Chapter 4 :Hello Halloween

Mataku menatap indahnya malam Halloween. Lampu-lampu labu menerangi setiap teras rumah dan juga hiasan-hiasan lainnya yang terpajang di teras rumah ikut meramaikan malam halloween. Anak-anak yang datang ke setiap rumah mengenakan kostum seram sambil membawa keranjang yang nantinya akan berisi banyak sekali permen. Ah...rasanya aku ingin menjadi anak kecil lagi yang datang ke setiap rumah, memencet bel rumah dan ketika sang tuan rumah membukakan pintu mengatakan 'Trick or Treat'.

Aku menompang daguku sambil memandang keluar jendela sambil tersenyum. Mari kita ucapkan Hallo pada Halloween yang akan menjadi malam paling seru karena aku punya senjata khusus untuk menghadapi pria songgong perusak ketenangan hidupku tujuh turunan yaitu Zein Rendy Arffick.

Spontan aku mengambil sapu dan ingin memukul si pembuat ulah penggangu ketenangan orang, tapi dia berhasil menangkis seranganku.

"O-oh... Annabelle nenek sihir, kau agresif sekali main pukul orang. Kau bisa di bunuh karena memukul pria tampan sepertiku,"ucap Zein sambil tersenyum menyebalkan

"Cih, tampan dari lubang pipet naik gunung Himalaya kan. Jangan bercanda, tidak ada yang akan membunuhku karena memukul kepalamu yang lagi bermasalah itu." mendadak Zein menarikku hingga badanku menubruk badannya.

"Boleh aku mengisap darahmu, nona?"ucapnya sambil menyeringai

"Hello, kau bukan vampir ingat itu,"ucapku

"Tapi kini aku menjadi vampir, bukan. Nah sekarang-"Kepala Zein perlahan mendekati leherku. Aku berusaha melepaskan diriku darinya. Sial kalau soal kekuatan aku kalah jauh darinya. Hembusan nafas Zein terasa mengelitik di leherku dan disaat itu juga jantungku mulai menggila. Yah ampun kenapa aku jadi salah tingkah begini.

"Pufftt..."

Sialan dia mempermainkanku!. Aku menginjak kakinya dengan sepatu vanthopelku, membuatnya menjauh dariku sambil mengaduh kesakitan memegangi kakinya.

"Bo-bodoh! A-ku membencimu!"seruku langsung kabur dari hadapannya.

"Oi Annabelle! Tanggung jawab! Mau kemana kau! Oi!"serunya

"Bodo!"seruku.

Aku pun berjalan memasuki ruang tengah yang kini sudah mulai ramai dengan tamu-tamu yang datang mengenakan kostum pilihan mereka masing-masing. Iya, paman dan bibi sengaja mengadakan pesta Halloween di rumahnya karena alasannya cukup tidak masuk akal bagiku yaitu agar aku tidak sedih karena kedua orangtuaku tidak ikut merayakan Halloween bersamaku. Oh, ayolah aku sudah besar dan aku sudah mengerti mengapa mereka tidak bisa merayakan halloween bersamaku seperti biasanya.

"Anna,"ucap seseorang yang membuatku menoleh ke sumber suara.

"Amelia, kau datang? Kupikir kau tidak akan datang karena jauh dari rumahmu,"ucapku senang sambil memegang kedua tangannya.

"Hehehe... Dah biasa kali Anna. Kau tidak ingat, aku kan sekolah di kota ini juga."

"Oh iya, kau satu sekolah sama si songong pantat wajan itu." Amelia tertawa ketika aku menyebutkan julukan yang kutunjukan untuk Zein.

"Astaga, julukan untuk Zein ketika kecil belum hilang yah. Oh iya, dimana Zein?"ucap Amelia

"Entah. Peduli amat dengan anak songong itu. Kau tau dia tadi mempermainkanku. Menyebalkan,"gerutuku.

Amelia yang melihatnya hanya tertawa kecil dan mengajakku untuk duduk. Ketika aku asik ngobrol dengan Amelia, tidak sengaja aku melihat pria songgong itu sedang dikerubungi oleh cewek-cewek centil dengan kostum yang meurutku tidak seram sama-sekali, malah lebih terlihat seperti memamerkan ke cantikannya. Kalau di kartun-kartun pasti mata mereka berbentuk love dengan aura pink pink gimana gitu. Sementara Zein yang ditengah di kerubungi cewek-cewek centil hanya memasang tampang sok cool-nya.

"Menjijikan, sok kegantengan, menyebalkan, sok cool, menjijikan, menyebalkan," gumanku dan tanpa sadar aku menancap-nancapkan sendok ke kue yang kini berada di pangkuanku.

Aku merasakan bahuku ditepuk. Aku pun tersentak dan menoleh ke arah Amelia yang tersenyum-senyum genit. Aku menatapnya menyirit heran.

"Apa? Kenapa kau tersenyum-senyum gitu?"

"Kau cemburu yah Anna.".

