Ch 3; I'm Sorry, Son
JANGAN SIDERS YA KAWAN. VOMENT ITU PENTING UNTUK KELANCARAN CERITA, LHOH!
Sejak semalam, Yibo merasa sangat pusing dengan sikap Xiao Zhan yang langsung bersikap dingin padanya setelah insiden sore kemarin. Pria itu sedikit menyesal juga karena tersulut emosi hanya gara-gara tembok yang dicoret-coret oleh Juan. Harusnya dia lebih bersabar menghadapi anak sekecil Juan.Itu sudah wajar, tapi nasi sudah jadi bubur, waktu pun tidak bisa terulang untuk mencegah kejadian kemarin.
Pria itu mengingat saat Xiao Zhan dengan tatapan kecewa, enggan untuk memandangnya. Memang itu sudah seharusnya ia dapatkan. Xiao Zhan sangat mencintai Juan, dan berharap dirinya pun demikian. Tapi nyatanya ia malah membuat keributan dan membuat orang yang dicintainya kecewa hanya karena masalah sepele.
"Xiao Zhan, kamu mau ke mana?"
Pria 30 tahun itu memandang Xiao Zhan yang saat itu mengambil bantal dan juga setelan piyama dari lemari mereka.
"Tidur."
"Kamu 'kan biasa tidur di sini."
Xiao Zhan menghentikan langkahnya saat sudah mencapai pintu kamar.Ia memandang sang suami dengan tatapan dingin, "maaf. Tapi aku tidak mau tidur denganmu malam ini."
Yibo menghirup napas dan menghembuskannya dengan berat, ia dorong anakan rambutnya ke belakang –kini ia merasa sangat bersalah. Tapi entah kenapa justru rasa bersalahnya malah mengarah ke pemuda manis itu, bukannya ke Juan.
"Aku minta maaf." Ucapnya lirih sambil memandang pemuda manis itu dengan penuh penyesalan.
Xiao Zhan menghela napas, mengingat Juan yang menangis hebat tadi sore, membuatnya ikut merasa sedih. Apalagi penyebab dari tangisan anaknya itu adalah suaminya sendiri.Hanya masalah sepele, dan suaminya dengan tega memarahi anak berumur 5 tahun dan membiarkannya menangis hebat.
Xiao Zhan bahkan tidak bisa menenangkannya meski ia telah meggendong Juan dan mengalihkan perhatiannya dengan menonton kartun di TV. Anak itu baru berhenti menangis saat ia mulai kelelahan dan jatuh tertidur.
Setelah ia menidurkan Juan, Xiao Zhan sama sekali tidak berbicara dengan suaminya yang sejak tadi berada di kamar.
"Harusnya kamu meminta maaf pada Juan. Bukan denganku."
Yibo menunduk lesu, tak merespon ucapan pemuda itu.
"Anak seumur Juan akan trauma jika kamu memarahinya seperti tadi, Ge...harusnya kamu tahu itu."
Yibo benar-benar lupa. Ia mengaku, bahwa dirinya memang hilang kendali. Entah setan apa yang merasukinya kemarin sore.
"Tembok yang kotor bisa dicat ulang.Tapi hati yang sudah disakiti, akan sulit dihilangkan. Apalagi jika yang kamu sakiti adalah seorang anak yang masih sangat kecil."
Karena Yibo tetap diam, Xiao Zhan kembali berbicara, "aku akan memaafkanmu jika Juan telah memaafkanmu. Untuk sementara, ijinkan aku tidur di kamarnya Juan.Permisi."
Detik berikutnya, Xiao Zhan sudah keluar dari kamar dengan menutup pelan pintu tersebut.Sepeninggalnya, Yibo menggeram frustrasi dan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang.
Kini, saat pagi menjelang pun Xiao Zhan masih tetap bersikap dingin padanya.Dia masih mau memasak sarapan untuknya dan menyiapkan segala keperluan paginya sebelum berangkat bekerja seperti biasanya.
Tapi tidak ada kata yang terucap dari bibirnya untuk dirinya. Pemuda manis itu hanya berbicara pada Juan saat anak itu bersiap-siap untuk berangkat ke Daycare.
"Sayang..." Yibo setelah selesai sarapan dan memakai sepatunya, memberanikan diri untuk mendekatinya saat pemuda itu sedang membuat omelet baru untuk Juan.
"Apa perlu kuantar kalian berangkat ke Daycare?"
"Tidak usah.Lagian kau sudah kesiangan, sedangkan Juan masih belum sarapan. Kita bisa naik bus jam 9 nanti."
