Chapter 9

Seperti yang sudah dijanjikan Miawly, mereka pergi menonton di bioskop. Pangeran menonton film pilihan Miawly yang bukan 'dia banget'. Bagaimana tidak? Film yang ditontonnya jelas kesukaan Miawly tipikal pecinta roman picisan. Akan tetapi Pangeran tidak ingin berkomentar apalagi mengatakan kalau dia tidak suka. Nonton berdua seperti ini saja dia sudah bersyukur.

"Ternyata filmnya boring. Gue pikir bagus," komentar Miawly.

Pangeran meneleng ke samping, menyadari tiba-tiba Miawly bersandar di pundaknya. Dia ingin tersenyum lebar ketika istrinya bersandar begini. Ya, ampun ... bucinnya sudah tahap kronis.

"Kamu mau keluar aja dari sini?" Pangeran mengusulkan ide yang lebih baik. Toh, dia setuju dengan yang dikatakan istrinya. "Atau, mau nunggu sampai selesai?"

"Gue mau tonton dulu film jelek ini berakhirnya gimana," jawabnya.

"Ya udah, kalau gitu."

Pangeran mengikuti keinginan Miawly, membiarkan istrinya bersandar dan mengunyah popcorn asin. Ingin rasanya dia menggenggam tangan Miawly tapi takut perempuan itu marah. Suasana hati Miawly naik turun. Bisa baik, bisa galak, ya, begitulah.

Tiba-tiba ponsel Pangeran bergetar. Dia merogoh ponselnya dari saku celana, lantas mengangkat panggilan masuk. Dia menutup sedikit mulutnya supaya suaranya tidak mengganggu ketenangan penonton lain.

"Halo? Kenapa, Cor?"

"..."

"Oke, oke, gue balik, deh. Tunggu, ya."

"..."

Pangeran menutup sambungan, sementara Miawly yang memperhatikan Pangeran mengangkat telepon sejak tadi langsung menatap heran.

"Siapa?" tanya Miawly. Suaranya terkesan seperti istri yang posesif.

"Corysha. Mobilnya mogok di dekat rumah kita. Mau pulang nggak? Kasian dia nungguin di jalanan sendirian," jelas Pangeran.

"Dia nggak punya pacar? Kenapa telepon lo?"

"Ya, kan, kebetulan mogoknya deket rumah kita. Kalau memang nggak mau pulang, kamu tunggu di sini dulu. Saya balik—"

"Ya udah, gue ikut. Lagi pula filmnya sampah mending balik aja," potong Miawly cepat.

Akhirnya, mereka berdua memutuskan keluar dari teater. Karena rumah mereka dekat dengan mal, maka hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai ke rumah. Namun, Mereka justru tidak langsung pulang karena mendatangi tempat Corysha menunggu di dalam mobil yang mogok.

Pangeran segera turun dari mobil menghampiri mobil Corysha yang ada di depannya. Dari dalam mobil Miawly mengamati kedekatan Pangeran dengan Corysha.

"Gila, sih, ya, mukanya Corysha cantik banget. Jadi siapa coba yang mau nolak bantuin dia?" gumam Miawly bermonolog sendiri.

Dan lagi Miawly kembali bermonolog sendiri mengomentari perempuan yang baru saja keluar dari mobilnya. "Rasanya nggak adil banget. Perempuan secantik itu otaknya encer, badannya langsing dan tinggi, terus dadanya gede. Apa, sih, yang kurang? Heran. Ini nggak adilnya kebanyakan."

Selama mengamati Miawly melihat Pangeran tertawa dan menyodorkan jaket bomber-nya untuk dipakai Corysha. Entah kenapa ada rasa cemburu yang datang menyapa.

"Idih ... dia nggak pernah kasih gue jaketnya bahkan tadi di bioskop aja nggak gitu. Masa lebih milih nutupin badan orang lain dibanding gue," gerutu Miawly agak jengkel.

Miawly menutup mulutnya rapat-rapat begitu menyadari Pangeran dan Corysha berjalan mendekat. Begitu keduanya sudah masuk ke mobil, Miawly mulai memaksakan senyum palsu.

"Hai, Mi. Aku nebeng sebentar boleh, ya?" tanya Corysha.

Dalam hati Miawly menjawab, ya, lo udah masuk, Mince. Ya, kali gue usir. Minta dicubit, nih.

"Boleh, kok, Kak," jawab Miawly pura-pura setuju.

"Makasih, ya, Mi."

"Iya, Kak Cor."

