Ch 2; I'm A Mommy, And You're A Daddy

Jadi Gaes, ini FF Remake. Jadi maaf kalau nanti ada hal yang ganjal karena editnya kelewat. Bagi yang dulu pernah baca, tolong jangan spoiler endingnya ya hahaha...

Enjoy!

.

.

"Juan, ini namanya Wang Yibo. Daddy kamu."

Bocah berumur 4 tahun itu memandang polos secara bergantian antara Yibo dan Xiao Zhan.

"Ayo perkenalkan dirimu." Dengan langkahnya yang kecil, Juan maju untuk menghadap pada sosok pria yang baru ia temui itu. "Halo paman. Nama saya Zhang Juan. Kata suster panti, tahun depan umurku 5 tahun. Salam kenal." Kemudian anak itu membungkuk sopan.

Melihat itu, Xiao Zhan tersenyum lebar. Keputusannya untuk mengadopsi Juan memang tepat. Anak itu sungguh memiliki sikap yang baik.

"Aku Wang Yibo. Suami dari Xiao Zhan. Orang yang membawamu kemari." Tapi sayangnya, Yibo menanggapinya dengan dingin.

Xiao Zhan paham, pasti Yibo bingung mau bersikap seperti apa di hadapan anak kecil.

"Suami?"Suara kecil Juan terdengar kaget. Meski dirinya masih berumur 4 tahun, tapi Juan tahu, kalau suami itu pasangannya adalah seorang istri. Istri itu perempuan. Tapi yang Juan ketahui, Xiao Zhan itu laki-laki. Kedua mata bulat Juan menoleh ke belakang, di mana orang yang membawanya ke sini, masih berdiri memandanginya."Tapi papa Xiao Zhan bukan perempuan. Kenapa paman ini mengaku suami papa?"

Senyum di kedua bibir manis Xiao Zhan luntur, dia bingung mau menjelaskan bagaimana tentang hubungannya dengan Yibo pada bocah berumur 4 tahun. Tentu saja anak seumuran Juan sudah tahu tentang arti suami-isteri. Di mana pria pasti berpasangan dengan wanita. Tapi 'kan Yibo dan dirinya sama-sama laki-laki.

"Juan," Xiao Zhan mendekat dan berjongkok sambil mengusap bahu kecil anak itu, "Papa dan Daddy Yibo memang sama-sama laki-laki. Tapi kita sudah menikah. Dan kini, kita yang jadi orang tuamu."

Juan berkali-kali berkedip. Terlihat sekali kalau anak tersebut terlihat sangat bingung, "Berarti aku tidak punya Mama? Kata Fangxing-Ge, setelah kita diadopsi, kita akan punya Papa dan Mama. Tapi kalian berdua laki-laki. Tidak ada yang bisa Juan panggil Mama."

Xiao Zhan mendongak, memandang suaminya yang wajahnya seperti mengatakan 'benar-kan-dugaanku' pada dirinya. Sementara dirinya bingung dengan situasi sekarang ini. Tanpa disangka, Juan adalah anak yang kritis.

"Errr....begini," Xiao Zhan memutar tubuh kecil anak itu dan memandang Juan dengan intens, "Papa dan Daddy Yibo adalah pasangan yang berbeda. Kita ini unik. Jika Juan ingin memanggil dengan sebutan Mama, Juan bisa memanggilku dengan sebutan itu."

"Tapi kau laki-laki."

"Nak," Yibo yang sedari tadi diam, kini bersuara, pria itu ikut berjongkok dan memandang anak yang kini sudah menjadi bagian dari keluarganya, "itu hanya sebutan. Entah itu laki-laki ataupun perempuan, jika kau nyaman memanggil kita dengan sebutan yang kau inginkan, silakan."

"Yibo..."

"Yang paling penting, kau bisa akrab bersama kita, nyaman dengan keberadaan kita, kau memanggil apapun pada kita, terserah."

Xiao Zhan tidak menyangka jika suaminya bisa mengatakan hal sebijak itu, padahal biasanya ngelantur dan membuat dirinya kesal.