Bahkan saat merespon ajakannya, Xiao Zhan tak berbalik untuk memandangnya, ia masih sibuk mencuci piring dan cangkir bekas sarapan suaminya.
Yibo menghela napas, dia tidak tahu kalau kejadian kemarin membuat pemuda yang dinikahinya ini begitu marah dengannya.
"Baiklah.Aku berangkat."Yibo mengecup pucuk kepala pemuda itu meskipun dia masih tak meresponnya.
*****
Pukul 7 malam, Yibo pulang lebih telat dari biasanya karena urusan kerjaan yang mendadak . Di tangan kirinya, terdapat bungkusan plastik berwarna merah yang baru saja ia dapatkan dari toko alat tulis di seberang kantornya. Saat membuka pintu, yang ia dapatkan adalah ruang tamu kosong.
Pria 30 tahun itu terus melangkahkan tungkai kakinya ke ruang tengah, di mana dia melihat Xiao Zhan yang sedang sibuk memasak.
"Aku pulang."
Xiao Zhan yang tengah mengiris sayuran, mendongak dan melihat ke arah sang suami yang berdiri jauh memandang dirinya.
"Hm. Apa kau mau mandi?"
"Ya."
"Maaf aku tidak bisa menyiapkan air hangatnya."
Sekarang pukul 7 malam, Xiao Zhan tidak pernah memasak makan malam di jam-jam seperti ini.Mungkin hari ini kerjaannya banyak, hingga telat untuk memasak makan malam. Yibo ingin menanyakannya, tapi ia enggan.
"Tidak apa.Akan kusiapkan sendiri."
Namun, bukannya berbelok ke kamarnya yang ada di lantai 1, Yibo justru naik ke atas, di mana di sana adalah kamar anak angkatnya. Saat membuka pintu, Yibo langsung melihat punggung kecilnya yang membelakangi pintu.Anak 4 tahun tersebut sedang mengutak-atik sesuatu.
Dipikir-pikir memang Juan selalu sendirian jika sudah sampai rumah. Di kompleks perumahannya memang tidak ada anak seumurannya.
Yibo menghela napas setelah memikirkan hal itu. Mungkin juga kemarin anak itu bosan hingga mencorat-caret dinding dapur. Dirinya saja yang terbawa emosi hingga membuat anak itu kini sedikit takut padanya.
"Juan..."
Anak itu menoleh, dia terlihat terkejut dengan ekspresi wajahnya yang tegang. Juan berdiri dan memundurkan langkahnya.
"Juan enggak corat-caret lagi kok, Dad. Jangan marahin Juan lagi..."
Pantas Xiao Zhan marah, anak itu seperti trauma seperti ini. Dengan langkah pelan, Yibo mencoba mendekati anak itu. Tapi kaki mungilnya terus mundur ketika ayahnya mendekat.
Yibo menyerah, dia akhirnya berjongkok dan mengeluarkan papan tulis putih ukuran kecil dan satu set spidol warna.
"Daddy membawa hadiah untuk Juan."
Anak itu terlihat tertarik, namun dia belum berani untuk mendekat.
"Maafkan Daddy. Daddy janji, tidak akan marahi Juan seperti kemarin."
Yibo membaca di internet, jika ingin mendapatkan kepercayaan dari si anak, dia harus memandang kedua mata si anak dengan lembut.
"Itu apa?"
Bukannya merespon permintaan maafnya, Juan malah bertanya dengan benda-benda yang dibawa olehnya. Yibo memaklumi.
"Ini ada papan tulis dan spidol warna. Juan bisa menggambar dan belajar menulis di sini."
Bocah manis berusia 4 tahun itu terpacang pada benda yang dipegang Yibo. Karena merasa Juan sudah mulai rileks, Yibo kembali menjelaskan.
"Kamu bisa menggambar hingga papan tulis ini penuh, lalu bisa dihapus lagi." Setelah mengatakan itu, Yibo mengeluarkan satu buah penghapus papan yang ada di kantung tadi, "dengan ini menghapusnya."
Pada akhirnya, sekarang Juan sudah berada di depannya dan memandang hadiah pemberian Yibo dengan mata berbinar.
"Ini buat Juan, Dad?"
"Ya." Yibo mendorong pelan benda-benda tersebut ke hadapan Juan."Ini untukmu. Maafin Daddy, ya, soal kemarin?"
Dengan mata bulatnya, Juan memandang Yibo, ia lalu tersenyum dan mengangguk.
Pria itu tersenyum meski sedikit.Tapi dia lega karena Juan mau memaafkannya.
