BAB XXI

Saat ini, Weiwei telah berada di Rumah Sakit bersama dengan Baekhyun dan Chanyeol untuk menantikan Tuan Shin yang kini dirawat intensif oleh pihak Rumah Sakit. Terlihat dengan jelas, rasa khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkan, tercetak diwajah dua bersaudara itu. Apalagi, dokter belum memberi informasi apapun, sehingga keduanya semakin khawatir.

Weiwei yang duduk di depan ruangan itu pun, hanya bisa menghela napas dan menoleh ke arah Chanyeol dan Baekhyun yang saat ini berdiri di dekat pintu. Weiwei tentu sangat paham akan kekhawatiran mereka, bahkan saat Weiwei langsung teringat dengan sikembar. Pada kejadian itupun, Weiwei menitipkan sikembar pada tetangga sebelah. Kemudian, ia langsung membawa Tuan Shin dibantu dengan tetangga yang lainnya ke rumah sakit. Chanyeol dan Baekhyun baru ingin menyusul dan tiba saat Tuan Shin masih berada dalam ruangan itu.

Buru-buru, Weiwei bangkit dari duduknya lantas mendekat ke arah Chanyeol. Dengan segala kegelisahaan yang merasuki dirinya, ia mencoba untuk membuangnya. "Yeol, kau tidak perlu khawatir. Paman akan baik-baik saja. Aku sangat yakin dengan hal itu," ucapnya dengan lembut.

Sekejap, membuat Chanyeol yang gelisah, memberikan anggukan dan tersenyum tipis. "Aku sangat mengharapkan hal itu." Lalu ia memejamkan mata, dan bayangan kedua anaknya langsung saja muncul. Ia baru mengingat soal anaknya.

Chanyeol pun menatap ke arah Weiwei---berniat untuk bertanya, tetapi Weiwei yang telah mengerti, langsung saja menimpali.

"Mereka baik-baik saja, karena peraturan di rumah sakit, aku meminta bantuan kepada tetangga di samping rumahmu."

Chanyeol pun kembali gelisah. Ia tidak bisa tenang jika keadaannya seperti ini. "Mereka pasti terus memikirkan keadaan Kakek mereka," gumamnya dengan suara pelan, tetapi Weiwei masih bisa mendengarnya.

"Kak, kau pulang saja! Aku akan di sini!" sahut Baekhyun yang mendekat ke arah mereka berdua. Namun, Chanyeol merasa gundah jika meninggalkan Baekhyun seorang diri dengan keadaan sang ayah yang belum mendapat kepastian dari dokter.

"Tapi---"

"Biar aku saja yang pulang! Maksudku, aku akan menenangkan sikembar yang saat ini, pasti memikirkan keadaan Paman, sebab merekalah yang melihat Paman tidak sadarkan diri," potongnya. Mengalihkan tatapan kedua pria itu yang sontak saling bertatapan.

"Yeol, aku bisa melakukan itu."

Hingga, Chanyeol mengangguk pada Baekhyun, lalu menatap ke arah Weiwei. "Baiklah, aku percaya kepadamu, Weiwei. Untuk itu, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Sudah beberapa kali, kau menolongku."

"Itu sudah menjadi tugas seorang teman untuk saling menolong," ucapnya dengan gugup, sembari mengusap ceruk lehernya. "Aku … aku akan pergi sekarang. Kabari aku saja."

Chanyeol mengangguk, lantas Weiwei kini berlalu meninggalkan keduanya. Alhasil, Chanyeol kini tidak terlalu dibuat gelisah dengan keadaan anaknya, karena ia sangat yakin, Weiwei bisa mengatasinya.

Akan tetapi, Baekhyun yang diam, kini membuat logika sendiri saat mengamati tatapan Weiwei kepada kakaknya. Seperti, jika ada sebuah rasa, tetapi kakaknya sangat tidak peka. Bahkan, saat Weiwei yang terus membantu keluarga mereka disaat-saat yang tepat. Seakan, Takdir tengah membuat alur yang tidak diduga.

"Kak …." Baekhyun sontak memanggil dengan pikiran yang mengumpul. Pun, membuat Chanyeol mengalihkan seluruh pandangannya pada sang adik. "Apa kau tidak merasakan sesuatu pada Weiwei?"

"Weiwei?" Chanyeol memastikan, dan ia tidak mengerti maksud Baekhyun.

Baekhyun mengangguk. "Mm, sesuatu yang membuat hatimu merasa berdebar dan kau terus memikirkannya. Aku rasa, kau merasakan itu bukan, pada Weiwei."

