Ch 5; Regrets

Sebenarnya kemarin niat mau bikin next chapter jadi PDF aja biar yang gak komen dan siders gak baca. Tapi kok ribet dan males, ya? Ya udah aku update biasa aja. Tapi aku berharap jangan pada siders, dong. Komen juga jangan Cuma vote ^^ Namun, kalau beneran gak ada yang komen, next mau aku bikin PDF aja ya... 

Tuh kan saya misuh-misuh nggak jelas. btw chapter ini aku tulis 10 September 2018. Jadi, kalau ada yang mirip dengan cerita ini di fandom BJYX, saya nggak plagiat. Cerita ini sudah ada 2 tahun yang lalu. Makasih!

Enjoy!

.

.

.

Haikuan mengintip apa yang sedang Xiao Zhan lakukan di kamar tamu apartemennya. Maksudnya, Xiao Zhan yang sedang menidurkan anak balita itu. Haikuan sedikit menaikkan sebelah alisnya karena Xiao Zhan terlihat sudah sangat terbiasa dengan kegiatan itu.

Mengetahui ada yang memperhatikannya, Xiao Zhan mendudukkan dirinya dengan masih menepuk-nepuk halus pantat anaknya. Sampai balita itu sudah tidur terlelap, Xiao Zhan beranjak dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

"Aku –"

" –ssst!" Xiao Zhan segera menghentikan ucapan Haikuan dan menutup pintu kamar. Pemuda manis itu berjalan ke sofa ruang tengah dan mendudukkan dirinya yang terlihat kelelahan.

"Aku tidak tahu kamu dan dia mengadopsi anak."

"Aku memang hanya memberitahu pada keluargaku saja."

Haikuan terlihat tertarik mendengar cerita sahabatnya iu. Pria jangkung itu mendudukkan dirinya tepat di sebelah Xiao Zhan.

"Adik ipar, cepat jelaskan perihal ponakan baruku ini."

Dengan lirikan sadisnya, Xiao Zhan mendengkus sebal, "jangan panggil aku seperti itu! Sudah kubilang 'kan?"

"Yah...mau gimana lagi? Kamu 'kan memang 'istri'nya adik sepupuku. Si Wang berengsek itu –"

"Tidak sopan mengatai adik sepupu sendiri seperti itu!" Tapi jujur, Xiao Zhan saat ini juga ingin mengatai suaminya dengan kata yang Haikuan ucapkan tadi.

"Bagaimana tidak berengsek? Dia merebut cowok yang aku taksir. Langsung dinikahin pula. Kan aku patah hati. Adik macam apa yang tega menusuk kakak sepupunya dari belakang?"

Xiao Zhan tidak menanggapi ocehan Haikuan itu.Ya, benar. Haikuan memang dulu mengejar-ngejarnya. Haikuan adalah seniornya dulu di universitas. Mereka dipertemukan pada sebuah proyek pentas di mana saat itu dijadikan panitia di divisi acara.

Jadi, Haikuan memang meneruskan pendidikannya ke universitas setelah berhasil masuk sebagai polisi. Agar pangkatnya mudah naik, uang gajinya ia sisihkan untuk berkuliah untuk mendapatkan gelar Strata-1. Di sana lah ia bertemu dengan cinta pertamanya –Xiao Zhan.

Pria jangkung itu memang sangat ceplas-ceplos dan tanpa basa-basi langsung menyatakan cinta padanya. Tapi sayangnya dirinya hanya menganggap Haikuan sebagai sahabat, sedangkan ia juga telah tertambat hatinya pada sosok pegawai kantor di mana tempat ia magang. Paling parahnya lagi, ternyata pria yang ia cintai adalah adik sepupu dari Haikuan –anak dari bibinya. Dunia memang sempit.

"Jadi...kenapa kamu bisa minggat begini?"

Pemuda 27 tahun itu menghela napas gusar. Ia menunduk dan mengusap wajahnya dengan frustrasi.

"Entahlah. Adikmu itu membuatku pusing akhir-akhir ini."

"Ceraikan saja –"

Xiao Zhan segera mendongak dan menoleh pada Haikuan yang tersenyum licik.

"−lalu kamu menikah denganku. Aku bisa jadi ayah yang baik untuk Juan. Tidak seperti Wang Yibo."

