BAB XI
Hari ini cukup melelahkan. Tidak pernah Weiwei sadari jika ia akan dihujami banyak pekerjaan di divisi pemrograman. Matanya sudah cukup lelah untuk mengamati layar komputer sejak tadi dan juga jari-jemari lentiknya terus menari dipapan tombol tanpa henti. Bahkan, saat otaknya yang harus berpikir keras untuk meningkat sistem pemrograman---sesuai perintah dari senior di perusahaan ini.
Ia hanya bisa menghela napas, sembari menanti waktu yang akan menandakan istirahat telah tiba. "Ayolah, Weiwei. Kau pasti bisa," ucapnya dengan yakin.
Namun, tidak lama dari itu, kedua matanya langsung menoleh ke arah sebuah benda yang tiba-tiba saja berada di dekat papan tombol komputer. Itu botol berisi jus jeruk.
Dengan kilat, ia mengedarkan pandangan untuk menemukan seorang yang memberikannya, dan ia mendapati sosok perempuan berkaca mata. Hoh, Weiwei belum tahu siapa gadis di hadapannya itu.
Memasang wajah bingung, membuat gadis itu tertawa pelan. "Halo, Weiwei. Senang bertemu denganmu dan perkenalkan, namaku Min Yoora. Aku sama sepertimu dan aku sudah bekerja sejak Yie Xie mendirikan cabang di Korea," ucapnya ramah.
Alhasil, Weiwei langsung bangkit dari duduknya dan membungkukkan tubuh. "Halo juga, Senior. Senang bisa ber---"
"Jangan panggil aku Senior! Panggil Yoora saja, Okay?" katanya.
Weiwei sontak mengusap ceruk lehernya yang terasa meremang. "Itu tidak sopan---"
"Akan tetapi, aku telah mengatakannya. Aku kurang nyaman dengan panggilan itu. Jadi, panggil dengan nama saja. Begitu pun aku yang memanggilmu dengan nama Weiwei. Bagaimana?" Yoora mengatakannya, membuat Weiwei akhirnya menghembuskan napas dan mengangguk.
"Baiklah, aku akan memanggilmu Yoora," putusnya mengiyakan. Lantas Weiwei mengambil botol itu, lalu menatapnya dengan lekat. "Terima kasih untuk jusnya. Kebetulan, aku sangat haus," ucapnya dengan tertawa pelan.
Yoora yang masih berada di sana, hanya mengangguk sembari memperbaiki letak kacamatanya. Beriringan dengan Weiwei yang kemudian meminum jusnya dan kehadiran seorang pria---Weiwei mengenal pria itu, sebab pria itulah yang memberikan sedikit arahan kepadanya tentang apa yang harus ia kerjakan. Itu adalah Goo Chen, ketua divisi pemrograman.
"Semuanya, kita bertemu di ruang rapat untuk membahas peningkatan game. Pimpinan Perusahaan yang baru, juga akan ikut andil. Untuk itu, bersiap-siaplah!" ucap Chen yang kemudian berlalu begitu saja. Alhasil, meja yang memang dimodifikasi secara terbuka ini dan diisi oleh para programmer , kini mengambil satu proposal untuk ke ruang rapat dengan segera.
"Weiwei, ayo!" ucap Yoora.
Weiwei mengangguk. "Tunggu sebentar! Aku keluar dari software ini dulu," pintanya dengan mengontrol mouse. Kemudian, mematikan komputer dan mengambil proposal.
"Ayo! Akan tetapi, di mana proposalmu?" tanya Weiwei saat ia kini berjalan beriringan dengan Yoora---gadis itu tidak membawa apa-apa---hanya dirinya saja.
Alhasil, Yoora dibuat tersenyum tipis. "Chen tidak memberikannya kepadaku. Lagipula, punyamu'kan ada. Aku bisa memahami pembahasan itu nanti, atau meminta garis besar rapat dari Chen saja," jawabnya. Mendengar hal itu, hanya membuat Weiwei mengangguk.
