Chapter 7 :Pulang (End)
Kami bertiga kini berdiri di luar gudang. Sebenarnya aku masih kesal dengan kelakuan mereka tadi terutama Zein. Masa mau ngerayakan hari pertama kali bertemu saja harus ada acara drama bunuh-bunuhan sih, itu ngerayain apa ngerjain orang, sebel.
"Alexsander kenapa kau mau ikut rencananya si Zen hah? Emangnya kau di bayar berapa sama dia?" aku melirik tajam Zein yang kini bajunya telah berganti dengan kemeja berwarna merah. Sementara yang kulirik malah pura-pura tidak tahu.
"Oh iya, Alex bukannya kau-" ucapan Zein terhenti ketika suara ayah memanggil namaku.
"Ayah? Ke-kenapa Ayah ada disini? Dan Ibu... " ucapku sedikit terbata
" Anna ..." ibuku berlari menghampiriku langsung memelukku. Gawat pelukan maut ala ibu.
"Ibu kagen banget sama kamu sayang. Aih... Imutnya anak ibu pakai kostum ini. Loh? Mana topinya Anna?"ucap ibuku setelah melepaskan pelukan mautnya. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Gila! badanku bisa remuk dibuat Ibuku.
"Eh? ..." aku meraba puncak kepalaku. Pantesan, ketika aku sembunyi di belakang lemari tadi tidak ada kesulitan apapun. Kemana tuh hilangnya topiku?
"Anna, ini topimu. Tadi topimu jatuh saat mengejar pria yang mengenakan kostum belalang," ucap Amelia sambil berjalan mendekatiku.
Ketika Amelia ingin memberikan topi penyihirku. Ibuku sudah mengambilnya diluan dan memasangkan topinya padaku.
"Nah, ini baru pas. Anna ayo senyum," ucap Ibuku sambil memfoto diriku yang hanya memasang wajah lesuku.
" Anna, kenapa wajahmu lesu begitu sayang. Ayo, yang bagus,"ucap Ibuku
Aku hanya memasang fake smile. "Oh, iya. Semuanya ayo kumpul foto bareng sama Anna. Zein, kenapa tidak pakek kostum? Dimana kostummu? Ibumu bilang kamu mengenakan kostum Vampir."
"Ah, kostumku sudah ternodai oleh ulah seseorang, Bibi," ucapnya sambil melirik ke arahku. Aku hanya memasang wajah polosku.
Semua pun merapat ke arahku. Zein berada di sisi kiriku, Amelia berada di sisi kananku, sementara Ayah berada di belakangku.
" Jangan berfoto tanpa kami yah,"ucap paman Arffick yang kini menegankan kostum Joker sambil membawa senapan kesayangannya
"Ah, pas sekali. Ayo,ayo, semua berkumpul kita foto bersama,"ucap Ibuku
"Cristina, apa kau tidak ingin berfoto juga?" ucap bibi
"Jika aku ikut berfoto siapa yang akan memfoto kita?"ucap Ibuku
"Tenang, Aku membawa ini karena aku tau kau pasti akan sibuk memfotoi putrimu itu." Ibuku hanya tertawa garing.
Semua pun membuat barisan untuk berfoto. Paman, bibi, dan Ayah berada di belakangku, Zein, dan Amelia berada disisi kiri dan kananku.
"Semua siap," ibuku mulai menghidupkan timer-nya dan segera berlari ke arah kami.
"Aku tidak menyangka bahwa kau akan mengatakan 'aku tidak sanggup melihatmu mati' kau mencintaiku kan?"guman Zein spontan aku menoleh ke arahnya.
Sinar kamera secara cepat menyilaukan mata. Akhirnya aku berfoto dengan pose terkejut melihat Zein sementara Zein tersenyum sok manis di depan kamera. Sialan, kenapa juga aku mengatakan itu tadi.
***
Keesokan paginya aku sudah siap dengan barang-barangku yang akan kubawa pulang. Yap, aku akan kembali ke rumah tercintaku. Syukurlah aku akhirnya terbebas dari gangguan pria songong menyebalkan. Kejadian semalam membuatku frustasi sendiri, gimana tidak. Aku telah mengatakan perkataan bodoh di depan Zein, mengingat itu desiran aneh menjalar di seluruh tubuhku terutama di kedua pipiku dan detak jantungku.
Aku menepuk-nepuk kedua pipiku dengan agak keras hingga aku mengaduh kesakitan.
"Sayang, kamu sudah siap?"
"Sudah bu,"Seruku sambil mengangkat koperku dan berjalan keluar dari kamar.
"Semua sudah dibawakan sayang, tidak ada yang ketinggalankan?" ucap ibuku sambil membantuku mengangkat koperku keluar rumah.
"Tidak ada ma,"ucapku.
Ketika koperku ingin di masukan kedalam bagasi mobil, dering ponsel terdengar dari saku baju ibuku.
"Iya, saya sendiri....iya....tapi..." mama mengisyaratkan untuk menunggu sebentar. Aku hanya menghela nafas sambil berkacak pinggang. Pasti ini masalah pekerjaan lagi.
