5. Kissing You.

"Pramuda nembak kamu? Serius?" Tanya Yessy kepo yang tidak lain adalah sahabat Flopia.

"Iya."

"Terus kamu terima?"

"Enggak." Flopia bergeleng pelan sambil meminum jusnya.

"Untung kamu tolak. Dia itu terkenal playboy banget. Ceweknya bertebar di mana-mana. Aku yakin, dia ngejar kamu karena cantik. Begitu dia dapat, kamu bakal diajak tidur."

"Tapi dia janji mau berubah kalau aku kasih kesempatan."

Yessy memutar kedua bola matanya. "Omongan pria seperti itu jangan di percaya. Aku nggak suka kamu dekat sama abangnya Langit. Dia penjahat kelamin. Pokoknya kamu harus hapus semua kontak yang berhubungan dengan dia."

Flopia tersenyum kecil dan memajukan tubuhnya ke depan seraya bertopang dagu. "Bukannya kamu suka juga ya sama bang Pram?"

"Hah? Eng-nggak. Kapan? Siapa yang bilang?" Tanya Yessy sedikit gugup.

"Langit yang bilang sih. Katanya kalian itu satu daerah. Kamu udah jadi fans bang Pram dari jaman SD. Suka kasih cokelat, bahkan pernah pas SMP katanya kamu pernah ngasih surat cinta gitu ke bang Pram. Tapi nggak pernah ditanggepin. Pokoknya kata Langit, kamu selalu ngikut dan daftar ke sekolah yang ada bang Pram. Itu beneran nggak sih?"

Sahabat Flopia itu tertunduk malu. Yessy tidak menjawab pertanyaan dari Flo, dia malah sibuk mengaduk-aduk jus pokatnya. "Woy Yessy! Jawab dong, kok diam sih?" Tanya Flo penasaran.

"Iya-iya... aku pernah suka. Tapi itu dulu banget."

Flopia tertawa begitu mendengar jawaban Yessy. "Ya ampun... jangan bilang kamu sengaja ambil kuliah di sini biar satu universitas dan bisa ketemu bang Pram?"

"Apaan sih Flo! Enggaklah. Aku nggak suka lagi sama dia."

Suara dering ponsel dari Flopia menghentikan percakapan diantara mereka berdua. "Wah bang Pram panjang umur banget. Baru juga diomongin," Celetuk Flo tersenyum.

"Jangan diangkat!" Larang Yessy saat Flo ingin menjawab telepon.

"Kenapa?"

Yessy langsung merebut ponsel dari tangan Flo dan segera menolak panggilan Pram. "Aku nggak mau kamu dirusakin ama dia."

"Tapi bang Pram itu baik sama aku."

"Yaiyalah dia baik, kan ada maunya. Gimana sih kamu!" Balas Yessy kesal dan meletakkan ponsel Flo kembali ke atas meja.

Sepuluh detik kemudian ponsel itu berdering lagi. Dengan cepat Flo meraih ponselnya dan langsung menjawab panggilan tersebut. "Ya, hallo bang Pram?"

"Udah pulang kuliah?"

"Iya udah, tapi ini lagi nongkrong sama teman." Flopia menjauhkan tangan Yessy yang berusaha untuk mengambil ponselnya.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Pram saat mendengar suara ribut.

Flopia berdiri dan menjauh dari yessy. "Lagi nyantai kok. Mm... bang Pram sendiri lagi apa? Udah pulang jaga?"

"Iya ini baru mau pulang."

"Ooh."

"Kalau aku ajak kencan sore ini mau nggak?"

Flopia menunduk sambil menggigit jari telunjuknya. "Mm... gimana ya. Aku lagi banyak tugas sih."

"Oh gitu, yaudah nggak apa-apa. Lain kali aja aku ajak lagi."

"Tapi... kalau pulangnya jam 8 malam boleh lah. Aku mau."

"Serius? Oke, kita pulang jam 8 tepat. Kirim alamat tempat nongkrong kamu, biar aku jemput sekarang."

"Oke." Begitu sambungan telepon terputus, Flopia segera mengirim pesan ke Pramuda. Setelah itu dia kembali ke meja, di mana ada Yessy yang sedang menatapnya kesal.

"Kamu naksirkan sama Pramuda? Maka nya mau angkat telepon dari dia," Tuduh Yessy sambil bersidekap di dada.

"Terlalu munafik, kalau aku jawab enggak."

"Tuh kan! Kamu suka sama dia!"

"Suka bukan berarti cinta," Ralat Flopia cepat. "Aku mau mengenal dia lebih jauh. Walaupun dia playboy, tapi bukan berarti dia nggak bisa berubah kan?"

"Pramuda itu nggak pernah cinta sama wanita manapun. Dia cuma mencari kesenangan, percaya deh sama aku."

Flopia menggenggam tangan sahabatnya itu. "Iya aku tahu. Kamu tenang saja, aku sama dia cuma berteman kok. Makasih ya, udah peduli dan perhatian sama aku."

