Room 5
Yuhuuuu akhirnya Santa update lagi >_<
Yuk komen sebanyak-banyaknya ^^ lusa aku double update ya!<3<3
•
•
Blue menemani Santa makan setelah mengatakan mencari restoran yang masih buka. Dia sudah makan di rumah, tapi melihat Santa rasanya sudah lapar lagi. Perempuan itu makan dengan lahap. Ketika ditanya kenapa tidak makan di rumah, Santa mengatakan bosan makan masakan pembantu rumahnya.
"Tadi siang kenapa kamu pergi gitu aja, Blue?" Santa membuka obrolan.
"Aku pergi ketemu sahabatku."
"Oh, gitu." Santa manggut-manggut mengerti. Mungkin hanya perasaannya saja Blue menghindar. Buktinya sekarang masih bersedia menemaninya walau tidak ikutan makan. "Makanan di restoran ini enak. Kamu pintar aja cari tempat yang pas."
Blue tersenyum. Restoran yang dia rekomendasikan untuk Santa adalah restoran yang paling rutin dia datangi bersama Nine dulu. Selama satu tahun menjalin hubungan dengan Nine, dia tidak pernah absen mampir ke sini. Restoran ini menjadi saksi kencan pertama mereka. Pacaran cuma setahun, deketin lagi bertahun-tahun, dan akhirnya Blue ditinggal nikah. Miris. Seharusnya dia tidak merekomendasikan restoran ini. Masih banyak restoran lain yang tidak membawa kenangan manis dalam ingatan.
"Kamu tau tempat ini dari mana, Blue?" tanya Santa, mencoba menyalakan suasana yang mulai hening.
"Tau sendiri."
"Tempatnya bagus. Aku suka. Kelihatannya aku bakal rutin datang ke sini."
"Jangan. Restoran lain banyak yang lebih enak."
Santa mengangkat satu alisnya. "Lho, kenapa, Blue?"
"Pokoknya jangan."
Santa menatap heran. Memangnya ada alasan kenapa dia tidak boleh datang ke sini?
Blue yang kala itu menyadari perubahan ekspresi Santa buru-buru meralat, "Maksudnya lain kali aku ajak ke restoran lain yang lebih bagus. Kamu pasti suka."
Santa tidak curiga lagi. Dia malah senang bukan main mendengar Blue ingin mengajaknya mengunjungi restoran lain.
"Oh, ya, gimana jadi manager Kak Green? Enak nggak?" tanya Blue.
"Enak kok. Green baik banget." Santa menjawab dengan excited.
"Berarti kamu...." Blue tidak melanjutkan saat merasakan ponselnya bergetar. Dia melihat ID caller lebih dahulu sebelum akhirnya mengangkat panggilan. "Ya, halo?"
"..."
Blue spontan bangkit dari tempat duduknya. "Di mana? Biar aku samper sekarang."
"..."
"Ya udah, tunggu ya. Aku otw sana."
Santa yang mengamati perubahan ekspresi Blue dibuat penasaran. Siapa yang telah membuat Blue khawatir? Kenapa langsung berdiri? "Siapa, Blue?" tanya Santa memberanikan diri.
"Nine. Ban mobilnya pecah. Dia nggak tau mau minta tolong siapa soalnya Zero lagi di luar kota dan suaminya dinas ke luar negeri. Aku mau bantu dia. Aku pamit ya, Santa. Jangan pulang terlalu malam. See you." Blue melempar senyum kepada Santa sebelum meninggalkan perempuan itu sendirian.
Santa yang ditinggalkan cuma bisa memaksakan senyum sambil melambaikan tangan kepada Blue. Jika dipikir-pikir kenapa harus Blue? Memangnya Nine tidak punya sepupu? Ah, tapi ya sudahlah. Mungkin memang Nine butuh Blue. Menjauhkan pemikiran yang membuatnya sedih, dia mendapati panggilan masuk.
"Arik? Mau ngapain?" Santa bertanya-tanya bingung. Sebelum dia mati penasaran lebih baik dia angkat. "Halo, Arik?"
"San, di mana?" tanya Arik dari seberang sana.
"Di restoran. Kenapa, Ar?"
"Tolong bantuin gue dong. Green mabuk berat nih. Gue sendirian. Yang lain lagi pada sibuk. Tolong nyusul ke sini. Gue chat alamatnya. Om Damon juga lagi otw. Gue tunggu ya."