Pangeran melirik Miawly sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya lurus ke depan mulai mengendarai mobil. "Kita anter Corysha dulu ke rumah kakaknya. Rumahnya cuma beberapa blok dari rumah kita."

"Oh, ya? Aku baru tau Kak Corysha punya kakak."

"Lho, saya pikir kamu udah tau. Kakaknya Corysha itu tunangan sama temen segrupnya Chanel," kata Pangeran.

"Heelsara?"

"Iya."

"Oh, ya, ampun ... Axton Subroto itu kakaknya Kak Corysha? Kok aku baru tau, sih?"

Miawly tahu siapa Axton Subroto itu. Keturunan Subroto yang terkenal kaya raya pastilah menjadi target perempuan di luar sana. Salah satunya ada Shawn Fillan yang merupakan member band The Hasky—bagian dari keluarga Subroto tapi menggunakan marga ayahnya yang bule. Kalau tahu Corysha dari keluarga Subroto, dia semakin iri dan ingin protes sama Tuhan. Kenapa Corysha harus seberuntung ini?

"Mungkin kamu kurang up to date."

Miawly mengulang kembali ucapan Pangeran dengan gerakan bibir tanpa suara. Kurang up to date katanya? Jelas-jelas dia lebih up to date dari Pangeran. Dan kenapa Pangeran jadi lebih banyak bicara ketimbang kalau berdua dengannya?

"Kak Cor, Pangeran kalau di rumah sakit bawel, ya?" tanya Miawly tiba-tiba.

"Bawel? Nggak. Pangeran paling banyak diam dan dingin. Pasiennya suka kesel kalau dia ngomong seadanya," jawab Corysha.

"Masa, sih? Kalau di depan teman-temannya bawel nggak? Ya, kayak di depan Kak Cor, Kak Sabi, atau yang lain," tanya Miawly tambah penasaran.

Corysha menyadari tatapan Pangeran dari kaca spion. Sementara itu, Miawly sedikit berbalik badan ke belakang karena ingin tahu jawabannya.

"Kamu duduk yang bener. Jangan balik-balik begitu," ucap Pangeran pada Miawly.

Miawly berdecak. "Bilang aja nggak mau Kak Cor beberin soal lo. Dasar rubah!"

Corysha tertawa pelan hingga membuat Miawly menutup mulutnya. Miawly lupa kalau ada Corysha sampai keceplosan begitu. Dan akhirnya Miawly memilih duduk dengan benar dan menutup mulut rapat-rapat.

"Kalian lucu banget," komentar Corysha. Sejurus kemudian dia menambahkan, "Pangeran sama aja kok kalau di depan aku atau yang lain. Ya, bawelnya kalau kasih wejangan aja. Biarpun dia irit ngomong tapi Pangeran orangnya peduli. Apalagi soal kamu. Dia sering banggain kamu di depan kita semua."

Untuk kalimat yang terakhir Corysha agak melebihkan karena sebetulnya Pangeran tidak pernah melakukannya. Dia bahkan baru mengetahui soal Pangeran terhadap Miawly waktu Sabian membeberkan beberapa waktu lalu.

"Masa, sih? Pangeran Kodok banggain istrinya? Impossible!" cibir Miawly. "Satu-satunya hal yang Pangeran lakuin adalah menghujat aku, Kak. Kalau ngomong mana sedingin kulkas. Idih banget, deh."

"Itu keluh kesah Miawly, lho, Dan. Lain kali jangan irit-irit sama istri sendiri. Kalau dia suka ngobrol sama yang lain karena lebih ekspresif, kan, bahaya," ucap Corysha.

"Jangan gitu dong, Cor. Amit-amit, ah," sahut Pangeran.

Corysha hanya tertawa. Sedangkan Miawly kembali mengulang gaya bicara Pangeran dengan isyarat bibir.

Bertepatan dengan itu mobil yang dikendarai Pangeran tiba di depan rumah kakaknya Corysha.

"Kalian mau mampir dulu nggak?" tawar Corysha. Setelah mendengar kalimat tidak dari pasangan di depannya dia melanjutkan, "Kalau gitu makasih banyak atas tumpangannya. Hati-hati di jalan. Jangan lempar-lempar piring, ya, di rumah."

Setelah Corysha keluar dan masuk ke rumah kakaknya, barulah Pangeran mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Dan di sinilah peperangan sesungguhnya dimulai. Miawly mengeluarkan kalimat yang membuat Pangeran mengernyit heran.

"Kak Cor cantik banget, ya? Makanya pada rela nolongin dia. Bahkan, dikasih pinjem jaket segala," sindir Miawly.

"Hm?"