"Iyalah, aku kan sahabat kamu."

Tak butuh waktu yang lama, dalam lima belas menit Pramuda sudah sampai di kafe tersebut. Begitu melihat sosok Flopia, dia pun segera menghampirinya.

Flopia tersenyum menyambut kehadiran Pramuda dan langsung memperkenalkan sahabatnya Yessy ke pria itu.

Pram tersenyum dan menjulurkan tangannya ke depan. "Salam kenal."

Yessy pun langsung menyambut tangan pria itu dengan semangat. Sebelah alis tebal Pramuda tertarik ke atas saat Yessy mengenggam tangannya begitu erat. "Bang Pram ingat sama aku nggak?" Tanya Yessy tersenyum manis seolah ingin menarik perhatian dari pria itu.

Pram bergeleng memberi jawaban. "Emang kita pernah ketemu?"

"Kita satu kampung bang Pram, aku orang Rampah juga."

"Ooh, sori. Aku nggak tahu," Jawab Pram jujur.

Yessy melepaskan tangan Pram dari genggamannya saat ia tersadar bahwa Flopia tengah memperhatikannnya. "Nggak apa-apa sih, aku juga kurang bersosialisasi di kampung. Jadi kurang dikenal orang-orang."

Pram hanya tersenyum seadanya merespon jawaban Yessy. Lalu beberapa detik kemudian dia menatap ke arah Flo. "Kita pergi sekarang?"

"Iya." Flo mengangguk sembari menenteng tas miliknya. "Kami berdua pergi dulu, nggak apa-apa kan Yessy?"

"Iya silahkan. Selamat bersenang-senang ya," Ucap Yessy dengan senyum terpaksa.

Yessy menatap kepergian Flopia dan Pramuda. Ada rasa iri dalam hatinya, saat mengetahui pria yang dia incar dulu kini tengah dekat dengan sahabatnya yaitu Flopia.

*****

"Kamu cantik banget deh, kapan jeleknya sih?" Gombal Pramuda begitu masuk dalam mobil sambil memasang safety belt ditubuhnya.

Flopia mendengus. "Mulai deh gombalnya."

"Tahu nggak apa perbedaannya jam 12 sama kamu?"

"Enggak tahu, emang apa?"

"Jam 12 itu kesiangan tapi kalau kamu kesayangan."

Flopia berusaha menahan senyumnya seraya memukul pelan bahu Pram, seolah dia sedang kesal. "Receh banget sumpah! Jadi kita mau jalan kemana nih?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan. Sejujurnya dia tidak sanggup kalau Pram terus merayunya.

"Kita nonton film ajak gimana?" Ajak Pram.

"Boleh," Jawab Flo mengangguk dan memperhatikan wajah pria itu yang tampak lelah. "Bang Pram kurang tidur ya?"

Pram mengangguk. "Aku kan sering jaga malam."

"Masa koas nggak ada waktu buat tidur?"

"Gimana mau tidur kalau follow up pasien per 15 menit? Mana pasien yang mesti di follow up itu bukan cuma satu, tapi banyak. Aku cuma bisa tidur-tidur ayam di kursi counter nurse bahkan aku pernah tidur di atas kardus di bawah wastafel karena udah capek banget."

"Ya ampun ngeri juga ya, aku nggak bisa bayangin. Tapi apa aja sih yang dikerjakan para koas kalau lagi jaga di rumah sakit?" Tanya Flopia penasaran.

Pram menjawab pertanyaan dari wanita itu sembari fokus menyetir. "Banyaklah tugasnya. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, mengajukan usul terapi dan penatalaksanaan pasien ke dokter supervisor. Melakukan follow up pasien untuk status rekam medik. Wajib mengikuti visite sama dokter di bagian tempat stase masing-masing. Terus koas juga disuruh membuat makalah dan laporan kasus sebagai syarat untuk mengikuti evaluasi atau ujian."

Flopia melongo kala mendengar penjelasan dari Pram. "Ribet juga ya. Terus kapan liburnya?"

"Gak ada istilah hari libur dalam kamusnya para koas. Kegiatan kami itu berlangsung setiap hari mulai dari pagi pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00 siang. Belum lagi kalau berbarengan dengan jadwal jaga malam, kami harus tetap berada di lingkungan rumah sakit. Besok siangnya baru bisa pulang ke rumah."

"Bang Pram pernah nyesal nggak udah ambil jurusan kedokteran?"

"Aku nggak pernah nyesal. Malah aku beruntung bisa nyemplung di dunia medis ini. Yang tadinya tidak tahu apa-apa, sekarang jadi serba tahu," Ujar Pram sembari memarkirkan mobilnya di salah satu pusat perbelanjaan di kota Medan. "Percaya atau tidak. Aku itu paling bahagia kalau bisa menyelamatkan nyawa orang," Lanjutnya lagi.

"Aku percaya kok. Tapi kalau pun bang Pram bohong, yang dosa dan masuk api neraka kan bang Pram sendiri." Ujarnya sembari turun dari mobil.