Belum sempat Santa menolak panggilan sudah ditutup seenaknya. Detik berikutnya Santa melihat pesan masuk dari Arik yang mengirimkan lokasi terkini. Santa tidak menyelesaikan makan malam dan bergegas menuju lokasi yang dituju.
🗝️🗝️🗝️
Santa pulang ke rumah Yzezina sahabatnya sudah bertolak pinggang dan memasang wajah marah persis ibu tiri di sinetron yang jahatnya nggak ketolongan. Santa menghela napas begitu bokong mendarat di atas sofa.
"Ampun deh gue sama lo. Kenapa tadi chat gue nggak dibalas? Telepon aja lo abaikan. Emang kurang ajar sih bapak lo tapi jangan main kabur kayak tadi dong, San," cerocos Yzezina.
Santa mengabaikan ocehan Yzezina. Dia menatap langit-langit sambil menghela napas. Setelah berhasil mengantar Green dengan selamat bersama Arik dan Mas Damon, dia tidak melihat Blue ada di rumah. Laki-laki itu belum pulang. Apa Nine memang sangat penting untuk Blue? Pikirannya tak berhenti dipenuhi pertanyaan yang sama.
"Seandainya lima bulan gue nggak berhasil dapatin Blue, gue mau balik ke London. Selain healing, gue juga nggak mau ketemu bokap lagi. Kedatangan gue dari awal aja udah salah," ucap Santa tiba-tiba.
Yzezina menurunkan tangannya kemudian duduk di samping Santa. Niat hati mengomel pudar karena wajah Santa menunjukkan sesuatu yang dipendam. "Kenapa bilang gitu? Waktu itu semangat dan optimis banget. Kenapa mendadak hopeless?"
"Ini bukan hopeless sih, Ze. Gue cuma mau memotivasi diri. Kalo gagal ya gue kembali aja ke London. Buat apa juga menetap di sini. Bapak gue aja nggak menginginkan kehadiran gue. Paling cuma lo doang."
"San..." Yzezina menahan napas mendengar kalimat itu. "Tolong jangan berpikir kayak gitu. Bokap lo tuh––"
"Zezi," potong Santa. Dia menoleh ke arah Yzezina dan melanjutkan, "Sebanyak apa pun lo bilang bokap gue nggak bermaksud begitu, maka sebesar itu juga gue sadar bokap gue nggak menginginkan kehadiran gue. Ini udah hampir tiga puluh tahun sejak gue lahir, gue nggak diinginkan. Buat apa coba menetap di tempat yang ditolak?"
"San... jangan gitu. Coba deh––"
"Zez, sori gue potong. Gue mau tidur duluan boleh?" potong Santa lebih dulu. Yzezina mengangguk. "Ya udah sana."
Santa bangkit dari tempatnya dan memeluk Yzezina. "Good night, Mom. See you tomorrow." Kemudian, dia meninggalkan Yzezina sendirian.
Yzezina dibuat penasaran. Ada apa dengan Santa sampai hopeless begitu? Apa ada hubungannya dengan Blue? Apa pun itu dia perlu bertanya kepada Green.
🗝️🗝️🗝️
Pagi-pagi sekali Santa sudah tiba di rumah Blue. Hari ini ada acara talkshow di salah satu stasiun televisi. Santa membawakan sup untuk membantu pengar Green hilang. Selain menyiapkan untuk Green, dia juga membuat sarapan khusus Blue. Pada saat yang sama, dia berpapasan dengan Blue yang baru saja turun dari atas.
"Pagi, Blue," sapa Santa ramah seperti biasa.
"Pagi, San. Hari ini Kak Green ada jadwal?"
Santa mengangguk. "Kamu sendiri ada jadwal?"
"Nggak ada sih, tapi mau nyamper Nine."
"Oh, gitu." Santa tetap mempertahankan senyum. "Anyway, aku punya ini untuk kamu. Jangan lupa dimakan ya, Blue. Semoga kamu suka." Dia mengeluarkan kotak makan yang diperuntukkan untuk Blue.
"Makasih ya, San. Aku pergi dulu. See you."
"Bye, Blue. Take care."
Baru saja Blue melangkah pergi, tiba-tiba ada Arik dan Ruben datang. Keduanya menyapa Blue lebih dulu. Salah satunya berteriak kencang menyapa Santa.
"San!" panggil Ruben. "Kamayel minta nomor lo nih. Kasih nggak?"
