Room 10

#Playlist: Julie Anne San Jose - Let Me Be The One

Yuhuuuu! aku update lagi ^^

Jangan lupa tinggalkan komen sebanyak-banyaknya karena setelah ini ada double update!❤️

Beberapa menit setelah selesai didandani Yzezina—sebatas dipoles lipgloss dan sedikit sentuhan bedak—akhirnya Santa keluar membuka pintu rumah. Di depannya sudah ada Blue menenteng paper bag berwarna cokelat.

"Green nyuruh aku kasih ini untuk kamu. Dia nanya Yzezina jadinya aku tau kamu di sini." Blue memindahtangankan paper bag kepada Santa. Setelah diambil, dia melanjutkan, "Kata Green jangan lupa kabarin kalo kamu udah terima."

Santa agak kecewa. Dia pikir Blue datang karena ingin menemuinya. Tak disangka karena disuruh kakaknya. Padahal dia sudah dandan cantik sampai lipglossnya dikasih yang blink-blink oleh Yzezina.

"Makasih, Blue." Santa mengintip sedikit isinya. Tidak kelihatan apa yang diberikan, Santa mengeluarkan isinya. "Eh? Selendang? Tapi kok di sini tulisannya dari Kamayel?"

"Kamayel?" Blue mengambil kertas kecil yang ada di tangan Santa, membaca tiap baris kalimat yang diketik rapi. "Ngapain sih koki genit itu kirim-kirim selendang segala? Dia pikir Jaka Tarub!" Dia langsung mengambil selendang dan paper bag yang Santa pegang, kemudian membuangnya ke tempat sampah yang tak jauh dari tempatnya.

"Blue! Kok kamu buang? Selendangnya bagus tau!" protes Santa.

"Aku beliin selendang yang lebih mahal dari itu. Jangan terima sembarang hadiah dari laki-laki lain."

"Kenapa?" tanya Santa dengan wajah polos.

"Dulu kamu sering terima barang dari laki-laki lain, terus apa selanjutnya? Kamu nggak mungkin lupa, kan?"

Baru akan Santa membalas, ponselnya bergetar. Dia mengambil ponsel dan melihat notifikasi yang masuk. Tak perlu dibuka soalnya dia bisa membaca tulisan singkat dari Green.

Green: itu bukan dari Kamayel, tapi gue. Thank me later kalo Blue marah.

Santa memasukkan kembali ponselnya, menatap Blue yang masih menunjukkan tatapan tegas persis seperti kemarin. Ini rupanya rencana Green. Sebenarnya dia antara senang dan tidak senang melihat Blue marah begini. Sikapnya Blue agak membingungkan. Dulu Blue memang suka marah kalau ada yang memberinya hadiah karena kejadian yang tidak enak, tapi kalau sekarang untuk apa marah? Toh, tidak ada kejadian seperti di London lagi.

"Siapa yang chat?" tanya Blue penasaran. Nadanya persis seperti pacar yang posesif dan cemburuan.

"Green," jawab Santa singkat. "Ya udah, aku masuk ke dalam deh. Kamu kejam banget buang hadiah orang sembarangan."

Baru saja Santa berbalik badan, Blue menangkal pergelangan tangannya. "Aku melakukan ini supaya kejadian kayak dulu nggak terulang, San. Maaf. Nanti aku beliin yang baru."

"Kalo aku minta––"

Kriuk... kriuk...

Santa terkejut mendengar bunyi perut kelaparan yang berasal dari Blue. Dia terkekeh, sementara Blue menggaruk tengkuk lehernya merasa malu.

"Kamu lapar ya? Aku buatin sesuatu. Kita makan di dalam," ajak Santa sembari menurunkan tangan Blue darinya.

"Jangan makan di sini. Makan di luar aja ya? Zezi pasti rewel banget kalo ketemu aku," pinta Blue setengah memohon.

"Ya udah, tunggu. Aku ganti baju dulu. Sebentar aja," pamit Santa. Melihat Blue mengangguk, Santa bergegas masuk ke dalam untuk mengganti pakaian.