"Kamu jangan memperparah keadaan. Aku benar-benar pusing saat ini." Xiao Zhan memain-mainkan jarinya dan menerawang lurus dengan pandangan kosong, "Juan masih sangat kecil.Dia sedari tadi bertanya, kenapa kita meninggalkan ayahnya di rumah sendirian, kenapa dia ada di sini. Setiap pertanyaan yang Juan lontarkan, membuatku ingin menangis saja."

Haikuan menatap mantan juniornya itu dengan pandangan iba. Kedua mata bulatnya sudah berkaca-kaca. Kini dia sangat penasaran, apa yang dilakukan adik sepupunya hingga pemuda yang dulu pernah ia cintai ini menjadi kacau. Setahu dia, Yibo bukanlah tipe yang akan menyakiti Xiao Zhan. Maka dari itulah dulu Haikuan rela melepaskan pemuda manis ini untuk sang sepupu.

"Kamu boleh cerita padaku jika itu bisa meringankan beban pikiranmu."

Xiao Zhan menoleh dan memandang Haikuan. Kini wajahnya telah memerah dan siap untuk meledak dalam tangisan, tapiia tahan dengan sekuat tenaga.

"Adikmu bersikap kasar pada Juan."

Kalimat pertama sukses membuat Haikuan heran. Masa sih Yibo kasar dengan anak kecil? Juan 'kan anaknya.

"Kasar bagaimana?"

"Kemarin dia mengunci Juan di kamar hanya masalah sepele di sekolah Juan." Jeda sejenak, Xiao Zhan mengambil napas agar tidak menangis, "harusnya dia sabar. Juan 'kan masih kecil. Tapi dia terus-terusan menghukum Juan jika ada kesalahan."

"Mungkin dia khilaf."

"Khilaf? Bukan sekali ini saja dia bersikap kasar pada Juan, Haikuan. Sudah berkali-kali!"

Haikuan diam, ia bingung mau merespon apa kali ini.

"Dia bilang kalau semua yang ia lakukan untuk mendisiplinkan Juan. Aku tahu, Juan juga anaknya, tapi jangan seenaknya seperti itu, bukan?"

Sepertinya ada yang salah dari ucapan Xiao Zhan tadi. Ini pasti kesalahpahaman.

Haikuan ingat. Jarak umurnya dengan Yibo hanya beda 2 tahun saja. Ia sangat tahu dulu Yibo memang selalu didisiplinkan oleh kakek mereka –karena ayah Yibo sudah meninggal sejak dia kecil, jadi figure ayah digantikan oleh sang kakek.

Dulu, Yibo memang selalu dihukum jika melakukan kesalahan. Entah itu di kurung di kamarnya, di kamar mandi. Bahkan saat sudah menginjak remaja, adik sepupunya itu pernah dikurung di gudang selama 2 malam.

Tidak hanya Yibo, dirinya pun pernah didisiplinkan ketika masih SMP, dulu dirinya dihukum untuk berdiri di halaman belakang ketika musim dingin hanya karena ia menjewer adiknya hingga menangis. Salahkan kakeknya yang adalah pensiunan Jendral, sehingga cara mendidik anak dan cucunya yang lelaki juga dengan cara kemiliteran.

Mungkin Yibo menuruni sifat kakeknya yang keras, hingga cara mendidik Juan hampir sama dengan mendiang kakeknya.

"Err...mungkin Yibo ingin menjadikan Juan lelaki tangguh." Ucap Haikuan ragu-ragu. Meskipun ada sedikit tidak suka dengan Yibo, tapi tetap mereka adalah saudara.

"Tangguh apanya? Itu akan menjadikan trauma yang membekas padanya. Apa kamu tidak pernah baca itu di internet?!"

"Aku 'kan belum punya anak. Masa baca artikel tentang psikologi anak?"

Niat hati ingin bercanda, dia malah mendapat tatapan mematikan dari Xiao Zhan.

"Kamu juga sama, ya, kayak adikmu. Tidak memikirkan perasaan!"

Yah...mau bagaimana lagi? Haikuan itu seorang polisi divisi kriminal.Masa harus selalu memakai hati. Nanti pembunuh bisa lepas, dong, kalau dia merasa kasihan pada keluarga si pembunuh yang kadang memelas.

Akhirnya Haikuan berdiri dan menepuk bahu Xiao Zhan pelan, "sudahlah. Sana istirahat dulu. Kamu capek, kan?"

Xiao Zhan diam dan memandang ke depan dengan tatapan kosong.

"Yibo mungkin tidak bermaksud buruk. Dia hanya ingin membuat Juan menjadi anak yang mandiri kelak. Seperti dirinya."