Arik menutup telinganya dan menyenggol bahu Ruben. "Norak lo! Jangan teriak-teriak dong dikira jaraknya Santa di ujung banget kali sampai bikin gendang telinga gue sakit."
Ruben nyengir. Sengaja sih biar Blue dengar. Kalau bicara pelan siapa tahu Blue tidak dengar. Anggap saja ini siasat lain supaya membuat Blue penasaran--itu pun kalau memang penasaran. Sementara itu, Santa langsung berlari mendekat. Blue yang awalnya mau berangkat mendadak berdiri lebih lama di depan Arik dan Ruben.
"Katanya lo mau cabut? Nggak jadi?" usik Arik kepada Blue. Namun, laki-laki itu mengabaikannya karena pandangannya tertuju pada Santa yang baru saja berdiri di depan mereka. Dengan sengaja dia menginjak sepatu baru Ruben sampai teman satu bandnya itu nyaris mengomel kalau tidak sadar akan kode darinya.
"Jadi boleh nggak Kamayel minta nomor lo, San? Waktu kemarin dia mau minta nomor lo secara langsung tapi nggak enak katanya," ucap Ruben akhirnya mengikuti alur strategi Arik.
"Boleh kok, tapi kasih nomor gue yang satu lagi aja." Santa merogoh ponselnya, lalu menyodorkan kepada Ruben. Dia tidak hafal nomornya yang satu lagi jadi ingin membiarkan Ruben yang melihatnya sendiri. Belum sempat ponselnya diambil Ruben, dia terkejut ketika Blue meraih ponselnya.
"Jangan dikasih. Kamayel tuh playboy," kata Blue.
Arik membalas, "Siapa yang bilang? Kamayel pacaran sama mantan-mantannya lama lho! Mana ada yang seumur jagung."
"Jangan jerumusin Santa ke hal yang nggak-nggak deh lo berdua."
"Jerumusin? Memangnya kalo Santa dimintain nomor handphone sama Kamayel, itu pertanda mereka bakal jadian? Nggak, kan?" sambung Ruben.
Blue diam sebentar sebelum akhirnya mengembalikan ponsel kepada si pemilik ponsel. "Terserah deh. Gue cuma kasih tau doang. Gue cabut. Bye."
Santa terheran-heran. Sementara itu Arik dan Ruben ber-toss ria setelah siasat abal-abal mereka berhasil membuat mereka berspekulasi. Iya, spekulasi jangan-jangan Blue cemburu dan tidak suka Santa didekati laki-laki sesempurna Kamayel.
"San, kelihatannya nih Blue mulai tertarik sama lo." Ruben mengutarakan spekulasinya sambil menyenggol pundak Arik yang ikut mengangguk seolah membenarkan kalimatnya.
Santa geleng-geleng kepala. "Kalian ngira begitu dilihat dari mana?"
"Tindakannya barusan. Kenapa harus ngealarang lo ngasih nomor lo buat Kamayel?" jawab Ruben. Dia kembali menyenggol bahu Arik, yang mana akhirnya ikut mengangguk setuju. "Berarti dia ada ketertarikan, kan? Takut lo diapa-apain sama orang lain."
"Gue juga berharap kayak gitu. Sayangnya nggak. Dan asal kalian tau aja Blue mau pergi nyamper Nine, mantan tercintanya," beber Santa, berhasil membuat Ruben dan Arik melotot kaget. Sebelum kedua orang itu semakin berpikir yang tidak masuk akal, dia buru-buru berbalik badan bermaksud menjauhi.
"Eh? Serius, San?" tanya Ruben masih tidak percaya sembari menyusul langkah Santa dari belakang.
"Ini bukan prank, kan? Masa sih dia samper mantannya? Terus sikapnya yang tadi apa maksudnya?" timpal Arik, yang juga tidak kalah percaya.
Santa tidak menjawab. Dia hanya mengacungkan ibu jarinya ke udara dengan maksud mengiyakan. Namun, dia sempat kepikiran juga soal tindakan Blue barusan. Kenapa harus bilang Kamayel playboy kalau ternyata laki-laki itu tidak seperti yang dikatakan? Kenapa tidak memperbolehkannya memberi nomor? Santa tidak mengerti.
🗝️🗝️🗝️
Jangan lupa kasih vote dan komen kalian<3<3<3
Follow IG: anothermissjo
Bonus mukanya Blue :3 Blue punya banyak tato gaes '-')9
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top