"Kalau buat dosanya berdua sama kamu, aku rela kok masuk api neraka." Canda Pram dan menggandeng tangan Flopia menuju bioskop twenty one.

Sesekali tangan Pram memeluk pinggang Flopia yang ramping. Ada beberapa film yang akan diputar sore itu. Di teater 1 diputar film action, teater 2 komedi, teater 3 horor dan teater 4 percintaan barat.

Akhirnya mereka berdua memilih film bertema percintaan. Setelah membeli tiket dan makanan ringan Flopia dan Pram masuk kedalam teather empat. Penonton di teater 4 ini tidak begitu banyak, kalau kuperhatikan seperempat dari kursi yang ada di teater tidak sampai terisi oleh pengunjung.

Sisi kiri dan kanan kursi yang mereka berdua tempati pun kosong melompong. Demikian juga deretan kursi muka dan belakang. Pram duduk menyandar dengan posisi merapat kearah Flopia dengan tangan yang masih saling menggenggam. Sentuhan dan remasan lembut tangan Pram membuat darah wanita itu berdesir.

Setelah iklan sponsor diputar cukup lama akhirnya film utama pun mulai diputar. Begitu lampu dimatikan, Pram mengubah posisi duduknya. Dia lebih merapatkan tubuhnya ke arah Flopia. Mungkin karena suhu di gedung bioskop yang dingin, Flopia pun melingkarkan tangannya pada lengan kiri Pram dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.

Mata mereka berdua terus fokos pada layar mengikuti alur cerita yang romantis. Beberapa kali Flopia dan Pram saling berbisik mengomentari jalannya cerita film. Bahkan Pram mengambil kesempatan dengan mencium pipi wanita itu sebanyak dua kali.

Efek suara yang syahdu membuat keintiman Pram dan Flopia semakin bertambah. Kini wajah mereka saling berhadapan, mata saling mengunci satu sama lain. Wajah Pram semakin mendekat. "May I kiss you?" Tanyanya yang mirip dengan bisikan.

Flopia tidak menjawab, namun dia memejamkan mata. Pram tersenyum, dia tahu itu sebuah isyarat bahwa wanita itu setuju. Tubuh Flopia bergetar hebat bagaikan tersengat ribuan volt listrik. Saat Pram mendaratkan kecupannya di bibir wanita itu.

Pram terus melakukan aksinya. Secara perlahan dia melumat lembut bibir tipis itu terus menerus. Flopia yang awalnya diam saja, kini ikut membalas pagutannya secara naluriah. Napas Flopia semakin memburu, ketika Pram memainkan lidahnya dan mengajak Flopia untuk saling melilit satu sama lain. Flopia segera mengakhiri ciuman maut itu untuk menghirup udara sebanyak mungkin.

"I love you," Ucap Pram sambil menghusap bawah bibir wanita itu yang tampak basah karena ulahnya.

"Kenapa ciuman bang Pram begitu hot?" Tanya Flopia polos.

Pram terkekeh. "Aku sudah sering melakukannya. Bahkan lebih dari sekedar ciuman bibir juga sering. Emangnya kamu dulu waktu pacaran ngapain aja?"

"Paling sering pegangan tangan sama pelukan. Kalau ciuman paling cuma nempel doang. Nggak ada hisap dan lumatan kayak tadi." Flopia

Pria itu kembali terkekeh mendengar jawaban jujur dari Flopia. "Cowok kamu payah!"

"Bukan payah. Dia jantan banget kok. Aku yang nggak mau diajak kayak gitu. Rasanya jijik aja kalau bayangin tukeran air liur."

"Terus kenapa sama aku mau?"

Flopia mengedikkan kedua bahunya sembari menunduk. "Itu dia, aku nggak tahu kenapa mau dicium sama bang Pram. Padahal kita nggak pacaran. Aku ngerasa mirip perempuan murahan di luar sana."

Pram menarik dagu wanita itu untuk menatap ke arahnya. "Kamu nggak cocok untuk jadi wanita murahan. Kamu cocoknya jadi pacar aku. Tapi sayangnya, kamu nggak mau."

"Bang Pram punya banyak pacar. Sementara aku tipe wanita yang posesif. Aku nggak suka berbagi dengan wanita manapun."

"Tidak masalah. Justru aku suka kamu posesif, itu artinya kamu cinta dan takut kehilanganku." Pram menggenggam tangan wanita itu untuk lebih meyakinkannya. "Please... beri aku kesempatan Flo. Aku mau jadi bagian dari hidup kamu."

Flopia tersenyum sembari mengangguk memberi jawaban. Kemudian ia menyandarkan kepalanya lagi di bahu Pram. Selama film diputar sudah 5 kali mereka berdua berciuman seperti itu. Flopia dibuat ketagihan oleh Pramuda. Terutama dengan permainan lidahnya yang membuat Flopia melayang di awang-awang.

16-April-2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top