BAB XXIX

Pria itu terus memikirkan hal yang menurutnya tidak mungkin. Entahlah, ia bingung juga saat isi kepalanya hanya tentang Baekhyun yang mengatakan, Weiwei seolah-olah memiliki perasaan kepadanya. Akan tetapi, hatinya selalu mengelak. Mana mungkin?

Alhasil, Chanyeol semakin bingung dengan dirinya sendiri. Memang, ia merasa aneh pada dirinya saat berdekatan dengan Weiwei, tetapi itu tidak mungkin'kan? Lagipula, mana mau Weiwei bersama duda dua anak tanpa pekerjaan yang seimbang dengan gadis itu. 

Chanyeol menyetujui. Weiwei lulusan ilmu komputer dan bekerja sebagai programer, sementara dirinya? Hanya lulusan sekolah menengah atas dan berakhir bekerja sebagai koki---keahlian lain dari dirinya selama ini. Menurutnya, sangat tidak mungkin jika Weiwei menyukai pria seperti dirinya. Bagaikan bumi dan langit.

"Tetapi kenapa hal ini terus membebaniku?" gumamnya pada diri sendiri seraya membiarkan kedua kakinya melangkah lurus ke depan dengan fokus yang entah ke mana.

Tidak lama, ia memejamkan mata. Pada detik itu pun, seseorang langsung menarik jemarinya dan bersamaan dengan mobil yang melintas.

Chanyeol mengerjap-erjapkan kedua matanya. Apa yang ia pikirkan sehingga hampir terserempet seperti tadi? Untung saja, seseorang menyelamatkannya dan itu adalah ….

"Weiwei?"

Akan tetapi, gadis itu tidak peduli dengan keterkejutan Chanyeol. Ia sangat khawatir, serasa jantungnya ingin berhenti diwaktu bersamaan.

"Apa kau baik-baik saja, Yeol? Ada apa dengan dirimu?" tanya Weiwei seraya mengamati dan meraba tubuh Chanyeol yang kemungkinan akan terluka.

Chanyeol pun hanya terdiam, melihat Weiwei yang sangat khawatir akan dirinya, padahal ia baik-baik saja.

"Yeol, kenapa kau diam saja? Apa kau terluka?" tanyanya memastikan lalu mengangguk dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Kalau begitu, ayo ke rumah sakit! Aku akan membawamu ke sana---"

"Weiwei! Aku baik-baik saja. Kendalikan dirimu!" pangkas Chanyeol seraya memegang kedua bahu Weiwei yang merasa gemetar. Seakan, Weiwei baru saja merasakan ketakutan yang hebat. 

Namun, bukannya merasa baik, Weiwei malah menangis---meneteskan air matanya begitu saja dan merasakan tubuhnya yang lemas. "Aku … aku takut jika terjadi sesuatu kepadamu," ujarnya dengan gemetar diselingi dengan isakan.

Sekejap, Chanyeol mengamati Weiwei begitu dalam. Mencoba mencari sesuatu, hingga ia menghela napas panjang. "Kenapa kau sangat khawatir? Maksudku, aku baik-baik saja---"

"Karena aku mencintaimu, Yeol."

Deg!

"Aku … aku tidak bisa melihatmu terluka sedikit saja sebab jika kau terluka, akulah yang merasakan luka itu, Yeol," tambahnya. Semakin membuat Chanyeol terdiam dengan rasa yang berkecamuk.

"Tetapi---"

Dengan kedua mata yang bertemu, Chanyeol kembali bertanya, "Sejak kapan?" 

Mendengar pertanyaan itu, membuat Weiwei menggigiti bibir bawahnya. Ia seharusnya tidak mengatakan hal itu, diwaktu seperti ini. Apalagi, Chanyeol malah menatapnya sangat lekat dan ia tidak mengerti arti tatapan itu.

Dengan ragu, ia lalu menghela napas. "Sejak kita bertemu, saat kau menolongku dari Jisu dan terus melindungiku."

