11. Arwah Penasaran (Ap)
Tandai typo
Pengen buat yang creppy
Happy Reading
.
.
.
.
🌞Shaeenette Pov
Perancis
Itu yang Ku teriakkan saat aku menapakan kakiku di negeri ini. Hapeku mati sejak aku berada di sini. Aunty Marcella melambaikan tangannya saat aku tiba di terminal kedatangan. Aku memeluknya, Aunty Marcella yang selalu mendukung mimpiku.
Aunty mengajakku ke mobilnya yang berwarna coklat, disana sudah ada Uncle Steven yang sedang duduk manis dan sibuk dengan tablet miliknya.
"bonjour belle nièce". Sapanya dengan logat kental Perancis.
Memang Aunty Marcella menikah dengan Uncle Steven dan tinggal di Negara ini sudah lama sejak aunty lulus kuliah disini. Aunty menjadi head chef di restoran miliki keluarga Uncle Steven.
Aunty mengajakku agar cepat naik dan mengunjungi restoran milik Uncle Steven.
Negara paling romantis ini membuatku iri. Bagaimana tidak, setiap orang yang berjalan selalu dengan pasangannya. Selama ini yang menjadi pasanganku bahkan nggak ada. Lebih tepatnya mereka takut.
Sewaktu aku SMA, para cowok memang ada yang mendekati ku, tapi entah kenapa selalu saja si hantu toilet itu selalu lewat dan ingin menggoda para cowok-cowok.
"Jangan, dia gak salah".
"Shae? Lo ngomong sama siapa?". Aku hanya menggigit bibir bawahku. "Disini cuma ada gue dan elo".
"Itu di belakang lo ada hantu. Gue bisa lihat mereka". Cicitku.
"Lo nakutin". Dan setelah itu mereka pergi, dan memperingatkan sesama temannya.
"Belle"
"Hah?"
"Eh cantik kenapa ngelamun? Masalah Mommy kamu benar?". Aku mengangguk membenarkan apa yang Aunty Marcella katakan.
Aku kembali memperhatikan pemandangan di luar jendela yang menampilkan menara Eiffel. Aku tersenyum, aku teringat akan mimpiku beberapa tahun lalu, ingin belajar masak di tempat yang ada menara Eiffel nya. Dan sekarang aku disini.
"Aunty, aku ingin ke sana". Tunjukku kearah Menara Eiffel.
"All right Belle". Uncle Steven melajukan mobilnya menuju tempat parkir Menara Eiffel.
Dapat ku lihat bagaimana indahnya menara Eiffel disini. Bangunan yang kokoh yang selalu menarik para wisatawan untuk mendekat.
"Aunty, aku ingin berkeliling sendiri, boleh?". Aunty dan Uncle mengangguk, lalu ku kalungkan kamera DSLR kesayanganku itu. Saatnya hunting foto.
Sangat puas.
Aku kembali ke tempat Aunty dan Uncle yang duduk berdua dan terlihat sangat romantis. Mereka bermesraan layaknya masih pacaran.
Jepret
"Heiy". Aku tertawa dan menunjukkan foto mereka. Mereka berdua tertawa.
"Saatnya mengunjungi restoran. Dan kita akan mengantarkan kamu ke asrama Le Cordon Bleu".
Ternyata restoran keluarga milik Uncle Steven tidak terlalu jauh dari Menara Eiffel. Aku bisa melihatnya dengan jelas disini.
Aku juga diijinkan untuk masuk ke dapurnya dan berkenalan dengan para chef disana. Mereka membuat beberapa hidangan yang menggugah selera ku.
Aku juga secara langsung melihat bagaimana Aunty Marcella ahli sekali dalam memasak.
"Belle, try it". aku mengangguk dan mencicipi langsung masakan para chef disini. Rasanya luar biasa.
"Delicious". Mereka bertepuk tangan dan berkenalan denganku.
Ada seorang pria yang menarik perhatian ku, dia berdiri tak jauh dari tempat ku duduk, memandangku dengan tangan bersidekap dada.
🌞🌞🌞
Asrama Le cordon Bleu membuatku ingin berteriak histeris. Aku sudah sampai disini. Aku sudah dekat dengan impianku.
Aku di tempat kan di kamar paling ujung. Aku melihat mereka yang tembus pandang berkeliaran di koridor, tapi wajahnya tidak terlalu menakutkan. Beda dengan mereka yang ada di sekolah bahkan di rumah sakit tempat Mommy bekerja. Mengerikan.
Aku sendiri di kamar ini, karena temanku yang seharusnya sama-sama menghuni kamar ini mengundurkan diri. Biarkan saja.
Kamar yang nyaman walaupun tak banyak hiasan dinding seperti kamarku di rumah Granny.
Aku butuh istirahat untuk melewati hari esok. Hari pertama aku masuk kelas.
🌞🌞🌞
Mommy Calling...
Mau tak mau aku harus menjawabnya. Ini sudah bulan pertama aku disini. Bagaimanapun aku juga kangen Mommy dan Daddy. Aku juga tidak pamit mereka.
"Halo Mom". Ku dengar Mommy menangis di ujung sana, rasanya hatiku sakit mendengar suara isakan tangis Mommy.
