BAB X
Malam ini, Chanyeol memasak dan menyajikan makanan seperti biasanya. Sebab, ia adalah koki andal. Terlebih, tidak ada pembantu rumah tangga di rumahnya---ia memang tidak berniat memakai tenaga seperti itu, sebab ia bisa melakukannya. Lagipula, ia telah melakukan semua ini sejak sang istri meninggalkannya untuk selamanya.
Namun, ia masih sangat beruntung, saat ayah dan adiknya, terus membantunya hingga saat ini dan merawat sikembar yang kelewat aktif. Bahkan, membuat ia dan Baekhyun kelimpungan. Terutama pada Baekhyun yang sejak tadi mengomel karena kesal.
"Lain kali, kalau kalian ingin sesuatu atau bagaimana, katakan kepada Paman, Ayah dan Kakek kalian berdua. Kalian hilang, sungguh membuatku sangat frustasi!" ucapnya dengan kesal. Akan tetapi, mencoba untuk sabar. Sebab, ia berurusan dengan anak-anak!
Chanyeol yang mendekat dengan membawa lauk terakhir berupa kimchi pun, kini menatap sikembar yang menunduk tidak enak. "Ini untuk pelajaran saja. Untung saja, ada Bibi Weiwei yang mengantar kalian pulang," ucap Chanyeol. Membuat sikembar mengangguk.
"Kami paham! Tidak akan mengulanginya. Janji," ucap merela serempak dengan mata berkaca-kaca dan jari kelinking yang tampak di hadapan Chanyeol.
Melihat itu, Chanyeol langsung menautkan jari kelinkingnya pada sikembar dan memberi pelukan. "Ayah sangat menyayangi kalian."
Changmin dan Baekhyun yang melihat adegan itu, saling melempar kebahagiaan. Terlebih bagi Baekhyun, ia benar-benar tidak bisa melihat penderitaan kakaknya yang tiada henti. Bahkan, ia selalu berharap, kebahagiaan terus menyertai keluarganya dan tidak ada lagi penderitaan.
Sementara gadis keturunan China itu, kini menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Sembari, melihat jam dinding yang telah memperlihatkan pukul 10 malam. Ia sungguh lelah, tidak bisa melakukan hal apapun lagi.
Semua pekerjaannya telah rampung, dan ia hanya ingim memejamkan mata agar bisa menuju ke alam mimpinya yang indah. Apalagi, kebahagiaannya di masa lalu hinggi kini, kembali muncul tanpa diduganya. Tentu, akan menjadi alasan mimpi yang akan berselang indah hingga fajar datang.
"Akh! Jangan pikirkan itu lagi!" pekiknya dengan menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan mengusapnya.
Akan tetapi, pertemuan sederhananya dengan pria yang menjadi alasan kebahagiaannya---cinta pandangan pertamanya---terus terputar dalam benaknya. Bahkan, Weiwei harus menyadarkan dirinya di mana ia telah menjadi tetangga pria yang sempat ingin dihapus dari hati juga pikirannya.
Namun, takdir seakan berkata lain. Ia tetap tidak bisa mengubah hatinya yang hanya untuk Chanyeol dan menjadi alasan kenapa ia tertutup dengan para pria disekitarnya.
Weiwei hanya bisa tersenyum getir. "Hati Chanyeol hanya untuk Misun. Kau harus mengingat fakta ini, Weiwei!" ujarnya menyadarkan diri.
Sungguh, ada rasa bersalah saat ia baru mengetahui duka ini. Terlebih bagi Misun, di mana ia tidak ada di sisi wanita pertama yang menjadikannya seorang sahabat di Hanyang High School.
"Kau sekarang sahabatku, Weiwei. Kalau kau ada masalah dan ada orang yang ingin melukaimu, aku orang pertama yang akan berhadapan dengannya." Kalimat itu terus teringat dalam pikirannya. Hingga sekarang ini.
"Misun, maafkan aku, karena menyukai pujaan hatimu hingga sekarang," ucapnya dengan lirih dan mata yang terpejam.
Weiwei benar-benar tidak bisa membohongi dirinya dengan perasaan itu. Ia memang masih menyukai Chanyeol. Bahkan terbukti saat ia merasakan suatu dalam dirinya yang terus bergejolak. Sekalipun, waktu telah berlalu sangat lama.
***
Weiwei hampir terlambat untuk menjalani kewajibannya sebagai pekerja baru di Yue Xi Corp dibagian programing. Untung saja, ia masih bisa mendengar alarm yang telah berbunyi sejak tadi. Jika tidak, ia akan merusak citranya karena datang terlambat di perusahaan yang sangat terkenal.