"Jika kau ingin memanggil Mama di rumah ini, kau bisa memanggilku dengan sebutan itu." Xiao Zhan tersenyum ke arah Juan untuk meyakinkan anak tersebut.

"Mama?"

Xiao Zhan mengangguk. Anak itu tersenyum senang. Sementara Yibo menghilang ke kamar untuk mengganti pakaian kerjanya tanpa berkata apapun.

"Jadi sekarang kau Mamanya Juan?"

"Iya. Sementara Wang Yibo, pria jutek tadi, " Xiao Zhan berbisik saat menyebut suaminya di depan sang anak, "itu adalah Daddymu."

Anak manis itu tersenyum dan mengangguk, tiba-tiba saja Juan memeluknya dan mengalungkan kedua lengan mungilnya ke leher Xiao Zhan. "Akhirnya Juan punya Mama."

Pemuda manis itu balas memeluk dengan hangat. Ia yakin, keluarga kecilnya ini akan hidup bahagia dengan adanya Juan di rumah ini.

****

Suasana sarapan di kediaman Yibo dan Xiao Zhan yang biasanya penuh dengan candaan dari pasangan tersebut, kini berbeda dari biasanya. Yibo sebenarnya risih saat Xiao Zhan lebih memperhatikan anak berumur 4 tahun yang baru semalam menjadi bagian keluarganya, daripada mengurus dirinya seperti biasa. Bahkan yang biasanya Xiao Zhan mengoleskan selai pada bread toastnya , pagi ini tak melakukan kebiasaan tersebut.

"Juan memangnya mau makan apa, hm? Nanti Mama masakin."

Yibo mendengkus, sudah bisa menebak kalau kehidupannya akan berubah setelah anak itu datang ke sini, dan itu sudah dimulai sejak pagi ini. Ah, sepertinya tidak. Semalam Yibo juga tidur sendiri karena Xiao Zhan lebih memilih tidur menemani Juan yang belum terbiasa tidur sendirian di kamar lantai 2 yang Xiao Zhan sudah siapkan.

"Juan ingin sup jagung!" Lalu anak itu kembali merapatkan mulut kecilnya, takut jika membuka sedikit saja, roti yang ada digenggaman Xiao Zhan akan masuk ke mulutnya.

"Sup jagungnya nanti, ya? Agar Juan tidak merasa lapar, makan roti dulu. Aa~"

"Enggak mau!"

"Juan –"

"Biarkan saja dia. Nanti juga lapar, dia akan makan roti itu. Jangan terlalu memanjakannya. Nanti dia jadi bocah yang tidak mandiri."

"Yibo –"

Belum sempat Xiao Zhan memperingati Yibo untuk tidak berkata sesarkas itu, suaminya telah berdiri dari kursinya.

"Aku berangkat."

Xiao Zhan meletakkan roti milik Juan dan berdiri untuk segera menyusul sang suami.

"Yibo, tunggu!"

Yibo tak merespon, ia menuju ruang tengah di mana sudah disiapkan sepatu dan juga tas kerjanya oleh Xiao Zhan. Ia mendudukkan dirinya di sofa dan memakai sepatunya.

"Yibo, kau kenapa?"

"Tidak apa-apa." Simpul terakhir pada sepatu bagian kiri dan ia berdiri, sedikit merapikan setelan jasnya dan menenteng tas kerja. "Aku berangkat. Mungkin akan pulang sedikit telat." Pria itu mengecup kening pemuda manis itu, tanpa berkata apa-apa lagi ia pergi.

Xiao Zhan tetap berdiri mematung, ia tidak mengantarkan sang suami sampai depan pintu seperti biasanya. Dia terlihat aneh, dan Xiao Zhan takut jika Yibo benar-benar tidak menyukai anak yang baru mereka adopsi itu. Lamunannya segera hilang saat ujung tangannya digenggam dengan lembut oleh sebuah tangan kecil.

"Mama..."

Xiao Zhan menunduk, "Juan." Ia memaksa untuk tersenyum, "sudah makannya?"