"Maafin Mommy. Maafin Mommy. Harusnya memang Mommy gak pernah maksa kamu untuk mengikuti jejak Mommy".
"Shae, lo baik-baik aja kan disana, kenapa baru sekarang kami bisa hubungi kamu".
"Sorry Sanee, tapi aku juga baru nyalain hapeku. Mana Mommy".
"Shae sayang". Suara tangisan Mommy kembali terdengar. "Kamu dimana sekarang nak?".
"Kalau aku kasih tahu Mommy, apa Mommy akan jemput paksa aku disini?".
"Enggak sayang, enggak. Mommy nggak akan jemput paksa kamu nak".
"Aku di Perancis Mom".
" Jaga diri kamu sayang disana. Jangan sampai kamu terlibat pergaulan bebas sayang. Mommy gak mau kamu menyesal nantinya".
"Yes Mom. Daddy marah sama Shae?".
"Heiy Princess Daddy yang mandiri. Maafin Daddy ya princess, Daddy harusnya sadar bagaimana kamu selalu melakukan ide gilamu jika Daddy paksa".
Aku tertawa mendengarnya, tentu saja aku tertawa jika mengingatnya. Bagaimana tidak, dulu Daddy dengan segala kuasanya menyuruhku untuk bersekolah di SMA yang berhubungan dengan kesehatan. Dan aku kabur ke rumah Granny dengan uang tabungan ku sendiri, dan sekarang adalah kabur kedua ku yang sangat jauh.
"Kamu tahu Princess, kamu sangat-sangat mandiri. Kamu mengingatkan Daddy saat Daddy muda dulu. Dan saat kamu kabur, Daddy yang selalu disalahkan oleh Eyang kamu. Kamu itu kesayangannya Eyang princess".
"Kan ada Sanee".
"Bukan. Gue beda dengan elo. Elo itu terlalu pemberani dan nekat. Gue mah ogah banget".
"SHAEEEEE"
"Bye Sanee".
Aku berlari saat melihat teman perempuan ku memanggilku dengan suara yang menggelegar. Hari memang sudah sore. Aku harus segera masuk ke Asrama.
Aku melihat yang tembus pandang itu memegang pot dan melemparkannya kearah lelaki yang sedang berdiri di dekat mobilnya. Tapi sayangnya lelaki itu langsung masuk mobil dan selamat dari wanita tembus pandang itu. Ngeri banget.
Aku Berlari sekuat tenaga untuk segera masuk ke asrama yang nyaman dan aman dari wanita tembus pandang itu.
🌞🌞🌞
Ini sudah ke tiga kalinya aku mendengar suara itu di sini. Hari sabtu seperti ini bebas untuk kami para penghuni Asrama keluar masuk tanpa dibatasi jam malam.
Aku duduk di dekat taman dan tak lupa ku bawa buku diary milikku. Aku bahkan mendengar suara tangisan seseorang yang membuat bulu kuduk ku berdiri.
Ku beranikan langkahku untuk mendekat, suara itu menuju sebuah air mancur yang memang ada disana. Aku mendekat dan aku bisa melihat jelas wanita tembus pandang yang beberapa hari lalu melempar pot, sedang menangis di sana.
"Sorry, are you okay?". Aku menelan ludahku kasar. Bego Shae, kenapa harus kamu dekati dia.
"Who are you? You look at me?". Dengan begonya aku mengangguk. Dia terbang mendekat, wanita cantik yang terlihat menakutkan dengan tatapannya. "Who are you?".
"I'm student. Last time, i don't deliberate you. You throw man in there". Dan suaranya menakutkan.
Dia kembali memandang ku dengan tatapan yang mengerikan, dia mendekat dan aku mulai melangkah mundur karena takut.
"Please don't hurting me". Aku menggeleng berkali-kali kala dia sudah memegang pot itu dengan seringaian yang mengerikan.
Tawanya sungguh menakutkan. Aku menoleh ke kanan dan kiri tapi tak ku lihat ada siapapun yang mendekat. Aku mundur kembali saat wanita itu melayang kearahku.
Jebyurrrr
Tawanya mengerikan. Aku meraup wajahku karena terjatuh ke dalam kolam air mancur yang besar ini.
"SHAEEEE". Teriakan temanku yang bernama Stella itu membuat perhatianku teralihkan kearahnya.
Wushh wanita itu menghilang. Stella membantuku keluar dari kolam air mancur ini.
Aku menggigil kedinginan. Stella memberikan jaketnya yang tebal padaku. Lalu mengajakku masuk asrama.
Dia menceritakan tentang wanita tembus pandang yang bernama Grace. Dia meninggal tertabrak mobil saat putus cinta dengan pacarnya. Grace sekolah disini, dia meninggal saat akan memergoki pacarnya yang sedang selingkuh di mobil. Tapi naas, dia tertabrak mobil yang melintas dengan kencang dari arah lain. Dan sampai sekarang dia menjadi arwah penasaran.
🌞🌞🌞
Belum creepy ya gaes😭
Niatnya mau yang creepy gitu, malah jadi crispy😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top