17. Heaven.

Pramuda terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponsel miliknya yang berdering. Dengan mata yang masih mengantuk, dia menjawab telepon itu.

"Ya Halo?"

"Selamat sore bang Pram."

"Sore. Hem... ini siapa ya?"

"Ini Yessy, bang Pram baru bangun tidur ya?" Tanya wanita itu saat mendengar suara Pram yang parau, khas seperti orang baru bangun tidur.

Detik berikutnya Pram membuka mata dan melihat nama Yessy yang tertera di layar ponselnya. Itu semua bermula dari Flopia yang mengirim pesan ke sahabatnya itu dengan menggunakan ponsel Pram. Dan sudah tiga bulan ini Yessy rajin mengirim chat dan menghubungi Pram hampir setiap hari.

"Oh kamu yang telepon. Sori, tadi aku tertidur capek banget baru pulang jaga malam."

"Berarti bang Pram ada dikontrakan sekarang?"

"Iya. Kenapa Yessy?" Tanya Pram sambil menggaruk keningnya yang tidak gatal sama sekali.

"Aku boleh ke sana nggak?"

"Untuk apa?"

"Hem... gini bang Pram. Mama aku tadi masak sambal teri banyak. Nah aku ingat kata Flo, bang Pram itu suka banget sama sambal teri. Jadi aku mau ngantar sama bang Pram sebagian."

"Makasih sebelumnya, tapi apa nggak ngerepotin ya?"

"Nggak ngerepotin kok, aku malah senang kalau bang Pram nerima sambal terinya."

"Oh oke. Kebetulan aku juga lagi malas masak di kontrakan."

"Bisa kirim alamat kontrakan bang Pram?"

"Ya, akan aku kirim."

Begitu sambungan telepon terputus, Pram langsung memberikan alamatnya pada Yessy. Setelah itu dia meletakkan ponselnya di sebelah bantal dan kembali melanjutkan tidurnya.

Sekitar lima belas menit, Pram mendengar suara ketukan di pintu kontrakan. Tanpa menebak, pria itu sudah tahu siapa yang bertamu sore ini.

Pram tersenyum begitu membuka pintu. "Nggak nyasar kan tadi?"

Yessy bergeleng dan tersenyum anggun. "Enggak kok."

Pram memperhatikan penampilan Yessy dari atas kepala hingga ujung kaki. Wanita itu berdandan cantik dengan balutan pakaian yang cukup ketat sehingga mencetak lekuk tubuhnya yang menonjol. Bahkan Pram dapat mencium aroma bunga mawar dari parfum Yessy.

"Mau berdiri di sini saja atau masuk ke dalam?" Tawar Pram.

"Masuk aja."

Pram mengangguk dan mempersilahkan Yessy masuk ke dalam. Dia juga sengaja membiarkan pintu kontrakannya terbuka.

"Oh iya, ini bang Pram sambal terinya. Mau aku pindahin ke mana?" Tanya Yessy lembut.

"Nggak usah repot, biar aku aja yang pindahin." Pram mengambil tupperware itu dari tangan Yessy. "Kamu duduk aja, oh iya mau minum apa?"

"Nggak usah repot bang Pram."

Pram berjalan ke belakang memindahkan makanan itu ke wadah miliknya. Sementara Yessy masih berdiri dan mengamati setiap sudut ruangan kontrakan Pram. Kedua matanya menyipit kala mendapati beberapa sepatu milik Flopia yang tersusun rapi di rak sepatu.

"Bang Pram itu sepatu Flopia kan?" Tanyanya saat Pram kembali ke ruang depan.

Pram menggangguk. "Iya. Dia sering nginap di sini, jadi sebagian barang miliknya di tinggal."

"Nginap?" Tanya Yessy kaget. "Bukannya bang Pram dan Flopia udah putus tiga bulan yang lalu?"

Pram tertawa. "Gosip darimana itu? Kami nggak pernah putus."

Yessy terdiam. Dalam hatinya bertanya-tanya. Dia berpikir selama ini Pram dan Flopia sudah tidak berhubungan lagi.

"Apa Flopia tahu kamu ke sini? Tanya Pram penasaran.

"Enggak." Yessy bergeleng.