Alhasil, Chanyeol tertawa pelan. "Aku tidak mengerti maksudmu, dan jangan membahas hal itu saat ini," ucapnya sambil menghela napas. "Aku akan ke toilet dulu, Baekhyun."

Chanyeol menepuk pelan bahu Baekhyun, lalu berlalu. Meninggalkan Baekhyun yang terdiam mendengarkan itu. Bahkan, pria itu tersenyum miring mendengarkan alasan dari sang kakak.

Pada dasarnya, Baekhyun sangat tahu jika sang kakak merasakan semua hal yang ia katakan. Hanya saja, Chanyeol tidak ingin menyadarkan diri, di mana ia membutuhkan seseorang sebagai sandarannya dan itu adalah Weiwei. Bukan hanya ia saja, melainkan kedua anaknya juga membutuhkan kasih sayang seorang ibu yang telah lama hilang dan kasih sayang itu ada pada diri Weiwei.

Baekhyun sangat menyakini itu kesimpulannya itu.

***

Akhirnya Weiwei tiba di depan rumah tetangga yang menjadi tempat keberadaan sikembar. Bahkan, Weiwei dapat melihat sikembar yang kini berlari ke arahnya, karena pintu yang tidak dikunci, dibarengi dengan isakan.

"Bibi … hiks! Kakek bagaimana? Apa Kakek sudah bangun?" ucap Chanhyuk.

"Terus, Kakek di mana, hiks?" tambah Yeola yang kini berada di dalam pelukan Weiwei, membuat Weiwei merasakan sesuatu yang panas pada kedua matanya.

Akan tetapi, ia tentu saja tidak boleh mengatakan kebenarannya terlebih dahulu. Mereka hanyalah anak-anak. Tidak seharusnya, dibebankan dengan hal ini.

Sembari meregangkan pelukan itu, Weiwei kini mengelus pipi sikembar lalu menghapus air mata itu dan menggeleng. "Hei, kenapa kalian menangis? Kakek kalian baik-baik saja. Ayah dan Paman kalian sedang bersama Kakek. Jadi, Yeola dan Chanhyuk akam bersama Bibi Weiwei malam ini. Kalian tidak masalahkan?" ujarnya.

Yeola dan Chanhyuk sontak saling berhadapan, lalu mengangguk dengan isakan yang masih ada. "Tapi, Kakek …."

"Kakek kalian akan baik-baik saja. Yeola dan Chanhyuk, percaya sama Bibi'kan?" Tanpa berpikir lagi, keduanya langsung mengangguk. Apalagi, Weiwei pernah mengantar mereka pulang saat tersesat.

Weiwei pun dibuat bahagia, walau merasa bersalah, karena tidak mengatakan sebenarnya. Akan tetapi, mau bagaimana lagi?

Lagipula, Weiwei sangat yakin dengan keadaan Paman Shin yang pastinya akan baik-baik saja.

Alhasil, Weiwei kini berjalan menuju rumah sikembar, setelah berpamitan dengan tetangga yang telah menolongnya. Sesuai dengan ucapannya pada Chanyeol, ia akan menenangkan sikembar. Jika bisa, ia akan membuat sikembar melupakan kejadian tadi sore untuk saat ini.

Ya, Weiwei sudah memikirkan hal itu. Terlebih, ia memang bisa berurusan dengan anak-anak. Mengingat, ia pernah magang di panti asuhan bersama dengan teman asramanya.

"Kalian suka mendengar dongeng'kan?" tanya Weiwei sembari menutup pintu dan hendak bertolak ke kamar sikembar.

Dengan kilat, sikembar mengangguk antusias. 

"Yeola suka! Yeola punya banyak bukunya!"

"Ayo, Bibi! Ceritakan dongeng untuk kami!"

Sikembar sontak menarik tangan Weiwei, tetapi Weiwei langsung melepaskan diri, membuat sikembar kebingungan. Melihat itu, membuat Weiwei tertawa saja.

"Kalian makan dulu," ucapnya seraya mensejarkan diri, tetapi langsung mengingat satu hal. "Kalian belum makan'kan?"

"Belum!"

"Kalau begitu kalian makan dulu, ya. Bibi akan memasak, terus kalian akan mendengar dongeng yang sangat indah. Apa kalian tidak tidak ingin?" Weiwei mengatakannya dengan semangat, tentu saja sikembar tidak ingin menolaknya.

"Aku mau!"

"Aku juga!"

Tbc.

Semoga terhibur dan maaf kalau kamu menemukan tipo. Sampai jumpa❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top