"Sini,"
Juan bingung saat Yibo merentangkan kedua tangannya.
"Daddy mau peluk kamu. Sini."
Anak itupun menghambur ke pelukan ayahnya. Kedua tangan mungilnya memeluk leher sang ayah. "Maafin Juan juga ya, Dad. Juan udah nakal. Juan janji, mau menggambar di papan tulis dan di buku gambar."
"Iya. Janji jangan nakal lagi? Di Daycare juga jangan nakal. Oke?"
Juan melepaskan pelukannya. Lalu dia mengacungkan jari kelingkingnya dan dihadapkan ke wajah sang ayah. "Juan janji! Janji jari kelingking!"
Yibo pun mengaitkan jari kelingkingnya ke jari mungil anaknya."Janji seorang pria harus ditepati."
Tanpa mereka tahu, sedari tadi Xiao Zhan mengintip dengan senyum mengembang dan kedua matanya yang hampir mengeluarkan air mata karena terharu. Dia tidak ingin mengganggu momen indah itu, tapi malam sudah hampir larut, dan makan malam sudah siap.
"Ehem...!"
Keduanya langsung menoleh ke arah pintu.
"Maaf mengganggu, tapi makan malam sudah siap."
"Ayo makan."
Juan mengangguk. Dia langsung memeluk leher sang ayah saat tubuhnya berada digendongan pria dewasa itu.
"Zhan, tapi aku belum mandi."
Pemuda berlesung pipit itu tersenyum, "nanti saja. Keburu kemalaman, lebih baik makan dulu."
"Iya. Makan dulu."
Yibo dan Xiao Zhan tertawa mendengar Juan yang mengikuti ucapan Xiao Zhan tadi. Malam itu, keluarga kecil tersebut merasa sangat menikmati makan malam mereka.
*****
"Juan dan Zhishu memang sejak istirahat berdua terus. Tapi maaf Nyonya dan Tuan Xiao Zhan, saya benar-benar tidak tahu mereka pergi ke mana."
Xiao Zhan tidak mendengar lagi ucapan guru asuh yang ada di daycare tersebut. Hatinya sangat tidak tenang mengetahui anaknya pergi entah ke mana. Dia bingung, terlebih lagi ibunya Zhishu yang terus-terusan menyalahkannya karena tidak becus menjadi orang tua bagi Juan.
"Heh!"
Xiao Zhan menoleh, di mana ibu dari Zhishu memandangnya dengan penuh amarah.
"Aku tahu, ya, kalau anakmu itu yang bawa kabur anakku. Gimana sih kamu? Jadi orang tua tidak bisa ngajarin anak bener."
"Iya, Nyonya. Saya juga lagi mencari keberadaan Juan dan Zhishu."
"Pokoknya cari anakku sampai ketemu! Kau harus tanggung jawab!"
Xiao Zhan tidak menanggapi lagi, dia buru-buru pergi menjauh dari ibu tersebut dan menelpon suaminya. Kuku-kukunya ia gigit karena saking khawatir serta bingung dengan situasi yang belum pernah ia hadapi.
"Ge..."
"Ya?"
Kedua mata Xiao Zhan sudah memerah, siap menumpahkan air matanya kapan saja, terlebih saat mendengar suara suaminya di seberang sana.
"Juan hilang. Aku bingung harus bagaimana." Dia terus menggigiti jari-jarinya. Gunjingan tentang dirinya di belakang sana tidak ia pedulikan.
"Apa?! Kenapa bisa hilang?"
"Aku tidak tahu. Sepertinya dia juga membawa temannya yang bernama Zhishu. Sekarang ibunya Zhishu terus menyalahkanku di sini."
Tidak ada jawaban dari seberang.
"Yibo...aku harus bagaimana? Aku khawatir Juan kenapa-napa. Tolong bantu aku mencarinya."
Terdengar, napas Yibo berubah berat dari seberang telepon.
"Kau di mana sekarang?"
"Daycare." Suara pemuda itu sudah bergetar.
"Tunggu di sana. Aku akan ke Daycare sekarang juga."
Tbc
A/N : Noh kan, malah Juan bikin kacau lagi. Gimana sih kamu dek? Hahaha...
Duh, gak tahu, di part 1 vote nya banyak kok di part 2 dikit banget sih? Yaudah meski vote gak sesuai target, saya update nih. Janji ya untuk vote dan komen part ini sebanyak mungkin ^^ Ayo donk~~ aku butuh semangat karena masih baru sebagai author fandom BJYX ini hehehehe :p
Udah segitu aja.
Akhir kata,
Arigatchu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top