"Oh."

Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengerti apa yang terjadi di sana. Jelas Pram tahu kalau sahabat Flopia itu memiliki rasa padanya. Semua terlihat jelas dari tindakan Yessy dari beberapa bulan ini. Mungkin jika waktu itu Pram tidak melihat Flopia mabuk dan menangis karena kesalahannya, bisa dipastikan Pram akan meladeni Yessy dan langsung menarik wanita itu ke atas ranjang. Tapi tidak untuk sekarang. Dia tidak ingin melihat wanita yang ia sayangi itu menangis lagi. Dia ingin berubah menjadi lebih baik untuk Flopianya.

"Aku balik dulu bang Pram." Yessy kecewa karena mengetahui bahwa Flopia masih berhubungan dengan pria yang ia cintai sejak dulu.

"Oke. Hati-hati di jalan. Terimakasih untuk sambal terinya."

Yessy mencoba tersenyum walaupun sebenarnya hatinya terluka untuk kesekian kalinya. "Lain kali akan aku bawakan lagi."

Pram memandangi kepergian Yessy dari depan kontrakannya. Dia tahu wanita itu pasti sedang patah hati karenanya.

"Bisa bahaya kalau Flopia tahu sahabatnya itu naksir aku. Makin cemburuan dan posesif pasti. Susahnya jadi cowok tampan ya begini." Pram menghembuskan napas sembari berbalik ke dalam dan menutup pintunya.

*****

Jam delapan malam Flopia sengaja tidak memberitahu Pram kalau ia datang mengunjunginya. "SUPRISE!!" Teriak Flopia gembira saat masuk ke dalam kontrakan Pram dan memamerkan wadah tupperware pada kekasihnya.

"Itu apa?" Tanya Pram sambil mengikuti Flopia yang berjalan ke dapur.

"Ini sambal ikan teri pedas kesukaan kamu Yank."

"Kamu yang masak?"

"Enggak ih, Mama yang bikinin. Aku kan nggak pintar masak. Air aja bisa gosong hihihi."

Pram menyandarkan punggungnya di dekat pintu dapur sambil melipat ke dua tangan di depan dada. "Terus kamu pintar ngapain hem?"

"Aku bisa disuruh apa aja kecuali memasak. Oh iya kamu udah makan? Biar aku siapin."

"Udah. Tadi ada teman kontrakan sebelah yang antar ikan teri sambal juga ke sini," Ucap Pram sengaja berbohong.

"Yah... terus teri sambal yang aku bawa gimana?"

Pram mendekati Flopia dan memeluknya dari belakang. "Itu nggak akan basi kok. Besok pasti aku habisin."

Flopia memejamkan kedua matanya saat Pram mencium lehernya dengan mesra. "Jadi katakan padaku, keahlian apa yang kamu punya sebagai seorang wanita," Lanjut Pram berbisik di telinga Flopia.

"Tadi aku udah bilang bisa apa aja, asal jangan menyuruhku memasak."

Kali ini dengan sengaja Pram menghembuskan napasnya ditelinga wanita itu sembari mengigit kecil di sana. "Sebutkan lebih spesifikan sayang."

Flopia mengerang dan membalikkan tubuhnya menghadap Pram. Dia tersenyum dan memainkan jari telunjuknya di bibir pria itu. "Nakal kamu. Jangan gigit-gigit telinga aku. Geli tahu. "

"Kangen Yank... udah tiga bulan aku nggak cium kamu lagi."

"Ingat kamu masih dalam masa hukuman. Jadi dilarang cium-cium."

Pram segera melepaskan pelukannya. "Kamu memang pintar nyiksa aku Yank."

Flopia tertawa dan memeluk lengan kekasihnya itu. "Kamu punya gitar nggak?"

"Ada di dalam kamar. Memangnya kenapa?"

"Aku mau tunjukin keahlian aku."

"Kamu bisa main gitar?" Tanya Pram dengan sebelah alis terangkat.

Flopia mengangguk. "Bisa dong. Kamu nggak percaya?"

"Bentar aku ambil gitarnya dulu." Pram masuk ke dalam kamar. Dan satu menit kemudian keluar membawa gitar ke ruang depan.