Mungkin bagi Xiao Zhan ini adalah konyol. Haikuan tahu, Xiao Zhan sedari kecil tumbuh dengan penuh kasih sayang, meski saat remaja dia mengaku seorang gay, kedua orang tua dan keluarga besarnya tak mempermasalahkannya. Bahkan dulu pernikahan Yibo dan Xiao Zhan akan diadakan resepsi besar-besaran. Tapi segera Yibo tolak dengan beberapa alasan.

Untuk itulah, Xiao Zhan tidak akan tahu hidup dalam didikan keras layaknya seorang pasukan militer.

"Ya sudah. Sana tidur dulu. Akan aku bantu untuk menyelesaikan masalahmu dengan Yibo."

"Jangan."

Kedua alis Haikuan menaik, "Kenapa?"

"Jangan beritahu dia kalau aku ada di sini. Jangan pula campuri masalahku dengannya. Biar aku yang selesaikan sendiri."

Haikuan memandang Xiao Zhan beberapa saat, lalu dia mengedikkan bahunya acuh.

"Ya sudah. Aku mau tidur. Besok ada investigasi pagi. Kalau kamu lapar, di kulkas ada pasta beku. Kamu hangatkan saja di microwave."

Xiao Zhan mengangguk paham. Setelah itu, Haikuan benar-benar pergi menuju kamarnya. Xiao Zhan menghela napas sebal. Kakak beradik ini sama-sama tidak memikirkan perasaannya saat ini. Menyebalkan!

****

Yibo terbangun dengan kepala yang cukup pening. Semalam tidurnya tidak nyenyak dan diliputi perasaan yang tidak enak pula. Ia duduk, matanya yang berat ia edarkan ke sekeliling kamarnya yang cukup luas.

"Zhan?" Suaranya serak, dia kini merasa sangat haus. Pria 30 tahun itu beranjak dan berjalan untuk keluar kamar dengan lemas.

"Sayang...di mana kamu?"

Heran. Kenapa rumahnya sepi seperti ini? Yibo menoleh ke jam dinding ruang tengah, sudah pukul 8 pagi. Biasanya jam segini sudah tercium bau masakan yang berasal dari arah dapur –tempat di mana Xiao Zhan mendekam di pagi jam 8.

"Kemana dia?" Tanyanya pada diri sendiri.Yibo menguap, ia berjalan menuju dapur yang sangat dekat dengan ruang tengah. Tapi di sana kosong. "Apa dia di kamar Juan?"

Ia mengarahkan kakinya untuk berbelok dan berjalan menuju ke arah tangga. Tapi saat ia sudah akan menaiki tangga tersebut, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu –dan itu membuatnya duduk lemas di undakan tangga.

"Mereka sudah pergi..."

Yibo tertunduk, menyesali perbuatannya.Dia juga baru ingat jika semalaman dia mencoba menelepon ponsel Xiao Zhan.Namun tak ada hasil karena ponselnya dimatikan.Karena saking lelahnya, Yibo tak terasa dia jatuh tertidur dengan masih memakai stelan jasnya.

"Xiao Zhan... ke mana kamu?"

Ia berharap Xiao Zhan pergi ke rumah ibunya. Setidaknya di rumah mertuanya itu, Xiao Zhan dan Juan bisa aman dan dirinya juga tenang.

****

Keberuntungan orang tampan –begitu batinnya. Haikuan dibebas tugaskan dari tugas investgasi kasus pembunuhan bulan lalu. Waktu santainya datang juga. Tapi ia malah kini harus melakukan tugas lain yang sebenarnya kurang ia minati –pergi ke rumah adik sepupunya.

Harusnya dia senang bahwa pemuda yang ia cintai kini sedang kacau hubungannya dengan sang adik, jadi dia bisa memanfaatkan celah. Tapi bila ia lakukan kok serasa kejam ya?

Yibo memang bukanlah adik yang baik, tapi saat ayahnya meninggal, biaya sekolah adik kandungnya dibantu oleh Yibo sedikit, yang waktu itu sudah lulus kuliah dan magang di sebuah perusahaan besar.Yah, anggap saja ini balas budi.

Haikuan harap, adik sepupunya ini ada di rumah, mengingat sekarang adalah hari sabtu. Semua karyawan jika akhir pekan pasti libur, berbeda dengan dirinya yang tidak kenal libur meski hari natal sekalipun.