Anak itu mengangguk, "apa Daddy marah sama Juan?"

Xiao Zhan tercenung sesaat, namun ia segera mengendalikan ekspresi wajahnya dengan tersenyum dan berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan anaknya, "tidak. Tadi Daddy buru-buru berangkat kerja."

"Benarkah?"

Xiao Zhan mengangguk."Mau ikut Mama belanja? Nanti siang, Mama masakin sup jagung."

Anak itu mengangguk semangat, "tapiJuan harus mandi dulu. Entar bau."

Xiao Zhan tertawa, pikiran-pikiran yang tadi berputar di kepalanya langsung hilang setelah mendengar penuturan polos anaknya. Memang benar, anak adalah obat penghilang rasa stres.

"Okay. Ayo kita mandi."

****

"Kudengar dari bibi sebelah, kau berniat mendaftarkan Juan di salah satu Daycare."

Xiao Zhan yang sedang menata baju, menoleh ke arah suaminya yang sedang memainkan ponselnya di atas ranjang.

"Itu...ya.Tapi jika kau mengijinkannya."

"Kenapa tidak bilang dulu padaku?" Xiao Zhan semakin menundukkan kepalanya saat Yibo berbicara tanpa memandang dirinya, itu berarti suaminya sedang marah.

Sebenarnya Xiao Zhan ada alasan kenapa dia tidak berdiskusi dengan Yibo. Hampir sebulan Juan sudah tinggal di rumah ini, tapi sikap Yibo pada Juan masih dingin, membuat Xiao Zhan bingung. Apalagi saat Juan bertanya, apakah Yibo membencinya, Xiao Zhan tidak bisa menjawab.

Juan memang pernah dimarahi Yibo saat anak itu susah makan dan sering berlarian di dalam rumah. Menurut Xiao Zhan, sikap Juan itu wajar mengingat umurnya yang masih balita dan ada masa-masa dia rewel dan sulit untuk diatur. Tapi ternyata Yibo tidak mentolerir.

Waktu itu, sang suami malah menarik Juan dan mendudukannya di kursi, dengan tatapan menusuk, pria 30 tahun itu menyuruh Juan makan. Tentu saja, bukannya menurut, anak itu menangis keras.

Xiao Zhan tidak tahu lagi harus bagaimana. Mungkin juga Juan merasa kesepian dan bosan di rumah terus hingga dia rewel, dirinya juga tidak bisa menjaga Juan seharian saat ada pekerjaan yang masuk di inbox e-mailnya. Maka dari itu, saat tetangga sebelah yang sudah tahu tentang keberadaan Juan, merekomendasikannya agar anak manis itu dimasukkan ke Daycare sehingga bisa berinteraksi dan bermain dengan anak seumurannya.

"Aku takut jika kau tidak mengijinkannya."Xiao Zhan segera memasukkan baju-baju yang telah ia lipat ke dalam sebuah rak yang ada di bagian bawah lemarinya.

Yibo menghela napas, ia lepaskan kacamata bacanya, dan menepuk space tempat tidur di sebelah kirinya "Kemarilah."

Xiao Zhan menurut, ia mendekat ke arah suaminya dan menatapnya dengan canggung. Ini baru pertama kalinya Xiao Zhan berhadapan dengan Yibo dengan perasaan asing seperti ini. Padahal dari dulu saat dia meminta sesuatu, ia tidak ragu untuk bersikap manja padanya.

"Aku ini siapamu, hm?"

"Suamiku."

"Nah, itu kau tahu." Yibo meletakkan ponselnya dan menatap pemuda manis itu, "kenapa kau malah bercerita kepada orang lain?"

Xiao Zhan menggeleng cepat, "tidak.Bibi Song yang merekomendasikannya. Mungkin dia sering melihat Juan bermain sendirian di teras, jadi dia menyuruhku untuk memasukkannya ke Daycare." Berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkannya, "lagian juga di sana Juan bisa berlatih mengenal huruf dan angka sebagai persiapan tahun depan di TK."