Itu tidak buruk juga.
Termasuk, ruang rapat Yue Xi Corp ini yang sangat netral dan menenangkan. Weiwei sangat menyukai suasananya. Walau, ia harus dihadapi dengan rasa kegugupan tingkat tinggi saat semua pekerja dibidang pemrograman kini berkumpul---menatap ke arahnya dan Yoora. Sebab, Weiwei juga baru tahu, jika hanya ia dan Yoora saja seorang gadis di divisi pemrograman di mana berisi 12 orang.
"Inilah yang kutunggu-tunggu. Kita mempunyai gadis yang sangat cantik di divisi kita. Bahkan, mengalahkan kecantikan gadis yang berada di divisi Administrasi. Apa aku benar?" sahut seorang pria. Namanya Hong Dae Kyun.
Semua orang mengangguk setuju. "Kau benar!"
"Hei, aku juga tidak kalah cantiknya dengan Weiwei," ucap Yoora dengan berkacak pinggang.
Daekyun yang saat ini memuji kecantikan Weiwei, sontak dibuat tergelak. "Astaga, gadis satu ini! Aku suka gayamu yang sangat percaya diri," timpalnya.
Yoora tersanjung mendengarnya. Namun, Weiwei hanya tersenyum tipis---menahan rasa kegugupannya, hingga ia berakhir duduk di samping Yoora. Menantikan Chen dan Pimpinan yang belum datang.
Alhasil, Weiwei menggunakan waktu itu dengan melamun. Memang tidak jelas. Akan tetapi, itulah kenyataanya saat bayang-bayang pria yang menjadi masa lalunya, terus terputar di kepalanya.
Chanyeol … seandainya kau tahu!
Namun, ia harus membuyarkan lamunannya, kala mendengar bisikan Yoora kepadanya. Sontak, ia menoleh.
"Ada apa?"
Yoora memberikan bahasa isyarat agar Weiwei lebih dekat lagi, sebab ia ingin berbisik. Dengan rasa malas, Weiwei melakukannya dan menanti Yoora untuk mengatakan sesuati yang tertahan dalam dirinya. "Katakan!"
"Apa kau tahu rumor mengenai Pimpinan kita yang baru?" tanyanya.
Weiwei memikirkan hal itu sejenaknya. Akan tetapi, ia belum mendengar apapun. "Memangnya, apa rumor yang beredar? Katakan saja, aku tidak tahu apa-apa."
Sebenarnya, itu membuat Yoora kecewa. Akan tetapi, ia langsung menarik senyum dan kembali berbisik. "Kau itu sangat payah. Namun, kau harus tahu ini! Pimpinan kita yang baru, katanya sangat tampan dan mempesona. Seperti anggota boyband yang terkenal."
Hoh. Sekilat, Weiwei menatap Yoora tidak minat. "Hanya itu?"
Alhasil, Yoora dibuat kesal. "Kenapa kau mengatakan hanya itu? Rumor tersebut sangatlah luar biasa---"
"Dan itu memang benar!" Yoora langsung berdiri---bahkan semua orang yang ada di dalam ruangan ini saat Chen dan pimpinan baru telah memasuki ruangan. Weiwei yang tidak sadar, langsung mendapati senggolan dari Yoora dan Weiwei langsung berdiri. Kemudian, semuanya memberikan hormat dengan membungkukkan tubuhnya. Sebenarnya, Weiwei belum melihat wajahnya, karena desakan ini.
"Saya minta maaf, karena membuang waktu kalian. Sebelumnya, saya adalah Pimpinan baru perusahaan. Nama saya adalah … Lee Se Hun."
Dengan kilat, Weiwei mendelik dan lansung berdiri tegap. Menatap tidak percaya pada pria di hadapannya itu yang tengah memberikan amatan pada objek lain. Pendengarannya tidak salah. Pria di hadapannya memang Sehun---teman semasa Sekolah Menengah Atasnya dulu. Ia sangat mengingatnya.
