Chapter 10
Hari ini adalah hari yang paling Miawly benci. Alasannya simpel; dia tidak suka ikut acara liburan bersama keluarga Adibroto. Sumpah ... dia ingin mengamuk. Sialnya, kalau dia menolak bisa diceramahi tujuh hari tujuh malam dan diguyur kembang tujuh rupa. Mau tidak mau akhirnya dia ikut mengajak suaminya juga. Sepupunya yang lain turut mengajak pasangan meski ada yang belum sampai tahap menikah. Katanya ini bisa menjadi momen untuk mengenalkan kepada semua keluarga calon istri atau suami yang akan bergabung dengan keluarga Adibroto.
Mereka pergi berlibur ke pulau Bali. Ada villa milik keluarga Adibroto yang selalu siap menjadi tempat menginap. Rumahnya memiliki sepuluh kamar sehingga dapat menampung banyak orang.
Saat ini Miawly duduk bersebelahan dengan sepupunya, Chanel. Sementara yang lain sedang berenang dan tertawa riang atau mengobrol.
"Sumpah, ya, gue sebel sama acara kampret kayak gini," bisik Miawly pada Chanel.
"Lo sebel tapi Pangeran suka," balas Chanel.
"Ya, sama aja dong kayak Jonathan. Udah mantan ngapain diajak? Masih cinta, ya?" goda Miawly.
"Ya, masa gue ajak sembarang laki? Lebih baik gue ajak Jo yang udah kenal keluarga kita dengan baik."
"Bener juga. Cuma tinggal lo, nih, yang belum nikah. Buruan nikah dong terus kasih gue bayi yang lucu," kata Miawly.
Chanel geleng-geleng kepala. "Kenapa nggak lo duluan aja? Lo udah punya suami, ya, bikinlah. Masa nyuruh orang."
"Bikin sama Pangeran?"
Chanel memutar bola matanya. "Menurut lo? Masa sama sepupunya Pangeran."
"Sepupunya yang pernah lo pacarin itu? Gila, ya, sepupu gue murahan banget sampai pacaran sama banyak laki-laki. Udah kayak piala bergilir aja."
"Sialan lo!"
Miawly tertawa. Lalu tiba-tiba ucapan Chanel terngiang di kepalanya. Bikin anak sama Pangeran? Ya, ampun, dikira kue kali, ya, bikin segala. Namun, selama mereka menikah tidak pernah satu kamar. Kalau orang tuanya dan orang tua Pangeran tahu bisa diceramahi seminggu penuh. Akan tetapi, mulai hari ini setelah tiba di Bali mereka akan satu kamar. Iya, bukan tidur terpisah lagi.
Secara tidak sadar dia memandangi Pangeran yang sedang berbincang dengan Jonathan. Entah kenapa perasaannya mudah teraduk seperti semen. Sialnya, Pangeran melihat tepat ke arahnya sehingga dia buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Ih, si Bego! Buat apa, sih, nengok-nengok ke sini!" Miawly bermonolog sendiri.
Chanel langsung meneleng ke samping. "Siapa yang bego?"
"Bukan siapa-siapa," jawab Miawly sambil menggeleng. "Btw, minggu depan temenin gue nonton konser Overtime, dong. Ajak Jonathan sekalian. Mau, ya? Gue nggak mau cuma nonton berduaan sama Pangeran busuk."
"Mau nontonin mantan lo?"
"Ya, nggaklah. Sebelum gue pacarin si Kutu itu, gue udah suka sama band-nya. Ini gara-gara lo juga, sih, kenalin gue sama dia," jawab Miawly. Nada bicaranya terdengar sebal.
"Kenapa nyalahin gue? Selera lo, kan, tipe-tipe anak band sama boyband gitu. Buktinya pernah pacaran juga sama Ron," ledek Chanel.
Miawly membekap mulut Chanel. Untuk mantan yang satu itu tidak ada yang tahu kecuali Chanel. Pasalnya waktu dia pacaran sama personel Five Prince, popularitas boyband sedang memuncak. Akibat hal itu pula hubungan mereka kandas karena Ron sibuk.