Yibo menghela napas, "apa kau sudah menemukan tempat yang bagus untuk Juan?"

Xiao Zhan menggeleng, "belum." Ia memainkan jari-jarinya –kebiasaannya saat gugup –lalu ia lanjut berbicara, "jika kau tidak mau membayar biaya Daycare nya, aku saja yang membiayainya juga nggak apa-apa."

Xiao Zhan sudah putus asa, memang gajinya tak sebesar milik sang suami, tapi dia masih mampu memasukan Juan ke Daycarebiasa.

"Besok kita cari Daycare yang bagus. Jangan berkata seperti itu. Kau masih punya aku yang bisa menanggung hidupmu dan Juan."

Seketika itu pula, Xiao Zhan ingin menangis saat itu juga. Dia begitu terharu dengan ucapan Yibo tadi. Xiao Zhan kembali terkejut saat Yibo menariknya lembut ke dalam pelukannya.

"Kenapa kita jadi sekaku ini, Zhan?Aku rindu masa-masa di mana kita menghabiskan waktu berdua. Kini waktumu untukku, sudah terbagi dengan Juan."

Xiao Zhan yang masih berada di pelukan Yibo pun mendongak, "apa kau cemburu dengan anak kita sendiri?"

Mereka saling berpandangan, Yibo tak merespon pertanyaan Xiao Zhan tadi, ia malah semakin mendekatkan wajahnya pada pemuda bergigi kelinci itu. Sampai akhirnya kedua sepasang benda kenyal itu bersatu. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak seperti ini. Xiao Zhan bisa merasakan, dari cara Yibo mencium dirinya sekarang, pria itu memang memiliki rasa cemburu sekaligus rindu.

Pemuda manis itu semakin kewalahan saat sang suami tidak berhenti memainkan rongga mulutnya, dan ia juga tidak sadar bahwa dirinya sekarang sedang berada di kungkungan sang suami.

Malam itu, mereka bergumul, membagi kehangatan yang keluar dari tubuh mereka. Yibo benar-benar tak memberi dirinya waktu untuk beristirahat meski hanya mengecilkan volume desahannya. Walaupun sudah mencapai puncak kenikmatannya, pria itu tak kehabisan tenaganya hingga Xiao Zhan hampir jatuh pingsan dan Yibo mau menghentikan aksinya.

****

Yibo benar-benar mengantarkannya Xiao Zhan dan Juan untuk mencari Daycare terbaik yang jaraknya 25 menit dari rumahnya. Entah kenapa, pemuda manis itu tidak berhenti menyunggingkan senyumnya hingga kedua mata bulatnya selalu membentuk bulan sabit. Hingga Yibo sendiri heran dibuatnya.

"Kenapa sejak tadi kau tersenyum?" Yibo yang sedang menyetir mobilnya melirik sebentar ke arah pemuda manis itu.

Jujur saja, Yibo juga merasakan senang melihat orang yang dicintainya begitu bahagia.

"Tidak." Lalu Xiao Zhan mendekatkan diri ke suaminya dan memeluk lengannya untuk kemudian ia menyenderkan kepala di bahu sang suami. "Terimakasih telah mencarikan Daycare untuk Juan. Dia tadi kelihatan senang bertemu teman-teman barunya."

Juan memang tadi langsung bergabung di kelas setelah pendaftaran tadi. Untunglah berangkatnya sedikit lebih pagi, jadi Juan tidak ketinggalan kelas hari ini.

"Kau ini bicara apa? Aku memang belum bisa menjadi ayah yang baik untuk Juan, tapi setidaknya aku harus memberikan fasilitas yang baik untuknya."

Xiao Zhan tidak berkata apa-apa lagi. Dia tetap bersandar pada bahu lebar Yibo dan tersenyum senang mendengar ucapannya tadi. Xiao Zhan yakin, seiring berjalannya waktu, sang suami akan menjadi ayah yang baik untuk Juan.

Ya. Ini hanya masalah waktu saja.

