BAB XII

Weiwei mengamati sekelilingnya yang cukup ramai di tengah senja yang menampakkan diri. Memang, ini menjadi waktu bagi semua orang yang berkerja untuk kembali ke rumah. Weiwei pun akan bertolak ke rumahnya, walau rasa  malas kini menghampirinya. Sungguh, ia sangat kelelahan.

Manalagi, perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Weiwei memikirkan satu hal, di mana ia tidak akan sempat untuk memasak jika tiba. Alhasil, ia memutuskan untuk membeli makanan di salah satu kedai yang cukup ramai---tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.

"Itu ide yang bagus. Aku bisa membelinya dan akan memakannya di rumah saja," ucapnya sembari berjalan ke kedai tersebut. 

Akan tetapi, baru ia memasukinya, ia langsung disuguhkan dengan banyaknya pengunjung yang sedang menanti pesanan mereka. Hoh, entah kenapa sangat kebetulan sekali saat ia sedang kelaparan? Jika pun ia ikut menunggu, bisa-bisa suasana hatinya untuk makan langsung hilang. 

"Ck! Ke tempat lain saja, deh!" decaknya lantas berbalik. Namun, ia malah mendapatkan senam jantung saat melihat presensi pria tinggi yang terus menari di kepalanya. "Chanyeol? Kau? Kenapa kau di sini?"

Pertanyaan kolot yang tidak terkontrol. Orang-orang yang datang ke sini, tentunya ingin memberi makan cacing-cacing yang berada di perut. Bisa-bisanya ia bertanya hal itu. Alhasil, Weiwei hanya tertawa pelan dengan menepuk dahinya secara tiba-tiba.

Chanyeol tentunya sama terkejut dengan Weiwei. Akan tetapi, melihat Weiwei seperti itu, entah kenapa, membuatnya langsung tersenyum. Ia pun menghela napas. "Aku kerja di sini. Hanya saja, aku mengambil sif pagi hingga sore. Aku baru mau pulang, tetapi aku melupakan ponselku di temanku yang bekerja sebagai kasir," jelas Chanyeol.

Weiwei mengangguk paham. "Kau bekerja di sini? Biar kutebak, apa jadi koki?"

Chanyeol mengangguk. "Ya, seperti itu."

"Kau benar-benar hebat! Aku---" Weiwei tidak melanjutkan ucapannya saat lalu lalang kedai ini meresahkannya. Tidak tahan, Weiwei langsung meraih jemari Chanyeol untuk keluar dari sana. 

Sungguh, Weiwei tidak menyadari akan ia yang memegang dan menarik jemari Chanyeol untuk keluar. Ia baru sadar, saat berada di luar kedai. Terlihat, keterkejutannya saat mengamati Chanyeol yang hanya terlihat santai saja. Sekejap, ia merasa kedua tangannya langsung dingin. Chanyeol dapat menyadarinya.

"Kau kedinginan, Weiwei?"

Weiwei langsung menggeleng, sembari melepaskan jemarinya pada pergelangan tangan itu dengan gugup. 

Chanyeol benar-benar tidak mengerti. Ia hanya mengerti satu hal saat mendengar suara nyaring dari perut Weiwei. Menandakan jika gadis itu sedang kelaparan. Lucu sekali, saat Weiwei mencoba mengalihkan bunyi itu.

"Itu tadi …."

"Apakah kau mau menerima tawaranku yang kemarin?" pangkasnya. Weiwei tidak mengerti dan mencoba untuk mengingatnya. Akan tetapi, tetap saja! Ia tidak tahu maksud kata tawaran itu.

Chanyeol yang melihat kepolosan dan keluguan temannya itu, sontak mengacak rambut Weiwei yang tergurai. Tidak pernah menyadari jika perbuatannya itu, bisa saja membuat Weiwei tidak bisa tidur semalam ini. Lihat, Weiwei bahkan sudah membeku seperti es sekarang. Hanya karena pengaruh seorang Shin Chanyeol.

"Aku mengajakmu makan malam dan kau bilang, lain kali saja. Bagaimana dengan sekarang? Si kembar pasti sangat senang jika melihatmu," jelas Chanyeol.

Weiwei yang sejak tadi membeku, hanya mengangguk. Seakan menyetujuinya. Ia melakukannya tanpa sadar akibat sentuhan sederhana Chanyeol.

"Baiklah kalau begitu, ayo!"

Weiwei benar-benar tidak ingin menerima tawaran itu jika ia akan semakin membeku seperti es. Namun, bagaimana caranya menolak jika Chanyeol yang keras kepala, sudah menarik tangannya untuk menuju rumah susun? Sehingga, ia mengiyakannya saja dalam hati. Manalagi, saat Chanyeol menggenggam jemarinya begitu erat. Semakin erat saat mereka akan menyeberangi jalan.

"Ini sangat gila Weiwei! Saat kau ingin menghapus semua tentangnya dalam ingatanmu, dia malah semakin dekat kepadamu!" 

Weiwei masih mencoba menahan sesuatu yang bergejolak dalam hatinya. Kegilaan ini! Chanyeol bahkan belum berniat melepaskan genggaman itu, dan ia malah membiarkannya. Menurutnya, genggaman ini akan lepas sendiri nantinya. Sehingga, ia mencoba santai saja---agar Chanyeol tidak menyadari saat ia salah tingkah.

"Em … Yeol. Aku bertemu dengan Sehun tadi," ucapnya yang menjadi pembuka. Sekilat, membuat Chanyeol menatap Weiwei dengan lekat.

"Sehun?"

Weiwei mengangguk. "Sehun menjadi pimpinan perusahaan game yang baru. Aku juga sempat berbicara dengannya. Katanya, dia ingin bertemu denganmu jika ada waktu luang," balasnya.

