BAB XXX

Kedua pria tampan itu kini saling berhadapan, masih saling menatap, tetapi belum berujar. Apalagi, saat Chanyeol yang merasa terkejut akan kehadiran Sehun secara tiba-tiba. Sebenarnya pun, ia kini menanti jawaban atas pertanyaannya. Akan tetapi, Sehun tidak kunjung menjawabnya.

Sehun masih ingin mengamati Chanyeol yang terlihat frutasi, hingga akhirnya melempar minuman soda dengan kadar alkohol rendah kepada Chanyeol. Beruntung, Chanyeol ahli dalam menangkap bola dan benda apapun, sehingga ia dapat menangkapnya.

Dengan raut bingung, Chanyeol menatap Sehun yang kini membuka minuman sodanya dan pribadi itu bahkan langsung duduk di samping Chanyeol yang masih berdiri di atas lapangan basket. Seakan, pertanyaannya tidak penting.

Sehun yang telah meneguk minuman sodanya, mengamati Chanyeol yang masih berdiri lalu berdeham. "Duduklah, Yeol. Sungguh, aku cukup lelah berdiri sejak tadi hanya untuk mengamatimu dengan Weiwei."

Sekejap, Chanyeol tertegun dan langsung duduk untuk sejajar dengan Sehun yang raut wajahnya sangat santai. "Mengamatiku dengan Weiwei? Itu berarti, kau menguntitku?"

Tutur kata itu tidak menyenangkan hati Sehun. Kurang kerjaan sekali saat ia dikata tengah menguntitnya. Itu hanya kebetulan saja, saat ia baru saja selesai membahas proyek kerja sama di salah satu kafe, ia melihat mereka berdua dan memutuskan untuk mengamati. Mana tahu, jika Weiwei mengutarakan perasaannya dan ia malah memilih untuk mengikuti Chanyeol. Ia hanya ingin tahu beberapa hal dari Chanyeol.

"Aku tidak menguntitmu, hanya kebetulan. Aku mendengarmu berbicara dengan Weiwei dan aku malah mengekorimu ke sini," jawabnya. Walau apa yang Sehun lakukan tetaplah masuk ke dalam kategori menguntit.

Chanyeol pun dibuat berdecak. "Itu sama saja, Sehun. Akan tetapi, kenapa kau melakukannya? Dan kumohon, pergilah dari sini, aku---"

"Ini tempat umum. Siapapun bisa ke sini," balas Sehun yang membuat Chanyeol cukup kesal.

Tidak ingin berdebat, pria jangkung itu memilih untuk melangkah, tetapi Sehun langsung menahannya.

"Kau ini bagaimana, sih? Kau ingin meninggalkanku? Ayolah, duduk di sini dan ungkapkan semua isi hatimu. Sudah sangat lama, kita tidak berbagi cerita," tambahnya.

Serta-merta membuat Chanyeol berpikir, walau ia tidak ingin membicarakan apapun kepada siapapun itu, termasuk pada Sehun, tetapi ia tetap saja mengabulkan permintaan itu dan kini duduk di samping Sehun. Bahkan, langsung membuka minuman soda miliknya dan meneguknya.

Sehun yang mengamati raut wajah Chanyeol yang frustasi, langsung menghela napas. "Aku tahu, kau tidak bisa melupakan Misun sampai saat ini, tetapi kau harus tahu Yeol, kau tidak bisa seperti ini terus menerus," ucap Sehun seraya menatap lurus ke depan, membuat Chanyeol yang meneguk minumannya tersenyum miris.

"Sungguh, aku tidak mengerti maksudmu, Sehun. Memangnya, ada apa dengan diriku sehingga kau menyuruhku untuk tidak seperti ini terus menerus? Aku sangat bingung," ucapnya seraya menatap Sehun yang masih menatap lurus ke depan.

"Perihal kau yang menutup mata dan telingamu di mana itu berhubungan dengan hati. Kau hanya fokus pada satu tujuan, membahagiakan kedua anakmu, sehingga tidak pernah mengerti soal perasaan seseorang---"

"Karena hatiku hanya untuk Misun, Sehun. Sampai sekarang dan aku tidak memerlukan siapapun lagi," pangkas Chanyeol.

Akan tetapi, Sehun malah tersenyum tipis. "Singkat saja, kalau memang seperti itu, kenapa kau terlihat gelisah? Kenapa kau dibuat pusing dengan penolakanmu pada Weiwei yang pasti, akan belajar menghapus rasa cintanya kepadamu? Kenapa kau seperti itu? Apa kau bisa menjawabnya?" tanya Sehun yang sontak mengalihkan pandangan untuk menatap Chanyeol.