"Ternyata bukan gue pemegang rekor mantan terbanyak tapi lo." Chanel kembali meledek. "Bahas soal mantan, Pangeran tau nggak lo pacaran sama Ron? Mustahil kayaknya dia nggak tau lo gebet personel Five Prince itu."
"Nggak, deh, kayaknya. Udah, ah, diem aja. Ngapain, sih, bahas─"
"Saya baru tau kamu pacaran sama personel Five Prince itu," sela Pangeran.
Miawly tersentak kaget menoleh ke samping. "Astagaaaa! Kok bisa lo ada di sini, sih?!"
Chanel menertawakan Miawly. Soalnya dia sengaja bertanya lebih jauh karena sadar ada Pangeran. Kemudian dia bangun dari tempat duduknya.
"Gue cabut, deh, mau samper Jo. See you, Meong," pamit Chanel, yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Miawly berdua dengan suaminya.
"Dasar iblis! Bener-bener lu, ya, Chanel! Bangke!" teriak Miawly kesal.
Pangeran tetap berdiri sambil bersedekap di dada. "Oh, jadi kamu suka tipe-tipe anak boyband kayak gitu? Ron yang paling pintar di antara yang lain, kan?"
Miawly bangun dari duduknya. "Iya, terus jago beladiri. Memangnya lo! Apa coba yang lo bisa?"
"Cium kamu."
Miawly berdecak. "Mana bisa diitung! Semua mantan gue juga bisa kalau kayak gitu!"
"Ya elah, Kucing, ngomong sama Pangeran jangan pakai urat mulu kenapa. Cepet tua lo," ledek Jevin. Dia sedang lewat di samping Pangeran dan bisa mendengar betapa ngegas-nya Miawly.
"Apa lo, Junet! Ikutan aja!"
Jevan yang kebetulan lewat di dekat Pangeran langsung menoleh. "Ya, ampun, Mi. Kenapa? Jevin bikin masalah apa?"
Jevin menjawab, "Bukan gue, tapi si Kucing. Masa ngomong sama suaminya kayak benci tujuh turunan. Lama-lama Pangeran bisa mati karena makan hati mulu."
"Harusnya gue mempertanyakan kenapa ada perempuan mau sama lo. Idih ... playboy cap kadal!" balas Miawly tak mau kalah.
"Cukup, cukup. Kalian berdua demen banget ribut. Malu dong diliatin Pangeran," lerai Jevan.
Miawly mendengkus kasar. Dia bangun dari duduknya dan mendekati Jevan yang menggendong Kyomi.
"Udah, ah, mending gue main sama Kyomi. Aduh, lucu banget, sih, Kyomi keponakanku," ucap Miawly seraya mencubit gemas pipi Kyomi.
"Makanya bikin, dong. Jangan ajak main anak orang mulu," ucap Jevin jahil.
Sebelum Jevin kena pukul Miawly, laki-laki itu sudah kabur duluan. Miawly mengambil napas dalam-dalam guna mengumpulkan suaranya supaya dapat berteriak keras. Sebelum dia teriak, dia lebih dulu menutup telinga anaknya Kenzo.
"Dasar setan!" teriak Miawly jengkel.
Pangeran yang memperhatikan tingkah laku Miawly tertawa pelan. Istrinya makin lucu aja. Kasihan, kan, hatinya jatuh semakin dalam. Aduh!
*****
Setelah acara makan malam dan mengobrol singkat selesai, Miawly pergi mandi. Sambil berendam, Miawly ditemani lilin aromaterapi yang menenangkan pikiran dan alunan lagu Stuck with You milik Ariana Grande ft Justin Bieber.
Sesekali Miawly ikut bersenandung mengikuti lirik lagunya. Ternyata di balik semua acara yang dia benci ada hal menyenangkan yang bisa dia lakukan. Biasanya kalau di rumah dia suka tidak sempat berendam karena kelewat malas.