Pada saat itu juga, Chanyeol melepaskan genggaman tangan itu dan memasukkan ke dalam saku mantel yang ia gunakan. Ada rasa kecewa saat Chanyeol melepaskannya.

"Dia semakin bertanggung jawab dengan memegang kendali perusahaan. Aku kagum dengannya, tetapi tunggu dulu! Kau--apa Hui Weiwei di hadapankh ini bekerja di sana?" Chanyeol mencoba menebak dan Weiwei mengangguk dengan senyumannya.

"Itu benar. Aku bekerja di divisi pemrograman, walau aku masih berada pada masa percobaan selama sebulan. Itu juga menjadi alasanku ke sini, tetapi alasan utamanya karena Bibiku," ucapnya. Namun, Weiwei langsung mendelik. "Oh astaga! Aku belum memberi kabar kepada Bibiku jika aku sudah tiba."

Hal itu sontak membuat Chanyeol tertawa pelan. Melihat Weiwei seperti itu, ia malah terlihat sangat menggemaskan. "Kau juga. Kenapa tidak mengabarinya?"

"Aku benar-benar lupa. Ah, nanti saja, jika aku ingat," ucapnya dengan kedua pipi yang menggembung. 

Chanyeol hanya mengangguk. Keduanya juga terus melangkah, menyusuri trotoar yang cukup padat akan pengguna jalan. 

***

"Bibi!" 

Weiwei sontak menahan pekikan sikembar saat ia memasuki rumah ini. Rumah yang terlihat sederhana dan tertata rapi dengan beberapa perabotan yang memberikan kehidupan. Di sana, Weiwei dapat melihat ayah Chanyeol dan juga Baekhyun yang tengah membereskan kekacauan sikembar.

"Weiwei, kau datang?"

Weiwei yang mendengar ucapan Baekhyun, hanya mengangguk canggung. "Aku---"

"Aku mengajaknya untuk makan malam di sini, dan Weiwei, kau di sini saja bersama dengan sikembar. Aku akan ke dapur."

Weiwei menggeleng. "Aku akan membantumu."

"Tidak, kau di sini saja. Bersama dengan mereka. Tenang saja, ada Baekhyun yang akan membantuku. Benarkan Baekhyun?" Sang empu yang ditanyai, hanya mengangguk dengan mantap.

Weiwei sebenarnya tidak enak.

"Bibi, sama kami saja. Kami mau main sama Bibi," ucap Yeola seraya menggoyangkan lengan Weiwei.

"Bibi, mau'kan?" tambah Chanhyuk dengan kedua matanya yang berbinar. Oh, kalau sudah begini, ia tidak bisa menolak. Terlebih, Chanyeol sendirilah yang menyuruhnya.

"Oke, oke. Aku akan bersama kalian," putusnya. Lantas sikembar langsung menarik kedua tangan, menjauh dari pria dewasa dan Weiwei hanya bisa pasrah dengan itu.

"Ayah akan membantu---"

"Tidak perlu, Ayah. Aku sebenarnya bisa sendiri, karena Baekhyun hanya akan terus mengoceh. Ayah bisa istirahat saja dan Baekhyun! Ayo!" ucap Chanyeol dengan santai.

Baekhyun sungguh tidak terima dengan perkataan kakaknya itu. Apa tadi? Terus mengoceh? Hoh, yang benar saja! Baekhyun merasa dirinya tidak seperti itu.

Akan tetapi, Baekhyun tidak memberi komentar apapun. Hanya dengkusan dan juga tatapan sinis, kala Chanyeol akan memulai sesi memasaknya dan ia baru tiba di dapur itu.

"Baekhyun, ambilkan aku minyak sayur di lemari kecil paling atas," pinta Chanyeol. 

Namun, Baekhyun masih pada tempatnya. Pria itu bahkan hanya berkacak pinggang yang kemudian menghela napas. "Kak, bagaimana menurutmu dengan Weiwei?"

Chanyeol yang tengah memotong beberapa sayuran yang telah diambilnya di kulkas, sontak menoleh dengan tidak mengerti. Sangat jelas saat kedua alisnya kini tertaut. "Weiwei? Aku tidak mengerti maksudmu."

Hoh. Baekhyun kembali menghela napas, tetapi pria itu kini mendekat ke arah sang kakak. "Kalian baru bertemu dan sepertinya, Weiwei itu masih lajang. Kau pasti sudah mengerti sampai sini'kan?" tanyanya. Akan tetapi, Chanyeol hanya menggeleng. Itu, membuat Baekhyun amat geram.

"Kau tidak mengerti? Astaga! Aku hanya bertanya, apa kau punya rasa lebih kepadanya? Setelah sekian lamanya, kalian bertemu dengan keadaan yang sangat pas. Bahkan, Weiwei masih lajang dan kau juga sendiri. Ini sangatlah kebetulan." Baekhyun memperjelas semuanya. Sontak hal itu, membuat Chanyeol tertegun. Sama sekali bingung dengan maksud Baekhyun.

Tidak ingin membuat dirinya pusing, ia langsung kembali pada pekerjaannya. "Itu hanya kebetulan, dan sekarang! Lakukan sesuatu dengan mengambil minyak sayur!" pintanya.

Demi apapun itu, Baekhyun kesal sendiri mendengar tutur kata kakaknya yang tidak memahami sekitarnya. "Kak, ais! Kau membuatku jengkel saja." Lantas Baekhyun menuntun dirinya untuk mengambil apa yang diperintahkan kepadanya.

Sementara Chanyeol yang kini memotong sayur, mendadak memikirkan perkataan Baekhyun. Akan tetapi, detik selanjutnya ia langsung menggeleng. "Astaga! Sadarkan dirimu, Chanyeol! Kenapa kau mengambil pusing hal itu?"

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top