****

Xiao Zhan menurunkan barang-barang belanjaan bulanan dari mobil, sementara Juan sibuk memainkan robot yang baru saja Xiao Zhan belikan tadi di supermarket.

"Mama."

"Ya?"

Juan mengikuti pemuda yang dua bulan menjadi 'mama'nya itu menuju dapur untuk menaruh bahan-bahan masakan yang baru dibelinya.

"Juan bingung."

"Bingung kenapa?"

Xiao Zhan berhenti menata bahan makanan di lemari es hanya untuk memandang anaknya.

"Teman Juan tadi tanya, kok Mamanya Juan laki-laki. Gitu, Ma." Ucapnya sambil menirukan cara temannya berbicara.

Pemuda 27 tahun itu terdiam. Dia tahu, sewaktu-waktu hal seperti ini pasti terjadi. Sudah 3 minggu Juan menjadi murid di salah satu Daycare pilihannya dan Yibo. Selama 3 minggu pula Xiao Zhan tidak absen untuk menjemput anaknya itu. Mungkin teman-temannya yang sering melihat bertanya pada Juan tentang siapa dirinya.

Xiao Zhan mencoba tersenyum, lalu berjongkok dan bertatapan langsung dengan wajah sang anak, "terus Juan jawabnya apa?"

"Terus Juan jawab, itu 'kan Mamanya Juan. Bagi Juan, Mama Xiao Zhan, adalah mama terbaik."

Mungkin ini yang dirasakan para orang tua saat anaknya sangat menghormatinya. Terharu dan bangga, itu yang Xiao Zhan rasakan saat ini. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, Xiao Zhan memeluk anaknya.

"Terimakasih, Nak."

"Terimakasih untuk apa, Ma?"

"Menyayangi mama, meski Mama berbeda dari Mama temannya Juan."

Xiao Zhan merasakan tangan kecil Juan mengusap punggungnya, "Mama 'kan orang baik. Masa Juan sebel sama Mama?"

"Terus sama Daddy Yibo, Juan sayang, nggak?"

Anak itu tidak langsung menjawab, kedua matanya melihat ke bawah dan berdiri kaku, "Juan sayang sama Daddy." Ia mendongak dan menatap Xiao Zhan dengan tatapan sedih, "tapi apa Daddy sayang sama Juan?"

Yibo memang masih sama dari pertama kali Juan ada di sini. Dingin dan jarang berbicara dengan anak itu. Padahal Xiao Zhan berharap banyak ada perubahan setelah Yibo mencarikan Daycare untuk Juan waktu itu, namun itu hanya ekspektasinya saja. Nyatanya, tak ada perubahan sampai sekarang.

Dirinya juga enggan untuk mengatakan ke Yibo untuk tidak bersikap dingin pada anak adopsinya. Dia takut dengan respon suaminya itu jika ia melakukannya. Xiao Zhan belum siap.

Pertanyaan Juan tidak Xiao Zhan jawab, dia malah kembali berdiri dan menata seluruh bahan makanan yang baru ia beli ke dalam lemari es.

****

"Sayang!"

Suara berat Yibo menggema di rumah pasangan yang baru menikah satu tahun itu. Kedua bola matanya menjelajah seluruh ruang tengah yang kosong. Biasanya jam 7 sore –setelah ia pulang kerja seperti ini, Xiao Zhan sedang duduk menonton TV dengan Juan. Tapi sekarang entah berada di mana. Pintu depan juga tidak terkunci, Yibo kira Xiao Zhan tidak pergi.

"Sayang..." Yibo kembali memanggil Xiao Zhan, hingga akhirnya dia yang tadi mendudukkan dirinya di sofa, kini berdiri dan melangkahkan kakinya untuk menuju dapur.Tapi pemuda manis itu juga tidak ada. Ia ingin menuju ke kamar, tapi berhenti saat mata tajamnya melihat gambar di tembok dapur yang berwarna putih itu.

Yibo kira dia salah lihat, tapi ternyata benar, itu sebuah gambar tak jelas khas dari hasil tangan anak-anak. Tentu saja Yibo langsung tahu pelakunya.