"Sehun?" ucap Weiwei spontan dengan suara pelan. Namun, ampuh membuat Sehun memberi amatan kepadanya.
Weiwei melihatnya. Sehun tersenyum kepadanya, dan itu sangat manis.
***
Weiwei termenung. Pikirannya ke mana-mana, saat bertemu kembali dengan Sehun. Akan tetapi, Sehun kali ini sangat berbeda yang dikenalnya. Sehun sekarang, lebih tegas dan berwibawa. Terlihat sangat jelas saat pria itu memberikan tambahan dan menutup celah saat rapat di mulai.
Huft. Weiwei hanya bisa menghela napas, sembari menatap pemandangan yang ada di hadapannya dengan memegangi gelas berisi cokelat hangat. Ini jam istirahat dan taman perusahaan sangat indah untuk dijadikan sorotan.
"Takdir memang tidak bisa ditebak," gumamnya seraya menyeruput minuman itu.
"Itu benar!" Seseorang mengatakannya, membuat Weiwei amat terkejut. Untung saja, ia tidak menyemburkan minuman yang berada di dalam mulutnya, karena saking terkejutnya. Bahkan, semakin bertambah saat seseorang itu adalah Sehun. Astaga!
"Ka--kau--Sir, maafkan aku--"
"Kau itu kenapa? Kau seperti baru saja melihat hantu," ucap Sehun dengan tersenyum seraya duduk di kursi taman---di samping Weiwei.
Weiwei sontak menggeleng untuk tidak membenarkannya. "Bukan seperti itu, Sir. Aku--aku hanya terkejut melihatmu."
"Aku mengerti, tetapi bisakah kau tidak memanggilku Sir saat kita berdua saja?" ucapnya dengan menekan kata akhir.
Weiwei sontak menatap Sehun yang tengah menanti jawabannya. Lantas, mengangguk sebagai jawaban. Tidak ingin jika tatapan itu terus tercurahkan kepadanya. Terbukti saja, Sehun langsung mengalihkan pandangannya. Begitu pun dengan Weiwei, hingga keduanya dilanda kesunyian. Hanya suara angin dan kicauan burung yang terdengar.
Akan tetapi, Sehun langsung menghancurkan keheningan itu dengan kembali menatap Weiwei. "Weiwei, bagaimana kabarmu? Sungguh, kau banyak berubah."
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Menurutku, aku masih seperti dulu. Hanya penampilan saja, aku mencoba beberapa fashion yang menurutku sangat menarik," jawabnya. "Kau sendiri? Menurutku, kau yang banyak berubah. Saat rapat tadi."
Mendengar hal itu, membuat Sehun tertawa pelan. "Aku berubah? Oh tidak. Aku hanya menjalankan tugasku saja."
Weiwei mengangguk dan menghembuskan napas. "Aku bahkan masih tidak percaya jika kau adalah Pimpinan Perusahaannya," guman Weiwei dengan suara kecil. Namun Sehun masih mendengarnya.
Pria itu tersenyum tipis menatap pemandangan di hadapannya yang begitu asri. Lantas memejamkan mata, kala ingatakan masa-masa lima tahun lalu kini menyerbunya.
"Aku menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?"
"Itu tidak mungkin. Kita teman, dan aku lebih nyaman dengan ikatan itu."
"Weiwei …." Pun, membuat Weiwei mengalihkan pandangannya untuk kembali menatap Sehun yang masih fokus pada panoramanya.
"Aku harap, kita masih menjadi teman seperti dulu," ucapnya dengan senyum yang terukir. Hal itu, membuat Weiwei tertegun, dan perlahan senyum juga membentang di kedua sudut bibirnya.
Memang, inilah yang ia harapkan. Sejak Sehun mengatakan perasaannya, membuat ikatan mereka serasa merenggang karena canggung. Sepertinya, Sehun mencoba memperbaiki ikatan itu.
"Tentu, kita tentu masih seperti dulu. Aku, kau dan Chanyeol," katanya dengan senyum lirih.
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top