Pria yang sudah melepas seragam dinasnya itu mengetuk pintu dari sebuah rumah yang sudah lama ia tidak sambangi. Ia mengetuk beberapa kali, namun sang tuan rumah tak kunjung membukakan pintunya.

"Apa Yibo sedang keluar rumah?"

Dia mengetuk lagi dan kini dia mencoba sambil berteriak memanggil adik sepupunya "Wang Yibo! Buka pintunya. Ini aku –"

Belum juga dia menyelesaikan kalimatnya, pintu terbuka dengan cukup keras. Beberapa detik kemudian, wajah suram dan berantakan milik sang adik, segera terlihat jelas di balik pintu.

"Haikuan?"

"Hai Dik. Sehat?"

Pria 30 tahun itu mengernyitkan dahinya. Tumben sekali anak dari bibinya ini datang menyambangi rumahnya sejak ia menikahi Xiao Zhan.

"Ada apa kamu ke sini?"

Senyum lebar Haikuan memudar, "aku tidak diijinkan masuk, nih?"

Terpaksa, Yibo membuka pintu rumahnya lebih lebar agar sang kakak sepupu bisa masuk ke dalam.

"Tumben ke rumahku. Ada apa? Minjam uang? Bukannya sekarang kamu sukses jadi polisi?"

Haikuan berdecak keras. Pria berumur 32 tahun itu sangat malas mendengar pertanyaan adiknya tadi."Siapa yang mau pinjam uang? Enak saja!"

"Lalu?" –karena Yibo tahu, kakak sepupunya ini tidak akan menghampirinya jika tidak ada alasan kuat seperti jaman dia masih menempuh pendidikan polisi, sementara dirinya sudah bekerja. Yibo selalu menyisihkan sebagian uang gajinya sejak Haikuan datang dan menangis di flatnya karena sang ibu sulit membayar biaya sekolah polisinya.

"Xiao Zhan ada di tempatku."

Yibo yang semula ogah-ogahan, kini langsung sadar dan menegakkan duduknya."Apa?"

Pria jangkung itu menggaruk rambutnya, "aku juga kaget semalam tiba-tiba Xiao Zhan ada di depan pintu apartemenku...bersama anak kalian."

Haikuan memandang adik sepupunya yang langsung menunjukkan ekspresi sedihnya.

"Sebenarnya ada apa sih? Kamu 'kan sangat mencintai cinta pertamaku itu. Kenapa bisa ribut hingga membuatnya lari dari rumah?"

Ada otot berkedut di pelipis Yibo saat Haikuan menyebut Xiao Zhan sebagai 'cinta pertamanya' Iya, memang Haikuan dulu sama-sama mencintai Xiao Zhan. Tapi 'kan, Xiao Zhan Cuma cinta ke dirinya. Wang Yibo.

"Entahlah.Mungkin ini gara-gara sikapku."

"Yang menyangkut Juan juga?"

Yibo menunduk dan mengacak-acak rambutnya."Aku memang salah. Tapi aku harus bagaimana, Ge?"

"Aku tahu kalau kamu hidup dengan penuh kedisiplinan dari kecil, aku pun. Tapi sayangnya Xiao Zhan tidak."

Pria bersuara berat itu memandang sang kakak dengan heran, apa Haikuan sudah tahu masalahnya?

"Kamu tahu?"

"Yah...dari cerita Xiao Zhan semalam yang penuh emosional, aku kira, aku tahu dan dapat mengambil kesimpulannya."

"Aku memang bukan ayah yang baik. Untuk itulah awal ide mengadopsi anak tidak ada di list masa depanku. TapiXiao Zhan sangat menginginkannya."

Haikuan mencoba diam, membiarkan sang adik untuk bercerita.

"Aku berusaha untuk menjadi ayah yang baik untuknya dengan mendidiknya menjadi orang yang kuat kelak.Aku memikirkan segalanya, terutama kehidupan sosial Juan ketika besar nanti."

Di sini Haikuan sedikit bingung. Apa maksud Yibo ini?

"Maksudmu?"

Yibo melirik tak suka pada kakak sepupunya. Dia kira, Haikuan sudah tahu.

"Kamu tidak sadar? Aku dan Xiao Zhan adalah pasangan gay. Mungkin sekarang Juan masih belum mengerti dan masih nyaman memanggil Xiao Zhan Mama dan memanggilku Daddy." Yibo menjeda ucapannya untuk menyalakan sebatang rokok yang ia ambil di atas meja.

"Kukira kamu sudah berhenti merokok sejak menikah."