"Sejak saat itu, aku mulai menyukaimu. Awalnya, hanya sebuah rasa kagum, tetapi lambat laun rasa itu terus bertambah dan berlanjut hingga kini. Memang, aku salah karena menyukaimu yang tidak lain adalah pujaan hati sahabatku sendiri. Akan tetapi, aku bisa apa, Yeol?"

"Aku tidak berdaya," tambah Weiwei. Untung saja, trotoar yang mereka lewati tidak terlalu ramai akan pejalan kaki sebab sekarang sudah malam, sehingga ada ruang untuk mereka berbicara---walau itu hanya sedikit.

Chanyeol yang mendengarnya pun, memejamkan mata. Tidak pernah membayangkan jika perkataan Baekhyun soal tatapan lebih dari Weiwei kepadanya, ternyata benar. Weiwei menyukai dirinya dan hal itu membuatnya kebingungan.

"Yeol, aku mencintaimu sampai sekarang. Akan tetapi, aku---"

"Weiwei, kau harus tahu, aku tidak bisa membalas perasaan itu kepadamu. Maafkan aku," ujarnya tidak enak hati. Bahkan, saat Chanyeol langsung meninggalkan Weiwei yang terdiam---mencoba mencerna tutur kata itu dengan matanya yang terus terasa memanas.

Weiwei tidak bisa menghentikan Chanyeol yang terus melangkah, termasuk ia tidak bisa menghentikan tangisnya yang terus menetes membasahi pipinya.

Weiwei malah makin terisak. Dadanya terasa sesak kala mendengar jawaban Chanyeol. Sekalipun ia tahu jawaban itu, kenapa hatinya merasa sangat hancur berkeping-keping?

***

Pria itu saat ini berada di lapangan basket seorang diri. Dilarut malam dan tidak ada rasa takut sedikit pun, sembari mengamati sebuah foto yang selalu disimpan dan dibawanya ke mana-mana.

Itu foto dirinya, Misun, Sehun dan Weiwei. Mereka sempat berfoto, tepat sebelum ujian akan dimulai. Akan tetapi, kedua mata cokelatnya malah fokus pada presensi Weiwei yang tersenyum kaku difoto itu.

"Karena aku mencintaimu, Yeol."

"Aku … aku tidak bisa melihatmu terluka sedikit saja sebab jika kau terluka, akulah yang merasakan luka itu, Yeol."

Pria itu langsung memejamkan matanya, lantas menyisir rambutnya ke belakang. "Kenapa kau mencintaiku, Weiwei? Kenapa kau menyimpan perasaan itu saat kau tahu, aku hanya mencintai Misun?"

"Kenapa kau tidak menghapus perasaanmu kepadaku, saat aku sangat jelas tidak bisa membalasnya. Lagipula, ditilik dari segi manapun, kau dan aku sangat berbeda. Kau … kau bisa menemukan pria lebih baik dari diriku, Weiwei," ucapnya pada dirinya sendiri, membiarkan air matanya lolos begitu saja.

Sungguh, Chanyeol bingung dengan dirinya yang tiba-tiba saja menangis setelah memberi jawaban sebuah penolakan. Serasa, ia merasakan luka pada dirinya saat melihat Weiwei menangis seperti itu dan hatinya merasa terbebani.

Ia bertanya-tanya, ada apa dengan dirinya? Bukankah, dengan memberi penolakan, ia akan merasa tenang di mana Weiwei tentu akan menghapus perasaan itu kepadanya?

Akan tetapi, kenapa ia malah seolah-olah tidak senang dengan jawaban yang keluar dari kedua bibirnya?

"Ayolah, Chanyeol! Kau tidak boleh seperti ini! Kau harus memberi pemahaman kepada Weiwei---"

"Dan membuatnya terus terluka sampai sekarang, Yeol?" sahut seseorang yang berjalan ke arahnya.

Dapat terlihat dengan jelas jika itu adalah Lee Se Hun. Namun, kenapa Sehun ada di sini? Dan, apakah Sehun mendengar semua ucapannya?

Dengan ragu, Chanyeol langsung berdiri saat Sehun kini berada di hadapannya. "Sehun, kau? Sejak kapan kau di sini?"

Tbc.

Maafkan jika kamu nggak ngefeel dan kamu menemukan typo😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top