Tak lama ibuku kembali bersamaan dengan Ayah keluar dari rumah bibi.
" Anna, sepertinya kamu harus tinggal disini beberapa hari lagi. Soalnya...yah....hahaha...maaf Sayang, " ucap Ayah sambil memegang bagian belakang kepalanya.
"Ibu juga disuru untuk pergi ke Slandia, ada pelelangan barang-barang atik dan salah satunya adalah benda yang ibu incar selama ini. Maaf Anna. Maaf yah,"ucap ibuku sambil mengatupkan kedua tangannya di depan wajah.
Hah? Aku ditinggal lagi? Disini? Dengan pria si pantat wajan songong menyebalkan itu. TIDAK !!! INI MIMPI BURUK!!.
"Ta-tapi ...tapi..."
"Sebenarnya kami ingin menghabiskan waktu denganmu sayang. Tapi pekerjaan kami-"
"Iya, iya tidak apa-apa kok ayah. Anna bisa jaga diri. Pergilah, tidak apa-apa," ucapku sambil tersenyum terpaksa.
Mereka berdua memelukku sambil mencium pipi dan keningku. Ayah langsung masuk kembali ke rumah bibi dan tak lama kemudian Ayah keluar dengan paman Arffick.
"Tenang saja Aidyn. Anakmu akan baik-baik saja disini,"ucap Paman Arffick.
" Tolong yah Arffick. Ayah pergi dulu Anna," Ucap ayahku sambil mencium keningku lagi dan masuk ke dalam mobil .
" Anna sayang, kalau ada apa-apa beritahu ibu yah." ibuku mencium pipiku. " I love you honey," ucap ibuku tersenyum dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Aku hanya bisa tersenyum kecut sambil melambaikan tanganku pada mereka. Ibu ayah kenapa kalian tega sekali meninggalkanku satu atap dengan pria menyebalkan yang membuatku menderita tujuh turunan.
"Biar paman yang bawa kembali kopermu ke kamar yah," ucap paman Arffick sambil menenteng koperku masuk kembali ke dalam rumah.
"Sepertinya, ada yang akan menginap lagi disini?" Seketika bulu kudukku berdiri semua. Aku yakin kini dia sedang bersandar di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan jangan lupa senyuman menyebalkan miliknya. Oh, kenapa hidupku seperti ini sih? .
Aku membalikan badanku menghadap ke arahnya. " Emangnya kenapa? Masalah hm?"ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada.
Suara deruman mobil terdengar tak jauh dari aku berdiri. Aku pun menoleh ke sumber suara dan melihat Alexsander keluar dari mobil bersamaan dengan ibunya. Alexsander menoleh ke arah kami dengan tatapan datar seperti biasa. Zein pun menghampiri Alexsander, sementara aku hanya berjalan pelan ke arah mereka.
"Kau habis darimana pagi-pagi begini?"ucap Zein
"Bukannya aku sudah mengatakannya padamu kemarin Zein, kalau aku pergi keluar kota untuk mengurus surat pindah sekolahku?"ucapnya
" Hah? Bukannya tadi malam kau ada bersama kami?"ucap Zein
"Ada apa? Zein?" ucapku yang kini telah berdiri di samping Zein.
" Kau bercanda. Mana mungkin aku ada bersama kalian tadi malam sementara aku berada diluar kota." Alexsander memperlihatkan sebuah map dengan tulisan 'Surat Pindah Sekolah' dengan nama Alexsander sebagai nama siswanya.
"Tidak mungkin!. Jelas-jelas semalam kau melancarkan rencana bodoh bersama Zein untuk mengerjaiku,"ucapku dengan nada tidak percaya.
"Aku tidak tau kenapa kalian mengatakan hal itu. Yang jelas aku tidak ada di rumah semalam dan mungkin yang bersama kalian adalah orang lain bukan aku," ucapnya dengan ekspresi datar.
Deg.
Entah kenapa atmosfir di sekitarku mendadak begitu dingin dan mencekam. Tubuhku mendadak berkeringat dingin memikirkan kejadian tadi malam.
" Alex, tolong bantu ibu sebentar," seru ibunya dari rumah.
" Iya. Baiklah, aku di panggil ibuku dulu, sampai jumpa,"ucapnya dengan ekspresi datar.
"Zein..."
" Iya..."
" Yang-yang tadi malam bersama kita di gudang siapa?"ucapku dengan nada takut. Aku yakin mukaku udah pucat pasi kayak orang enggak makan selama berminggu-minggu.
"Ihh... titisan Annabelle semalam," ucap Zein bergidik ngeri dan langsung lari meninggalkanku.
" Heh? Zein tunggu..."
Gila! Sungguh malam Halloween paling gila yang pernah ada. Kejadian yang terjadi di malam Halloween kemarin tidak bisa aku mengunggkapkannya dengan kata-kata. Dan yang lebih membuatku tercengang adalah jika bukan Alexsander yang bersama kami di gudang bawah tanah, jadi yang bersama kami itu siapa?. Astaga, Yang benar saja...
The End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top