BAB XXVIII
Kedua mata bulat itu tidak melepaskan pandangan dari apa yang ada di hadapannya. Bahkan, ia menghiraukan pekerjaannya---membiarkan laptop berisi olahan data terus menyala. Apalagi, saat suara-suara di ruangan ini yang terdengar, seakan ia menulikan kedua telinganya.
Gadis itu, Weiwei tidak bisa memfokuskan diri saat pikirannya hanya berisi soal kemarin, tepat saat ia ingin memukul Chanyeol. "Aku sudah tidak waras!" Sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan kala hal yang terjadi setelah itu langsung terputar.
Bisa-bisanya ia tidak mengetahui jika itu adalah Chanyeol dan bisa-bisanya ia melakukan itu. "Bahkan, di sana ada---"
"Ada apa, Weiwei? Kau kenapa?"
Dengan kilat, membuat Weiwei yang menutup wajahnya dan berkelana dengan dunianya sendiri, langsung terkejut. Ia baru sadar, sekarang ia berada di tempat umum seperti kantor. Tentunya, akan mendapat banyak tatapan aneh dari rekan yang lain. Seperti sekarang ini.
Weiwei pun hanya tersenyum canggung sembari membungkukkan tubuh kepada rekan lainnya seakan bermakna, ia baik-baik saja. Lantas, mengalihkan pandangan pada Yoora yang menatap ke arahnya dengan er … tatapan yang membuatnya serasa terintimidasi.
"Eh, apa ada yang kau butuhkan?" tanya Weiwei agak canggung sembari kembali pada pekerjaannya, tetapi ia bingung sendiri untuk melakukan hal apa. Otak dan pikirannya serasa korsleting.
Dengan datar, Yoora menggeleng. "Aku mengamatimu sejak tadi, dan kau terus saja melamun. Apa kau ada masalah?" tanya Yoora balik, lalu menatap sekitarnya dan ia langsung menarik kursi agar bisa berbicara lebih luwes dengan Weiwei yang sedang duduk.
Weiwei mencoba sibuk dengan komputer, diselingi dengan gelengan. "Aku baik-baik saja. Aku hanya memikirkan soal pekerjaan ini---"
"Pekerjaan?" Yoora mengulangi tutur kata itu dengan mengamati layar komputer Weiwei berisi data yang belum dioptimalkan. Memang, Yoora tahu tugas Weiwei sebab ialah yang memberitahunya sejam lalu, tetapi kenapa belum juga usai? Bahkan, Weiwei mengakses laman yang berbeda.
Tentu saja, Weiwei tidak memikirkan soal pekerjaan. Lagipula, kenapa harus dibuat pusing? Tugas Weiwei hari ini pun tidak memberatkan seperti dirinya yang harus membantu Chen untuk membuat kode-kode pemograman. Sekalipun sulit, ia mencoba tidak membuat dirinya pusing dengan itu.
"Iya, pekerjaan. Aku …." Weiwei menggantung ucapannya lalu mengamati layar komputernya dengan detail. Sekilat, ia baru sadar jika laman dan tugasnya tidak berkesinambung. Alhasil, Yoora tersenyum tipis.
"Ayolah, Weiwei. Kita teman dan sebagai teman, aku selalu siap mendengar beban ataupun rasa senangmu," ucapnya. Lalu hendak berkata saat teringat satu hal. "Dan oh iya, apa kau benar-benar tidak ada hubungan lebih dengan Sir? Atau kau baru saja ingin membuat hubungan dengannya---"
"Yak! Aku tidak punya hubungan apapun dengan Sir selain rekan kerja dan teman. Lagipula, aku sama sekali tidak pernah mengagumi Sir, sekalipun. Memang, dia tampan! Tetapi hatiku tidak merasakan sesuatu yang berdebar dan lagi ... aku hanya suka pada satu orang saja …," jelas Weiwei yang kemudian menutup wajahnya saat mengatakan hal itu kepada Yoora.