Setelah masuk ke dalam rumah, Santa melompat riang. Dia sampai melupakan rasa kesalnya yang sempat muncul karena Blue bersikap protektif seperti dulu. Saking senangnya Santa sampai tersandung sandalnya sendiri dan jatuh.

"Aduh! Sandal sialan! Nggak suka lihat orang bahagia deh," gerutu Santa menyalahkan sandal yang tak bersalah.

Pada akhirnya sandal itu disingkirkan karena telah membuat Santa tersandung. Sungguh malang nasib sandal itu.

🗝️🗝️🗝️

Setelah selesai makan, Blue mengajak Santa pergi ke pantai. Menghirup udara segar dan menikmati suara deburan ombak. Mereka duduk di pinggir––tepatnya di dekat bangku yang tersedia. Walau tidak terlalu dekat dengan tepi pantai, tapi setidaknya mereka bisa menikmati dari jauh keindahan laut meskipun sudah tertutupi gelap. Hanya lampu jalanan di sekitar bangku yang menerangi.

Santa melewatkan pertemuan dengan sang ayah. Dia mengatakan pada Yzezina akan berbaikan dengan ayahnya secepat mungkin.

Selama sepuluh menit mereka hanya diam dan mendengarkan suara berisik dari ombak serta obrolan orang-orang di sekitar mereka. Hari ini malam minggu jadinya banyak pasangan muda-mudi yang datang dan bermesraan tanpa malu.

"Menurut kamu cinta itu apa, San?" tanya Blue mulai memecah keheningan di antara mereka.

Santa tersentak kaget. Namun, dia berhasil tenang. "Cinta? Arti cinta maksud kamu?"

"Iya."

Sambil menatap lurus ke depan, Santa menjawab, "Cinta itu berbagi. Bukan maksudnya bisa dibagi-bagi sama orang lain dengan seenaknya. Tapi maksud berbagi menurut aku di sini, berbagi rasa dengan seseorang yang kita cintai. Kita berbagi suka, duka, dan hal-hal yang sama dengan orang itu. Kita juga berbagi emosi. Itulah kenapa waktu dua orang saling mencintai mereka bisa merasakan sakit dan terluka bareng-bareng. Menurut kamu sendiri arti cinta apa?"

"Menurut aku ya?"

Blue diam sejenak memikirkan arti cinta yang selama ini dicarinya. Sebelum berkenalan dengan Santa, dia rutin gonta-ganti pacar. Dia pernah menjalani hubungan satu waktu dengan dua sampai tiga perempuan. Separah itu dia mempermainkan perasaan seseorang. Barulah setelah bertemu Santa, dia berhenti. Dan setelah bertemu dengan Nine, dia mulai setia menjalin hubungan.

"Menurut aku cinta itu mengubah seseorang. Kalo kamu menemukan sosok yang tepat pasti kebiasaan buruk yang ada di diri perlahan diubah dan ditinggalkan. Sedahsyat itu efek cinta pada seseorang," jawab Blue setelah cukup lama diam.

"Tapi bukannya berubah berasal dari diri kamu sendiri?"

"Betul, tapi sedikit banyak kamu ingin mengubah diri kamu menjadi lebih baik supaya lebih pantas untuk orang yang kamu cintai. Right?"

"Betul juga." Santa mengangguk setuju. Ingin dia menanyakan tentang Nine, tapi rasanya tidak tepat.

"Aku nggak tau apa yang kurang sampai hubungan aku dan Nine selesai gitu aja. Belakangan dia bilang aku terlalu mudah emosi, dan kekanakan makanya kita putus," cerita Blue.

Santa spontan menoleh. Dia pikir takkan ada pembahasan tentang Nine. Ternyata Nine masih menjadi spotlight sampai detik ini.

"Aku kecewa banget. Pacaran memang hanya setahun. Terus beberapa tahun aku coba deketin Nine lagi dan dia merespons. Ternyata ujung-ujungnya dia nikah sama yang lain. Aku bego banget. Padahal adiknya udah bilang lupain Nine. But, still... yeah...," lanjut Blue menggantung.