"Mana bisa bikin ketawa lagi. Coba kalau ngobrol sama gue, boro-boro dibales sepanjang jalan kereta. Jawabnya udah irit, tanpa ekspresi, jadi kalau ketawa juga sangat mustahil."

Pangeran baru ngeh soal jaket dan sindiran Miawly. "Kamu cemburu?"

"Cemburu? Ngapain amat," jawab Miawly jutek.

"Yakin?"

"Iya."

"Kenapa bahas soal jaket? Saya kasih jaket buat Corysha karena dia cuma pakai tank top. Kamu lihat sendiri, kan?"

"Ya, itu mah urusan dia. Salah sendiri malem-malem pakai tank top. Minta diperhatiin laki orang atau sengaja?" decak Miawly. "Gue aja nggak dikasih jaket pas di bioskop. Idih!"

"Kamu, kan, pakai kaus tebal gitu. Memangnya masih butuh jaket?"

"Ya, butuhlah. Gue juga kedinginan tau! Emangnya cuma Corysha aja!" jawab Miawly sewot.

"Oh, butuh. Kirain nggak."

Miawly berdecak kasar melirik Pangeran saat mendengar responsnya. Wah ... kenapa keterlaluan banget jadi suami? Bisa-bisanya responsnya cuma begitu. Juga, kenapa dia mendadak mendidih kayak dipanasin di atas kompor, sih? Suka-suka Pangeran juga mau ngapain sama jaketnya. Aduh, ada apa, sih, sampai dia kesal begini?

"Ah, lupain aja." Miawly memiringkan tubuhnya ke kiri melihat jalanan di luar. "Dasar, Kodok sialan!" umpatnya pelan.

Pangeran menarik senyum saat melihat Miawly sewot. Apakah ini artinya Miawly cemburu? Kalau memang tidak cemburu, kenapa harus sewot? Iya, kan? Dia tidak ingin terlalu senang karena takut salah menduga tapi suaranya Miawly terdengar tidak senang sepanjang membahas soal Corysha.

Hanya tinggal beberapa meter lagi dari rumah, Pangeran menepikan mobilnya. Dia duduk menyamping supaya dapat melihat Miawly.

"Kalau kamu cemburunya kayak gini bikin saya makin sayang, Miawly," ucap Pangeran jujur. "Fyi, Corysha dekat sama adiknya Felan yang namanya Kiano. Dia pindah ke rumah sakit Haritama karena disuruh Kiano."

Miawly berbalik badan sedikit hingga menghadap Pangeran. "Oh, ya?"

"Buat apa, sih, bohong? Kalau kamu kira saya ketawa karena lelucon Corysha, itu salah. Tadi saya ngomongin kamu. Dia nanya gimana kencan kita malam ini. Saya bilang kamu bete karena filmnya nggak sesuai ekspektasi. Alasan saya ketawa karena ngebayangin muka bete kamu," jelas Pangeran panjang lebar.

Miawly diam sejenak memandangi suaminya. Tuh, kan, buat apa, sih, dia mencak-mencak kayak habis digrepe orang asing? Padahal dia sendiri tahu bagaimana hubungan Pangeran dan Corysha yang hanya sebatas teman di rumah sakit. Namun, ini kali pertama Pangeran bicara sepanjang itu. Entah ada berapa baris kalimat tapi intinya lumayan membuat Miawly sadar kalau di beberapa kesempatan suaminya bisa bicara panjang kayak kereta.

"Oh, gitu," respons Miawly. "Ya udah, lupain aja."

Pangeran semakin menarik senyum lebar hingga lesung pipinya yang dalam itu terlihat jelas. "Kamu tau, kalau cemburu gini bikin saya makin takut kehilangan kamu."

Miawly jadi malu sendiri. Dia rasa pipinya merah padam karena detak jantungnya sudah tidak beraturan. Untungnya mobil gelap, kalau tidak bisa ketahuan dia salah tingkah.

"Berisik. Udah, ah, buruan pulang. Gue mau—"

Miawly tidak melanjutkan kata-katanya karena Pangeran mencium pipi kirinya. Dia mendadak diam membisu.

"Saya cinta sama kamu. Sangat mencintai kamu. Makasih udah cemburu. Seenggaknya saya tau kamu mulai tertarik," ucap Pangeran sambil tersenyum.

Miawly buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia ingin mengelak soal cemburu tapi entah kenapa hati kecilnya girang karena dicium Pangeran. Ya, ampun ... kenapa, sih, dia mendadak kayak ABG yang lagi kasmaran gini? Aduh, kenapa laki-lakinya harus si Manusia Es?!

*****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top