Alhasil, Chanyeol dibuat kelu pada bibirnya. Serasa, ia bingung untuk menjawab, padahal itu pertanyaan sangat mudah. Sehun yang melihat itupun, langsung menyunggingkan senyum. "Yap! Itu karena kau ada rasa, tetapi kau tidak bisa memahaminya. Ada debaran yang tidak bisa kau jelaskan saat berada didekatnya, tetapi kau terus menampik debaran itu. Itu perasaan cinta, Yeol!"

"Sama seperti saat aku merasakannya pada seorang gadis," tambah Sehun dengan senyum tipis.

Sehun pun langsung teringat masa-masa kedekatannya dengan Weiwei, tetapi Weiwei hanya menyukai Chanyeol, sampai sekarang ini. Hal itu, membuatnya sangat terluka, tetapi ia tidak ingin melukai Weiwei lebih dalam lagi (saat Weiwei melihat Chanyeol berkencan dengan Misun) jika memaksakan kehendak dari perasaannya. Itu kenapa, ia mencoba untuk berbicara dengan Chanyeol saat melihat rasa khawatir Weiwei ditrotoar tadi---bahkan gadis bermata bulat itu menangis saat mengutarakan isi hatinya selama ini kepada Chanyeol.

Chanyeol hanya memejamkan mata. "Aku tidak bisa memahami apapun, Sehun. Lagipula, menurutku itu tidak mungkin. Akan tetapi, mendengar Weiwei tadi, membuat hatiku sangat gelisah. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku harus gelisah?" balas Chanyeol dengan lirih.

"Aku memahami itu, tetapi aku sarankan, cobalah untuk memahami situasi itu seorang diri. Cobalah pahami kegelisahan itu, sebab kau akan langsung mendapatkan jawabannya. Itu sudah sangat pasti." Sehun berujar sembari membenturkan kaleng minuman sodanya ke kaleng Chanyeol untuk bersulang dan keduanya bersamaan meneguk minuman soda itu.

Chanyeol pun dibuat terdiam, mencoba mengerti maksud Sehun. Melihat temannya itu, membuat Sehun memegangi pundak Chanyeol. "Aku harap, kau tidak membuat kesalahan, Yeol!" tuturnya dengan suara pelan, dan terdengar penuh penekanan dipendengarannya. Seakan, ada makna lain yang tidak bisa ditangkapnya.

Itu memang benar. Kali ini, Sehun mencoba untuk membinasakan perasaannya walau selalu saja berakhir gagal. Namun, sepertinya, kali ini ia akan berhasil melupakan Weiwei, mengingat takdir seakan mendekatkan dua pribadi itu.

Pun keyakinan Sehun terus bertambah, saat terus mengamati Chanyeol yang sepertinya  juga memiliki rasa kepada Weiwei. Hal ini ia lakukan, hanya ingin menyatukan dua hati yang seharusnya bersatu, tetapi keadaan seakan memisahkan.

Apalagi, tidak ada yang tahu bagaimana alur takdir akan berjalan, bukan?

***

Weiwei berjalan dengan isakan yang masih ada, membelah gelapnya malam dengan rembulan sebagai sinar untuk menerangi jalannya. Tanpa haluan, terus membiarkan kedua kakinya berpijak di trotoar.

"Weiwei, kau harus tahu, aku tidak bisa membalas perasaan itu kepadamu. Maafkan aku."

Gadis itupun langsung tertawa pilu. Ia seharusnya paham jika Chanyeol tidak bisa membalas perasaannya. Akan tetapi, kenapa ia kukuh untuk tetap mengatakannya?

"Rasanya sangat sakit, melebihi apapun," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca, dan napas yang terasa sesak.

Gadis bermata bulat itu, sontak  berhenti untuk mengamati sekitar dan berakhir menatap rembulan cukup lama. Kemudian, ia pun memejamkan matanya dan menghembuskan napas lalu mengangguk mantap. "Kali ini, aku akan belajar untuk benar-benar melupakan perasaan ini kepadamu, Chanyeol. Dan aku sangat yakin, aku pasti bisa." Sambil membuka kedua matanya lalu menghapus tetesan air yang membasahi lembah pipinya.

Keputusannya itu memang benar. Setidaknya saat ini, ia sudah tahu akan isi hati Chanyeol, dan setelah mendengarnya, ia sudah membuat keputusan untuk benar-benar menghapus perasaannya itu.

Lagipula, ini demi kebaikan dirinya dan kebaikan Chanyeol.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top