Santa meraih pundak Blue dan mengusapnya pelan. "Kalo memang dia cinta sama kamu, dia nggak akan melakukan hal setega itu. Cinta nggak akan berbuat tega. Contohnya orang-orang yang berselingkuh. Bilangnya masih cinta tapi karena pasangannya kurang apalah, ada apanya lah, itu cuma excuse. Kalo cinta, nggak akan mungkin tega selingkuh atau menyakiti pasangan. Mungkin Nine udah nggak cinta dan menemukan rumah yang tepat. Kamu perlu move on. Kamu berhak bahagia juga, Blue." 

"Iya, semua orang juga bilang aku harus move on. Tapi mungkin bertahap."

"Kamu nangis ya waktu ditinggal nikah?" canda Santa iseng menebak-nebak.

"Nope. Aku kesel. Ini kayak rasa nggak terima dan kecewa aja." Blue tertawa kecil setelahnya. Dia membayangkan kebodohan yang besar selama mengejar Nine tanpa arah. Kemudian, dia melirik Santa. "Bicara soal mantan, kamu pacaran sama siapa setelah terakhir putus dari Albert?"

"Nggak ada." Santa menggeleng. "Bukan karena aku masih cinta, tapi ada seseorang yang aku cintai. Aku mau buat laki-laki itu sadar akan keberadaan aku."

"Oh, ya? Siapa? Bukan sembarang orang, kan?"

Dalam hati Santa menjawab, itu lo! Dasar bodoh!

"Bukanlah. Dia orang yang aku kenal baik. Kayaknya dia lupa sama banyak hal yang udah dilalui bareng. Atau, memang nggak pernah cinta sama aku," jawab Santa.

Andai saja Santa bisa dengan mudahnya menyebut nama Blue, dia takkan bersusah payah lagi memberi kode seperti ini.

"Siapa? Aku kenal orangnya?"

Santa ingin menoyor kepala Blue sekarang juga. Aduh, susah juga ternyata Blue nggak peka. Bodohnya udah triple.

"Entahlah." Santa mengalihkan pandangan sepenuhnya ke arah Blue. "Blue?"

"Ya?" Blue menatap Santa yang juga menatapnya balik. "Kenapa, San?"

"Nothing. Aku cuma mau bilang you deserve happiness. Jangan sedih berlarut-larut soal Nine. Kubur rasa kecewa kamu dan ganti dengan hati yang terbuka demi mendapat sosok yang tulus mencintai kamu. Aku yakin ada banyak perempuan yang bersedia menghabiskan seluruh hidupnya sama kamu," ucap Santa. Dalam hati dia melanjutkan, contohnya aku. Coba kamu peka dikit dong, Blulon!

Blue mengusap kepala Santa dengan lembut sambil mengulas senyum. "Makasih, Santa. Kamu juga harus tau ada banyak laki-laki yang rela berkorban demi kamu. Semoga laki-laki yang kamu maksud itu sadar bahwa kamu tulus mencintai dia."

"I hope so."

Tanpa izin lebih dulu Santa langsung memeluk Blue. Terserah mau dibilang nyosor duluan kayak bebek, yang penting dia bisa memeluk Blue. Pelan-pelan dia mengusap punggung lebar Blue.

"I will always pray for your happiness. Aku lebih suka lihat kamu senyum, Blue. Cheer up!" bisik Santa.

Blue balas memeluk dan mengusap kepala Santa. Ada kekehan kecil yang muncul memenuhi telinga Santa. "Bukannya itu kata-kata aku dulu? Sekarang berguna juga dipakai untuk diri aku sendiri."

Santa ikut terkekeh. "Yes, it is! Kata-kata bijak kamu bisa digunain di setiap kesempatan."

Santa tidak pernah mengenal Blue saat versi tengil. Tidak sekalipun. Yang Santa lihat adalah versi Blue yang dewasa dan bijak. Blue melindungi dan menjaganya dengan baik. Dan begitulah akhirnya dia mulai mengagumi sampai mencintai laki-laki itu. Dia merasa aman dan nyaman dalam jangkauan Blue, bahkan sampai sekarang.

🗝️🗝️🗝️

Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗🤗😘❤️

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top