"Hah? Apa otakmu juga sama bermasalahnya dengan Zein?"ucapku sebal

"Habis, Tatapan matamu itu dari tadi hanya melihat Zein dan kumpulan cewek yang mengerubunginya. Bukannya itu berarti kau cemburu ?"

Aku tertawa garing mendengar ucapan Amelia bahwa aku cemburu.

"Hello... Aku cemburu ? Pada Zein? Yang benar saja. Itu konyol Amelia,"ucapku

" Kalau itu bukan cemburu jadi apa namanya?"

Aku pun berpikir sejenak. Err...Jadi apa yah oh? " Sebel, "ucapku dengan tatapan datar. Amelia terbengong mendengarnya dan berakhir dengan tertawa.

"Anna, Anna. Kamu itu yah benar-benar gak peka dengan perasaan sendiri."

" Ah, bodo. Yang penting aku sebel. Muka sok tampan tapi songong aja sombongnya minta ampun."

"Kurasa Zein itu memang ganteng. Liat dia mengenakan kostum vampire itu, dia jadi mirip Edward Culen." mendengar itu seketika tawaku meledak.  

"Edward Culen katamu? Hahaha...bagiku dia seperti badut jalanan yang gak makan beberapa minggu hahaha... "

Amelia yang melihatku menertawakan Zein hanya mengeleng-gelengkan kepalanya. Yah ampun Edward Culen? Dia ? Konyol. Aku pun berusaha meredakan tawaku, setelah tawaku berhenti aku pun menyeka air mataku yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.

"Hei Anna, liat itu ada yang mengenakan kostum belalang. Lucu sekali."aku pun mengikuti arah yang ditunjukan Amelia dan benar ada yang mengenakan kostum belalang. Tunggu, itu kan-

"I-itu kan cowok aneh tetangga baru bibi,"ucapku

"Hah? Tetangga baru?" aku pun mengangguk. Aku pun memperhatikan lebih jelas lagi dan memang benar dia pria formalin itu.

"Amelia, tunggu sebentar aku ingin menghampirinya,"ucapku langsung menghampirinya sampai aku tidak memperdulikan Amelia memanggilku.

"Hei! Tunggu!"ucapku dan sepertinya dia tidak mendengarkanku. Pria itu berjalan keluar dari pintu depan dan aku pun mengikutinya. Kini aku sudah berada diluar rumah dan ku lihat pria itu berjalan ke arah halaman belakangnya.

Mau apa dia sebenarnya? Aku pun diam-diam mengikutinya dan kostum yang dia kenakan dilepasnya dan kini dia mengenakan baju dan celana panjang berwarna hitam. Astaga aku jadi teringat cerita bibi. Aku masih memperhatikan gerak-geriknya dengan bersembuyi di balik semak-semak bunga milik bibi.

Aku melihat dia sedang berbicara lewat telepon dan begitu dia menjauhkan ponselnya dari telinganya seseorang muncul sambil membawa sesuatu, kantong plastik berukuran besar mirip dengan kantong plastik yang kulihat dia menyeretnya kemarin.

"Apa sih sebenarnya isi kantong itu?"bisikku sangat halus.

Tak lama pria yang membawa kantong plastik besar itu pun pergi menyisakan pria aneh itu dengan kantong plastik besar yang kini dia angkat dan membawanya masuk ke dalam gudang kecil. Aku mempertajam penglihatanku dan aku melihat seperti kaki keluar dari kantong itu.

Oh... Rupanya kaki. Hah?! KAKI! . Mendadak bulu kudukku berdiri. Entah kenapa atmosfir di sekitarku menjadi begitu mencekam. Tidak tidak ini hanya perasaanku yang begitu kalut dengan apa yang kulihat tadi. Tapi tetap saja pikiranku tentang apa yang kulihat tadi membuatku merinding sendiri.

"Ja-jadi bau formalin itu dan dan apa yang kulihat barusan tadi? Dia...dia..."gumaku kehabisan kata-kata. Apa aku harus melaporkan ini ke polisi tentang apa yang kulihat ini? Atau mengadukannya pada paman atau bibi?.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Jika aku melaporkan ini pasti mereka tidak akan percaya sama seperti Zein yang menertawakan kecurigaanku waktu itu. Aku harus mendapatkan bukti yang kuat agar mereka termasuk pria songong itu percaya padaku. Baiklah, sepertinya ini akan menjadi malam Halloween paling mengerikan yang pernah ada dalam sejarah kehidupanku. Pria itu keluar dari gudang kecilnya dan berjalan ke arah pintu belakang rumahnya dan inilah saatnya aku mencari bukti itu.

Bukti bahwa pria itu telah-ah...tidak, jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Ketika aku sudah berada di depan pintu gudang kecil itu aku melihat ke arah pintu dimana dia masuk tadi. Dan sepertinya dia belum keluar. Aku pun meraih kenop pintu gudang kecil tersebut. Decitan pintu gudang kecil ini membuat jantungku semakin menggila. Ketika aku ingin melihat kedalam seseorang telah membungkam mulut dan mataku.

Tidak!! Siapapun tolong aku!!

Bersambung...


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top