Tepat saat sedang menyanyikan bait-bait lagu, ponselnya bergetar. Dengan cepat dia menyeka tangannya yang basah dengan handuk kecil di pinggir bathtup. Dia melihat nama Bawika tertera sebagai si pengirim pesan.
Hyun Bin: Hei, Song Hye Kyo. Gimana liburannya di Bali?
Miawly membalas dengan senyuman.
Miawly: Well ... yeah, not bad. How's Sydney?
Hyun Bin: Lumayan seru. Mungkin kayak kamu juga nggak terlalu suka ikut acara keluarga. Hehe...
Miawly menemukan kegemasan yang hakiki di dalam pesan teks Bawika. Entah kenapa selama dia chatting-an, dia selalu tersenyum tanpa sebab.
Miawly: Ah, copycat aja. Btw, jangan lupa makan yang banyak. Kalau nggak salah cuaca di sana lagi dingin banget.
Hyun Bin: Haha... I know. Untuk urusan makan, saya nggak pernah lupa. Anyway, cuaca di sini lagi bagus. Wait.
Beberapa detik kemudian Bawika mengirim foto pemandangan di Sydney. Lalu, ada tulisan lain yang masuk.
Hyun Bin: It's beautiful. Like someone. (Re: You)
Wajah Miawly mendadak merah padam. Saking gemasnya, dia mencium layar ponselnya sendiri hingga terlepas dari genggaman.
"Fak! Hape gue!"
Kesenangan Miawly berakhir ketika ponsel sudah menyebur ikutan mandi ke dalam bathtub. Dengan cepat Miawly merogoh lantai bathtub dan ketemu. Nahasnya, ponsel tak lagi bernyawa alias mati mendadak. Miawly menggigit bibir bawahnya kesal.
"Hape bego! Sebel!" gerutu Miawly, menyalahkan ponsel yang jelas-jelas tidak melakukan apa-apa cuma iseng nyebur duluan. "Untung gue catet nomor Bawika di hape satu lagi. Dasar ngeselin!"
Kesenangan Miawly berakhir. Dia tak lagi mood berendam karena ponsel kesayangannya mati. Dia pun keluar dari bathtub. Ketika akan menutup diri dengan handuk, dia tidak melihat salah satunya.
"Aduh ... pasti ketinggalan di bangku meja rias. Kebiasaan banget," dumel Miawly bermonolog sendiri.
Dengan cepat dia membuka pintu dan keluar dalam keadaan telanjang serta tubuh yang basah. Untung saja rambutnya sudah dikuncir dengan jepitan supaya tidak terlalu ribet saat keluar. Seperti tidak ada dosa Miawly lupa kalau dia satu kamar dengan Pangeran. Matanya terbelalak kaget saat menyadari Pangeran berdiri di depannya dengan mulut terbuka lebar.
"AARRRGHHHHHHH!!"
Miawly berteriak sekencang-kencangnya, sementara Pangeran buru-buru mengalihkan pandangannya.
Detik itu pula Miawly langsung kembali ke kamar mandi lagi, melupakan handuknya karena malu. Bayangkan saja Pangeran melihat tubuhnya! Semuanya tanpa terkecuali! Mana dia tidak tutup bagian tertentu pula dengan tangannya. Sungguh kebodohan yang fatal.
Walau awalnya Pangeran sempat mengalihkan pandangan, tetapi saat Miawly berbalik badan dia kembali memandangi tubuh indah itu. Punggung Miawly terekspos dan ada beberapa hal yang dapat dia tangkap selain keindahan bokongnya.
"Bego, bego, bego!!" Miawly memukul keningnya berulang kali dengan gemasnya. "Ya, Tuhan ... jangan bilang Pangeran lihat seluruh tubuh gue! Tolong, tolong, semoga blur tadi!"
Bagaimana dia bisa keluar dengan perasaan malu begini? Ya, amplop! Musnahkan saja dia sekarang. Dosa apa, sih, sampai harus kelewat bodoh gini?!
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top