"Yoora, aku akan mengerjakan tugas ini. Aku lumayan sibuk," ucapnya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
Namun, Yoora mengabaikannya dan langsung menekan beberapa tombol yang membuat Weiwei keluar dari laman itu.
"Yak! Kau---"
"Masih ada waktu untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Akan tetapi, aku ingin mendengar apa yang menjadi bebanmu. Kau harus membaginya agar kau bisa tenang dan aku siap mendengarnya," ucap Yoora yang membuat Weiwei mengerjap-erjapkan kedua matanya.
"Tetapi---"
Yoora menggeleng dan langsung menarik pergelangan tangan Weiwei. "Tidak ada tapi-tapi! Ayo, sangat tidak menyenangkan jika membahasnya di tempat ini."
***
Weiwei akui, Yoora memang luar biasa yang membuatnya bisa bercerita, semua masalahnya soal hati tanpa ragu. Ya, walau sempat ada keraguan, tetapi Yoora menghilangkah keraguan itu. Bahkan, Yoora benar-benar mendengarnya dengan seksama.
Sungguh, ini kali pertamanya Weiwei menceritakan hal yang telah disimpannya sejak dulu---kepada Yoora yang baru ia kenal.
Ada rasa malu dan gelisah, hingga gadis itu meloloskan helaan napas. "Sungguh, Yoora. Aku ingin keluar dari perasaan tidak jelas ini, tetapi Tuhan seakan membuatku semakin dekat dengan dia. Aku … aku bingung dan aku hanya bisa memendamnya saja," ucap Weiwei lalu menyeruput gelas berisi cappucinonya.
Yoora yang sejak tadi hanya mendengar dan mengamati, terlebih dahulu menyisir rambutnya ke belakang lalu menatap Weiwei dengan senyum sederhana. "Dasar bodoh!" Yoora menghardik dengan ekspresi sama, membuat Weiwei tertegun.
Dengan bingung, Weiwei menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Bodoh? Yak!"
Yoora mengangguk berulang kali dan mengabaikan kekesalan Weiwei. "Ya, kau sangat bodoh, karena memendam perasaan itu! Bahkan, kau tidak pernah sama sekali mengatakannya. Jika pun nantinya ada penolakan, setidaknya kau sudah mengutarakannya dan membebaskan dirimu."
Mendengar itu, membuat Weiwei tersenyum miris. "Kau mengatakannya seakan sangat mudah. Seperti yang kukatakan, dia sudah berkencan dengan temanku sendiri---"
"Tetapi sekarang, temanmu itu sudah meninggal'kan? Itu sebuah kesempatan. Mana tahu, dia juga menyukaimu balik setelah bertemu denganmu dikondisi yang tidak pernah diduga," pangkas Yoora yang membuat Weiwei tiba-tiba berdiri sembari menggeleng.
"Itu tidak mungkin. Kami hanya teman."
Alhasil, Yoora tertawa pelan seraya bangkit dari duduknya. "Akan tetapi, tidak ada yang tidak mungkin, Weiwei. Pertemuan kalian setelah sekian lamanya, seakan takdir memang ingin jika kalian bersatu."
Yoora lalu mengangguk sebab setuju dengan pemikirannya. "Itu benar. Jadi, kusarankan kau untuk mengutarakan isi hatimu. Rasa yang kau pendam dan simpan untuk pria bernama Shin Chanyeol harus tersampaikan pada orangnya."
"Namun, aku takut jika setelah mengutarakannya, dia akan menjauh dan membenciku. Itu yang selalu kupikirkan, walau hatiku sangat ingin memilikinya jika aku bisa egois," tuturnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Yoora memahaminya dan langsung merangkul bahu Weiwei. "Itu tidak benar, teman. Akan tetapi, satu hal yang harus kau tahu! Mengutarakan isi hatimu, akan membuat hatimu cukup tenang. Jadi saranku, lakukan itu. Kau harus yakin pada dirimu, dia tidak akan membencimu."
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top