Yibo tak menanggapi ucapan kakak sepupunya. Dia mengeluarkan asap rokok banyak hingga membuat Haikuan terbatuk. Ia bukan seorang perokok, jadi wajar saja jika tidak suka asap rokok.

"Setelah besar nanti, mungkin dia sadar dan tahu kalau orang tuanya berbeda. Bisa saja dia menjadi bahan bullying karena ini." Yibo kembali menghisap rokoknya lagi, "aku tidak ingin Juan menjadi orang yang lemah. Aku harus melatihnya untuk menjadi kuat."

Benar juga kata Yibo. Xiao Zhan sejak dulu hidupnya mudah.Teman-temannya tidak ada yang menjauhinya hanya karena dia gay. Berbeda dengan adiknya ini –Wang Yibo. Ketika dulu sang kakek mengetahui salah satu cucunya seorang gay, kaki Yibo dicambuk berkali-kali dengan rotan hingga dirinya itu susah untuk berdiri hingga 2 hari.

Kejam? Sangat. Tapi lihatlah.Yibo, dia telah menjadi pribadi yang kuat. Ketika kakeknya tidak mau membiayai Yibo untuk kuliah, dia dengan tangguh mencari biaya sendiri untuk pendidikannya. Dengan kasih sayang yang tersisa dari ibunya saja yang membuat Yibo mampu bertahan.

Jika kalian pikir Yibo dendam dengan sang kakek, jawabannya adalah tidak. Karena saat kakeknya meninggal, Yibo yang merupakan cucu terdekat dan tinggal dengan sang kakek sejak kecil, ikut andil banyak mengurus pemakaman sang kakek dengan gajinya setelah menjadi pegawai tetap di perusahaan.

"Jadi...kamu ingin menganut cara kakek mengurusmu?"

Dengan masih merokok, Yibo menjawab, "ya. Aku sedikit mengadopsi cara beliau mendidikku. Tapi aku tidak ingin menggunakan cara fisik. Aku tidak ingin Juan tersiksa sama halnya sepertiku."

"Aku sebenarnya tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga kalian." Haikuan menatap sang adik dengan prihatin. Pakaian dan wajahnya sungguh berantakan. Pasti semalaman dia kebingungan mencari keberadaan Xiao Zhan dan Juan. "tapi aku tidak tega melihat Xiao Zhan sedih seperti ini."

"Apa dia sekarang baik-baik saja?"

"Entahlah.Waktu aku berangkat, baik Xiao Zhan dan Juan masih tertidur."

Hisapan terakhir, dan putung rokok yang tinggal sedikit dia matikan di asbak kaca yang ada di atas meja. Yibo merogoh sesuatu dari kantong belakang celananya untuk mengambil dompet.

"Ini. Gunakanlah uang ini untuk membelikan mereka makan."

"He?"

"Aku tidak akan memaksa Xiao Zhan untuk segera pulang. Tapi kamu bisa 'kan membujuknya untuk mau pulang ke sini?"

Haikuan mendorong tangan Yibo yang memegang beberapa lembar uang dengan pelan, "Tak usah seperti ini. .Xiao Zhan dan Juan pasti makan dengan terjamin di tempatku. Buat apa aku ke sini jika tidak ingin membantumu?" Haikuan tersenyum, memperlihatkan gusi-gusinya.

"Terimakasih.Aku berhutang budi padamu."

"Apaan sih!" Kilahnya, Haikuan lalu mengernyit saat sang adik kembali merokok untuk kedua kalinya. "Sudahlah. .Jangan kamu lampiaskan rasa frustasimu dengan merokok."

"Diamlah. Aku sedang kacau pikirannya. Dari pada minum alkohol, mending merokok."

Apanya yang tidak minum alkohol! Yibo kira dirinya buta? Lihatlah beberapa kaleng bir yang tergeletak sembarangan di meja.

"Kamu sudah makan?"

"Belum. Tidak selera jika bukan masakannya Xiao Zhan."

Dasar! Mentang-mentang sudah ber-'istri'. Andai dulu Haikuan mempertahankan Xiao Zhan untuk jatuh ke pelukannya, sudah pasti yang setiap hari menikmati masakan pemuda manis itu adalah dirinya. Bukan adik sepupunya yang serampangan ini.

TBC

A/N : Oke, tolong kasih vote dan terutama komen dong. Jangan diem-diem bae wkwkwkwk

Arigatchu~ :*

P.S : maaf banyak typo. Males edit. Hahaha...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top