"JUAN!"

Dirinya memang tidak suka bersih-bersih, tapi dia paling benci jika melihat coretan di dinding, apalagi dinding rumahnya.

"Juan! Kemana kamu?!"

Yibo terlihat berang, kedua tangannya mengepal keras. Dengan langkah lebar,ia naik ke lantai 2 untuk menuju kamar anak angkatnya.

"Zhang Juan!"

Anak itu kaget saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar hingga membentur tembok dengan keras. Anak yang belum genap 5 tahun itu sedang bermain dengan beberapa mainan di lantai kamarnya.

"Daddy!"Tapi dia terlihat ceria saat melihat ayahnya yang baru pulang kerja.Anak itu belum sadar dengan ekspresi wajah Yibo yang begitu keruh.

"Kemari!"

Juan terlihat bingung, pasalnya ayahnya itu terlihat marah, dia tidak tahu kenapa ayahnya seperti itu.

Karena Juan tetap diam, Yibo menarik tangan anaknya dengan cukup kasar hingga anak itu terpaksa berdiri.

"Apa yang kamu lakukan, hm?!"

"Apa? Juan enggak ngapa-ngapain, Dad."

"Mana Xiao Zhan?!"

"Mama tadi keluar sebentar ke kantor pos. Juan disuruh main di kamar."

Yibo menaikkan sebelah alisnya."Hanya di kamar?! Terus siapa yang mencoret-coret dinding dapur, hah?!"

Anak berpipi gempal itu terdiam, hanya memandang Yibo dengan tatapan yang bingung. Karena Juan tak merespon, akhirnya Yibo mengangkat tubuh anaknya dan membawanya untuk menuju ke dapur.

"Lihat!"Sesampainya di dapur, pria itu menurunkan Juan dan mendorong tubuh kecil itu untuk melihat coretan yang ada di tembok."Itu ulahmu, bukan?"

Juan tidak menjawab.

"Dengar. Daddy tidak suka kamu nakal seperti ini. Kenapa menggambar di tembok?" Yibo menepuk-nepuk tembok itu dengan kasar hingga menimbulkan suara, "tembok dapur jadi kotor, Juan. Kau 'kan bisa menggambar di kertas gambar!"

Juan menunduk. Bukannya menjawab, Yibo mendengar suara sesenggukkan dari mulut kecil anak itu. Pria itupun berkacak pinggang dan mendongak ke atas untuk meredam emosinya.

"Jangan menangis! Ini konsekuensi yang kamu dapat karena menjadi anak nakal!"

Setelah itu, tangisan Juan yang awalnya lirih, malah pecah dan berubah menjadi tangisan yang keras. Kedua lengannya yang terlipat ia gunakan untuk menutup kedua matanya. Disela-sela tangisannya, Juan memanggil-manggil Xiao Zhan, tapi Yibo tetap diam sambil berkacak pinggang, kedua matanya ia alihkan ke arah lain.

"Juan!"

Terdengar suara keras dari pintu depan yang memanggil nama anak itu. Yibo tahu, itu suara Xiao Zhan. Detik berikutnya, pemuda itu menghambur ke dapur dengan wajah khawatir dan langsung berjongkok untuk memeluk Juan.

"Juan, Nak...hei, kamu kenapa?"

Juan tak menjawab, dia masih sesenggukan menangis sambil memeluk leher Xiao Zhan dan mulutnya terus memanggil Mamanya.

Pada akhirnya Xiao Zhan mendongak dan melihat suaminya yang berdiri acuh di depannya.

"Yibo...ada apa ini?"

.

.

TBC

A/N : Saya harap, di Chapter kedua ini nggak ada Silent readers ya....mohon untuk vote dan komen sebanyak mungkin agar lanjutnya cepet ^^

Selama edit ditemenin lagu Billie Eilish – I Wish You Were A Gay (Buat YiZhan banget /heh/ )

OKE MINTA VOTE DAN KOMEN GAES!!

Akhir Kata,

Arigatchu~ :*

Cr : Gambar semua dari Pinterest

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top