Tanpa membuang banyak waktu dan merelakan sarapan pagi, Weiwei langsung bergegas ke perusahaan itu dengan pakaian kerja yang rapi. Tidak lupa, membiarkan ID Card miliknya tergantung di leher.
Weiwei sungguh sangat kesal pagi ini. Gara-gara ia kelelahan dengan melakukan beberapa hal setelah pertemuannya dengan Chanyeol, ia langsung tertidur dengan posisi yang tidak bisa ia deskripsikan lagi. Bahkan, saat ia harus mengalami mimpi yang menurutnya sangat aneh---untuk pertama kalinya.
Bagaimana tidak! Ouh, Weiwei melihat dirinya mengenakan gaun pengantin dan bersanding dengan seorang pria yang tidak ia ketahui wajahnya, karena terhalang oleh tudung di kepalanya. Bahkan, ia terlihat bahagia di sana. Ditambah lagi, saat tudung pernikahan yang ia gunakan dalam mimpi itu, dinaikkan oleh pria itu dan bersamaan dengan ia yang langsung terbangun karena alarm.
"Ah, aku benar-benar aneh!" ucapnya tidak ingin kembali mengingatnya, seraya menutup pintu rumah dan menguncinya. Lantas, memasukkan kunci ke dalam tas dan buru-buru menuju halte untuk bisa tiba di Yue Xi Corp.
Sungguh, ia tidak ingin terlambat. Sehingga, ia kini berlari meninggalkan rumah---menuruni anak tangga, sembari memerhatikan pergerakan arlojinya. "Kau pasti akan tiba tepat waktu."
Weiwei mengatakannya dengan penuh hara. Saat ia kini keluar dari area rumah susun dan bertolak ke halte. Namun, Weiwei mana tahu saat ia menemukan presensi seorang pria yang dari belakang, sangat dikenalnya. Itu Chanyeol.
Bahkan, pria itu juga berjalan dengan cepat untuk tiba ditempat kerjanya. Sontak, Weiwei langsung menghentikan langkah. Melihat Chanyeol, membuatnya merasa iba. Mengingat, pria itu menjalani hari-hari beratnya setelah kepergian Misun. Dengan tanggung jawab yang besar.
Alhasil, Weiwei penasaran. Apa pekerjaan Chanyeol saat ini? Ia tidak sempat menanyakan hal itu, sebab ada rasa tidak enak hati saat membahas Misun.
Weiwei yang masih menatap punggung Chanyeol yang kini hilang saat berbelok pun, membuat helaan napas langsung saja lolos. "Sebenarnya, apa yang kau lakukan kepadaku hingga aku tidak bisa melupakan perasaan ini, Chanyeol?"
***
Weiwei amat beruntung, ia tiba tepat waktu di perusahaan impiannya sejak dulu. Yue Xi Corp. Perusahaan IT yang memokuskan diri pada game---permainan yang dianggap sangat buruk dimata masyarakat. Namun, menurut Weiwei, tergantung pada diri masing-masing orang yang bermain game sesuai porsinya. Dan memilah baik dari banyak buruk yang terdengar.
Sebelumnya pun, Weiwei sendiri tidak suka bermain game. Bahkan benci dengan game yang hanya akan menurunkan nilainya. Akan tetapi, pemikirannya soal keburukan game, langsung meredup saat dia---Chanyeol---menjelaskan soal game yang memiliki dunia sendiri dan membuat pemain bisa menghibur diri dari pekerjaan yang memberikan tekanan. Memang, game dapat membuat candu. Akan tetapi, itu dapat dihindari jika orang-orang mempunyai kesadaran diri untuk membagi antara kesenangan (pada game) dan kewajiban (pada dunia nyata).
Weiwei pun menyadarinya. Bahkan, memiliki impian untuk ikut andil dalam pembuatan game suatu saat nanti. Itu dia, kenapa ia mengambil departemen ilmu komputer dan berakhir menjadi programing setelah lulus. Ya, walau Weiwei masih berada dalam tahap percobaan selama sebulan ini. Sehingga, ia dituntun untuk bekerja keras untuk mendapat ID Card sebagai programing tetap.
"Weiwei, selama sebulan, kau pasti akan mendapat posisi itu secara permanen," ucapnya dalam hati dengan senyum yang terukir.
Pandangannya yang tadinya fokus pada laptop, kini teralihkan pada proposal dari bagian utama---masalah kapasitas game Chinese History versi bahasa korea yang harus ditingkatkan lagi.
Weiwei menghela napas, lantas menatap sekitar yang tengah sibuk dengan semua pekerjaannya. Mendadak, ia termenung dan memekirkan satu hal. Hingga, ia tersenyum penuh arti dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
Tbc.
Maafkan kalau kamu menemukan typo😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top