu mana yang aunty Shae?". Tanya bocah lelaki tadi.
Ah ide bagus itu.
"Betul itu. Kalau kamu bisa bedain mereka dan menemukan Shae, Kamu bisa percepat pernikahan kalian". Aku dan Sanee melotot pada Daddy.
Billal menggaruk pelipisnya yang tak gagal, mengamati wajah kami bergantian. Billal berjongkok di depan kami. Memegang tanganku dan tangan Sanee, lalu tersenyum.
Duh Tuhan, pegang tangan aja udah buat jantungku kelonjotan gini. Gimana yang lain. Tanganku mendadak dingin, selalu seperti ini saat Billal genggam tangan Ku. Billal tersenyum dan menarikku berdiri, memeluk pinggang Ku.
"Ini Shae Ku. Aku udah hafal bagaimana tangannya akan mendadak dingin jika aku genggam". Penjelasannya membuat pipiku merona.
"Kamu benar, Silahkan pasangkan cincinnya". Kata Daddy kembali. "Dan setelah kamu pengajuan, kamu bisa menikahinya secepatnya".
Daddyyyyyyyyyyyy
☀☀☀
Ku amati beberapa lembar datang diri Billal yang harus Ku hafal. Dan untungnya kak Cinta dan kak Rena membantuku.
Auto lier abdi.
Kak Cinta membawakanku seragam persit yang belum ada lencana, bahkan merapikan rambutku dan riasanku agar terlihat sederhana.
"Ya Ampun, aku kayak dandanin boneka tau gak. Cantik banget sih kamu". Kak Cinta mencubit pipiku.
"Iya gemas jadinya. Sampai Kia merengek pengen wajah cantiknya seperti kamu nanti kalau sudah besar". Aku tertawa bersama kak Cinta.
"Ehem. Udah ya ibu-ibu, calon istri Ku mau Ku bawa sekarang". Suara Billal mengintrupsi.
Memang sekarang ini, aku berada di rumah dinas Kak Melvi. Rumahnya terlihat nyaman dan asri. Pengen deh besok aku buat seperti ini.
"Ganggu aja. Besok kita masak ya Shae". Aku mengangguk. "Ajarin kita berdua masakan western".
"Mau bakar rumah dinas Abang heh?". Kak Melvi tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Ayo sayang".
Aku diajak Billal ke kantor untuk mengetes apa yang sudah Ku ingat tadi. Dan hasilnya lumayan, ada yang tidak Ku ingat saat itu bertepatan dengan nomor induk Prajurit. Puyeng aing.
Tak Ku hiraukan tatapan mereka yang beraneka ragam saat memandang Ku. Bodo amat.
Aku cantik mau apa? Iri? Silahkan.
Billal mengajakku bertemu dengan Danyon ke rumahnya. Disana ada beberapa orang yang aku pastikan wadanyon juga.
"Cantik ya calon istri om Billal". Aku tersenyum.
"Iya mbak. Wajahnya blasteran lho. Ada turunan bule?". Aku mengangguk.
"Ijin ibu. Mommy saya keturunan Australia". Mereka beroh ria.
"Betah ya sama om Billal, dia kan Galak, garang lagi".
Ku pandang wajah Billal yang memang terlihat Galak, tapi jika sama aku cuma manja. Bohong dong.
"Dia pribadi yang hangat bu. Mau bagaimana pun Mas Billal, saya sudah jatuh cinta sama dia. Dia dengan sabarnya ngadepin gimana labilnya saya selama ini".
"Udah klop ini mah. Buruan nikah jangan lama-lama".
"Siap".
Billal berbisik di telinga Ku saat kami baru saja keluar dari rumah Danyon ini.
"Nikah bulan depan ya".
Aku menatapnya horor. Ini lebih horor dari setan yang berkeliaran di sekeliling rumah ini.
☀☀☀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top