Flopia duduk di kursi dan menerima gitar itu dari Pram. "Kamu mau aku nyanyiin lagu apa?"

"Terserah kamu, aku akan mendengarkannya."

Flopia tersenyum dan mulai memetik tali gitar. Dia melantunkan lagu Heaven milik Bryan Adams sambil memandang wajah Pram yang tampan.

Oh... thinkin' about all our younger years
Oh terpikir tentang masa-masa muda kita

There was only you and me
Hanya ada kau dan aku

We were young and wild and free
Kita masih muda dan liar dan bebas

Now nothin' can take you away from me
Kini tak ada yang bisa mengambilmu dariku

We've been down that road before
Kita pernah melalui jalan itu

But that's over now
Namun kini berakhir sudah

You keep me comin' back for more
Kau membuatku terus ingin mengulangi masa-masa itu

Baby you're all that I want
Kasih kaulah yang kuinginkan

When you're lyin' here in my arms
Saat kau berbaring di sini di pelukanku

I'm findin' it hard to believe
Sulit kupercaya

We're in heaven
Kita ada di surga

And love is all that I need
Dan cintalah yang kubutuhkan

And I found it there in your heart
Dan kutemukan itu di hatimu

It isn't too hard to see
Tak terlalu sulit untuk dilihat

We're in heaven
Kita ada di surga

Flopia berhenti bernyanyi karena Pram terus memandangnya tanpa berkedip. "Hem... apa suaraku terlalu buruk?" Tanyanya gugup saat melihat jakun Pram yang naik turun. Flopia merasa Pram sedang menelanjanginya hanya dengan tatapan pria itu.

Pram kembali menelan ludahnya dengan susah. Butuh kekuatan penuh bagi Pram untuk tidak menyerang Flopia yang kini duduk gelisah di kursinya sendiri. Bahkan ia merasa iri dengan gitar yang dipeluk kekasihnya itu. Harusnya ia yang berada dipelukan Flopia dan mencium bibirnya sampai puas.

"Suaramu terdengar merdu sekali." Pram mulai bersuara.

Di lain sisi Flopia mulai merasa keringat dingin begitu Pram berdiri dan duduk di sampingnya. "Aku cemburu kalau kamu memeluk gitar ini terlalu lama," Lanjut Pram sambil menarik gitarnya dari dekapan Flopia.

Diletakkannya gitar itu ke atas meja. Lalu Pram melingkarkan satu tangannya di pinggang Flopia dan menariknya untuk bisa lebih dekat lagi padanya. "Katakan padaku, bagaimana bisa kamu terlihat begitu seksi hanya dengan memainkan gitar sialan?"

Kini jarak mereka berdua begitu dekat. Bahkan Flopia dapat merasakan hangat hembusan napas dari pria itu.

"Pram...." Ucapnya dengan menahan dada kekasihnya. "Kamu terlalu dekat."

"Please Flo... aku mau kamu malam ini," Pram memohon dengan wajah tersiksa. "Setiap harinya kamu tambah cantik di mataku. Dan aku udah cukup tersiksa selama tiga bulan ini untuk tidak menyentuhmu."

"Tapi a--ku takut Pram."

"Apa yang kamu takutkan?"

"Takut kalau suatu hari kamu akan bosan padaku. Nggak ada hal yang akan bikin kamu penasaran denganku lagi, jika kamu sudah mendapatkan tubuhku sepenuhnya."

Pram menarik tangan kanan Flopia dan mengecupnya beberapa kali. "Aku janji akan setia sama kamu. Aku nggak akan bermain dengan wanita manapun lagi. Cuma sama kamu aku tergila-gila seperti ini, jadi bagaimana mungkin aku bisa bosan padamu?"

"Janji?" Tanya Flopia dengan menyulurkan jari kelingkingnya pada Pram.

"Janji," Balas Pram sambil menautkan kedua jari kelingking mereka.

Flopia tersenyum malu dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Tanpa membuang waktu, Pram langsung menggendong kekasihnya ke dalam kamar. Dia tidak mau Flopia berbubah pikiran lagi. Kali ini ia akan menunjukkan pada kekasihnya, apa itu surga bercinta.

25-Juni-2017

Selamat lebaran bagi yang merayakannya 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top